Sahabat Wirausaha, belakangan ini banyak pelaku UMKM mengeluh: biaya komisi platform marketplace naik, biaya iklan digital makin mahal. Rasanya margin makin tipis meski orderan ramai. Pertanyaannya, apakah e-commerce masih relevan untuk mendongkrak penjualan UMKM di situasi seperti ini?

Jawabannya: ya, masih sangat relevan. Namun, UMKM tidak bisa lagi berjualan secara “biasa-biasa saja”. Dibutuhkan strategi baru agar tetap efisien, tidak boros iklan, dan mampu menjaga margin. Artikel ini akan membahas data terbaru e-commerce, tantangan yang dihadapi UMKM, serta langkah-langkah praktis cara optimalkan e-commerce agar penjualan tetap meningkat.


Mengapa E-commerce Masih Penting untuk UMKM?

Menurut laporan Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce Indonesia pada tahun 2024 mencapai Rp 487,01 triliun, naik hampir dua kali lipat dari Rp 205 triliun pada 2019. Sementara itu, laporan Google, Temasek, dan Bain & Company (e-Conomy SEA 2024) memperkirakan Gross Merchandise Value (GMV) e-commerce Indonesia mencapai sekitar US$ 65 miliar, dengan proyeksi total ekonomi digital mencapai US$ 90 miliar.

Artinya, meskipun biaya komisi naik, pasar e-commerce tetap terlalu besar untuk dilewatkan. Konsumen Indonesia semakin terbiasa belanja online karena:

  • sistem pembayaran aman,
  • promo ongkir,
  • hingga ulasan produk yang memberi rasa percaya.

Jika UMKM meninggalkan e-commerce hanya karena beban biaya, potensi kehilangan pasar justru bisa lebih besar dibanding beban komisi itu sendiri. Maka yang dibutuhkan adalah strategi cara optimalkan e-commerce agar jualan tetap cuan.


Tantangan Nyata: Komisi dan Biaya Iklan

Ada dua masalah utama yang kini dihadapi UMKM:

  1. Komisi platform naik signifikan.
    Berdasarkan data terbaru Juni 2025, komisi penjual di marketplace besar kini ada di kisaran:

    • Shopee: 2,5% – 17,4%
    • Tokopedia: 5% – 15,8%
    • Lazada: 4,25% – 18,24%
    • Blibli: 2,5% – 8%

  2. Selain itu, sejak Juli 2025 Shopee juga menerapkan biaya proses pesanan Rp 1.250 per transaksi, ditambah adanya PPh final 0,5% untuk seller dengan omzet Rp 500 juta – 4,8 miliar per tahun.

  3. Biaya iklan makin mahal.
    Harga per klik (CPC) iklan di marketplace bisa mencapai Rp 1.000–2.000. Tanpa strategi tepat, modal iklan bisa habis tanpa hasil.

Belum lagi persaingan ketat membuat toko baru mudah tenggelam di antara ribuan produk sejenis.

Baca juga: Apa Itu Return on Ad Spend (ROAS)? Cara UMKM Menghitung Efektivitas Iklan Digital


Cara Optimalkan E-commerce Meski Biaya Naik

Bagaimana UMKM bisa tetap bertahan? Berikut enam strategi yang terbukti efektif:

1. Maksimalkan Konten Organik

Jangan bergantung penuh pada iklan berbayar. Buat konten organik di Instagram, TikTok, atau WhatsApp Business. Misalnya: proses produksi, testimoni pelanggan, atau tips penggunaan produk. Konten autentik terbukti lebih disukai konsumen dan bisa mendatangkan traffic gratis ke toko online.

2. Optimasi Produk dengan SEO Marketplace

Judul dan deskripsi produk adalah kunci. Gunakan kata kunci populer agar produk mudah ditemukan. Contoh: daripada hanya menulis “Keripik Pedas”, ubah jadi “Keripik Pedas Crispy Rasa Balado – Snack UMKM Lokal”.

Tips: riset kata kunci lewat fitur pencarian di marketplace atau gunakan Google Keyword Planner. Ini salah satu cara optimalkan e-commerce yang efektif tanpa biaya tambahan.

3. Bangun Database Pelanggan

Setiap pembeli adalah aset jangka panjang. Kumpulkan kontak (dengan izin) lewat WhatsApp atau email. Setelah transaksi pertama, tawarkan katalog atau promo eksklusif. Strategi ini membantu menciptakan repeat order tanpa terkena potongan komisi lagi.

4. Atur Promo Secara Selektif

Promo memang magnet pembeli, tapi jangan boros. Gunakan secara strategis pada momen besar seperti Harbolnas, Ramadan, atau payday sale. Misalnya: “Beli 2 Gratis Ongkir” atau diskon khusus untuk pelanggan baru.

5. Kolaborasi dengan Micro Influencer

Micro influencer dengan 5.000–20.000 pengikut biasanya punya engagement lebih tinggi. Biaya kerjasama lebih murah dibanding influencer besar, tapi hasilnya lebih targeted dan relatable bagi konsumen.

6. Analisis Data dan Adaptasi

Gunakan fitur analytics di Shopee Seller Centre, Tokopedia Seller, atau Google Analytics (jika punya website). Data ini bisa menunjukkan produk mana yang paling laku, kapan waktu terbaik untuk promo, hingga strategi iklan yang efektif.


Estimasi Biaya dan Simulasi Keuntungan

Mari lihat simulasi sederhana:

  • Foto produk & konten organik: Rp 700 ribu (sekali sesi foto, bisa dipakai lama).
  • Iklan terbatas (fokus produk best seller): Rp 1,5 juta per bulan.
  • Kolaborasi influencer kecil: Rp 800 ribu untuk 2 postingan.
    Total: Rp 3 juta.

Jika omzet awal Rp 10 juta per bulan, optimasi ini bisa menaikkan penjualan 25% menjadi Rp 12,5 juta. Dengan margin keuntungan 40%, tambahan laba bersih sekitar Rp 1 juta–1,2 juta per bulan—cukup menutup biaya promosi.

Inilah bukti bahwa cara optimalkan e-commerce bisa menjaga efisiensi meskipun biaya komisi dan iklan meningkat.


Tips Praktis Agar Lebih Efisien

  • Integrasikan media sosial dengan toko online. Tambahkan link Shopee/Tokopedia di bio Instagram atau TikTok.
  • Gunakan WhatsApp Business. Manfaatkan katalog digital dan quick reply untuk pelayanan cepat.
  • Bangun brand story. Cerita di balik produk bisa jadi daya tarik lebih kuat dibanding sekadar diskon.
  • Gabung komunitas. Banyak marketplace punya program pelatihan gratis untuk seller—manfaatkan untuk belajar dan networking.

Penutup

Sahabat Wirausaha, kenaikan komisi dan biaya iklan memang menjadi tantangan nyata. Namun, bukan berarti e-commerce sudah tidak cocok lagi untuk UMKM. Dengan strategi yang lebih cerdas—mulai dari konten organik, SEO marketplace, hingga database pelanggan—bisnismu tetap bisa bersaing.

Jangan biarkan biaya tinggi membuatmu menyerah. Terapkan cara optimalkan e-commerce yang tepat, kelola anggaran dengan bijak, dan terus beradaptasi dengan tren digital. Dengan begitu, UMKM tetap bisa bertahan dan bahkan meningkatkan penjualan di tengah persaingan ketat.

Kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat, yuk sebarkan juga ke sesama pelaku usaha! Dan kalau mau dapat insight mingguan atau bergabung dengan komunitas UMKM, silakan daftar jadi member di sini: ukmindonesia.id/registrasi.

Referensi:

  • Bank Indonesia. Transaksi E-commerce Indonesia 2019–2024.
  • Google, Temasek, Bain & Company. e-Conomy SEA 2024 – Indonesia.
  • Katadata. Kisaran Biaya Penjual Shopee, Tokopedia, Lazada, dan Blibli (Juni 2025).
  • Dazo.id. Pajak Marketplace 2025 & Biaya Proses Pesanan Shopee.