Djowo Klaten - Sahabat Wirausaha, berbisnis di bidang kuliner merupakan sebuah tantangan tersendiri, terlebih lagi jika harus bersaing dengan bisnis-bisnis rumah makan dan restoran lain yang sudah banyak menjamur di kota-kota besar. Namun, pantangan ini tak menyurutkan tekad kuat pasangan suami istri Evi Yulianti dan Mardahana dalam membangun bisnis kulinernya dari nol. 

Siapa sangka, ternyata tekad kuatnya membuahkan hasil hingga mampu menjual mi Jawa hingga ratusan porsi setiap harinya. Bagaimana strategi Evi dan Mardahana dalam membesarkan bisnis kuliner yang dinamai Djowo Klaten ini? Apakah ada cara khusus agar bisa meningkatkan omset lebih cepat? Simak kisah inspiratif mereka berikut ini. 


Nekat Berbisnis Lantaran Ingin Lebih Produktif di Masa Pensiun 

Jika pada umumnya orang hanya menikmati masa pensiunnya dengan tunjangan, namun lain halnya dengan pasangan Evi (istri) dan Mardahana (suami) ini. Di umur 50 tahun, keduanya memutuskan untuk tetap produktif di masa-masa pensiun dengan berbisnis kuliner sekaligus melestarikan makanan tradisional daerah Jawa. Evi dan suaminya saat ini berbisnis di Tangerang, dimana mi Jawa masih jarang ditemukan. 

Menurut pandangan Evi, olahan mie sudah dikenal masyarakat luas sehingga market memberikan pilihan beragam. Namun, saat itu di Tangerang Raya untuk kuliner Mie Jawa ini belum banyak.

“Kami ingin memberikan pilihan mi yg beragam kepada masyarakat pecinta kuliner. khususnya makanan tradisional Indonesia. Awalnya yang menentukan nama usaha kami adalah suami saya, yang langsung memutuskan untuk memakai nama usaha Djowo Klaten, sekaligus beliau menjadi investor utama bisnis ini,” jelas Evi.

Menjalankan bisnis dengan kehadiran support system seperti keluarga dan pasangan memang bisa sangat berpengaruh pada kestabilan usaha. Terutama di masa-masa awal pendirian bisnis yang tak hanya membutuhkan dukungan finansial, tapi juga dukungan moral saat keadaan bisnis masih belum stabil.

Baca Juga: 5 Ide Bisnis Kuliner Asal Sumatera Utara, Tertarik Mencoba?


Mengemas Produk dan Pelayanan dengan Cara yang Unik 

Menentukan jenis produk yang jarang ditemukan belum menjadi jaminan sukses sebuah bisnis kuliner. Evi merasa bahwa sebagai pemilik bisnis kuliner, sudah seharusnya untuk mengemas menunya seunik mungkin. 

“Kami mempertahankan keunikan serta cita rasa dengan mie serta bumbu autentik Jawa. Pengolahan masak yang masih menggunakan anglo [tungku kompor yang terbuat dari terakota] memberikan pengalaman menarik saat menantikan pesanan diolah,” kata Evi.

Evi juga sangat menjaga konsistensi rasa dengan memperhatikan gramasi. Gramasi merupakan kadar porsi ideal baik itu dari bumbu maupun bahan-bahan lainnya. Selain itu, bumbu yang akan digunakan untuk menu masakan di Djowo Klaten harus dihaluskan dengan lumpang dan alu, kemudian juga diperhatikan kualitas kaldunya. 

Memanjakan pembeli dengan pelayanan unik merupakan strategi jitu Evi sebagai pemilik Djowo Klaten yang menjadi daya tarik dan mampu bersaing dengan restoran-restoran modern di kota besar. Siapa sangka, rasa otentik ini ternyata bisa diterima semua kalangan usia, mulai dari anak, remaja, dewasa hingga manula. Rasanya bahkan sama persis dengan Mi Jawa yang biasanya hanya ditemukan di daerah Klaten, Yogyakarta, Solo dan Semarang. 

Terbukti, meskipun Evi menghadirkan variasi menu lain, seperti Ayam Kampung Lodho, Besengek daging sapi, sego gongso, dan menu tradisional lainnya, namun 70 persen omsetnya tetap berasal dari menu Mi Jawa. 


18 Tahun Berjalan, Djowo Klaten Punya 5 Cabang

Saat awal-awal berdiri, Evi dan suaminya masih melakukan promosi dengan cara konvensional, yaitu dengan membagikan brosur kepada orang sekitar. Namun seiring berjalannya waktu, Evi berusaha mengikuti perkembangan zaman dengan merambah sosial media, seperti Facebook, Instagram, YouTube, WhatsApp bisnis, dan Tiktok. Khusus untuk Facebook, Evi mengaku sering menyebarkan promosi di grup-grup memasak dan komunitas tertentu. Tak lupa, Evi juga memasang menu Djowo Klaten di aplikasi pemesanan makanan online, seperti GoFood, GrabFood, dan Shopee Food

Selain itu, Djowo Klaten juga aktif dalam membuat konten video berdurasi pendek yang diunggah setiap hari lewat kanal TikTok dan Instagram. Bisnis kuliner memang cenderung identik dengan visual sebagai daya tarik, sehingga hal seperti ini memang harus dilakukan. Evi juga selalu menyertakan kelebihan menu masakan Djowo Kliwon pada akun sosial medianya sebagai pembeda dengan kompetitor lainnya. Tak heran jika akun media sosialnya telah diikuti oleh ribuan orang.  

Selain itu, Evi juga mencari cara agar lokasi rumah makannya lebih mudah ditemukan di laman Google, dengan memaksimalkan fitur Google My Business. Setelah menjalankan semua strategi  ini secara konsisten, siapa sangka ternyata bisnis Djowo Klaten semakin besar, hingga 5 cabang di berbagai titik di Kota Tangerang. 

Baca Juga: Umben Indonesia: Belajar Inovasi dari Kompetitor, Kenapa Tidak?


Perjuangan Dari 17 Porsi ke 350 Porsi Per Hari

Modal awal yang dikeluarkan Evi untuk pembelian bahan masakan adalah sekitar 1 Juta Rupiah dan peralatan memasak serta alat penyimpanan sekitar 5 juta. Pada saat itu, Evi tidak perlu modal untuk menyewa tempat karena memulai berjualan di lokasi foodcourt dengan sistem sharing omset. Nah, strategi seperti ini bisa sahabat wirausaha lakukan jika ingin menghemat modal awal bisnis. 

Agar menghemat biaya operasional, Evi memberdayakan orang kepercayaannya untuk menjadi karyawannya di Djowo Klaten. Di samping itu, Evi juga tak segan mulai belajar membuat mie agar tidak ketergantungan bahan baku pada orang lain dan juga mengajarkan keahlian khusus pada karyawannya.

“Di awal, saya tidak punya karyawan tapi meminta bantuan Asisten Rumah Tangga serta sopir untuk diajak membangun usaha saya. Setelah melewati masa 10 tahun, justru yang paling sulit adalah mendapatkan tenaga kerja yang sesuai kriteria saya,” jelas Evi. 

Solusinya, Evi membuat pelatihan sendiri untuk karyawan-karyawan yang akan bekerja untuknya mulai dari pelatihan keterampilan memasak, sales, hingga promosi. Kini, Evi berhasil membuka lapangan kerja baru dan memiliki 22 karyawan di bisnisnya. 

Meskipun begitu, penjualan di awal tidak berjalan sesuai dengan target yang Evi harapkan. Di hari pertama berjualan, Evi hanya mampu menjual 17 porsi per harinya. Namun, setelah konsisten meningkatkan kualitas, siapa sangka kini peminat Djowo Klaten menyentuh angka hingga 350 porsi per harinya. Bahkan, Evi juga bercerita bahwa konsumennya merupakan tipe yang loyal dan sering repeat order. Tak heran jika kemudian Djowo Klaten menjadi pemasok catering utama di organisasi besar seperti  LIPI dan Gubukan di berbagai acara.

Sembari berbisnis di Djowo Klaten, Evi dan suaminya juga dengan senang hati berbagi pengalaman bisnisnya dengan masyarakat sekitar, mulai dari para pelaku usaha yang sudah expert, pebisnis pemula ataupun instansi yang menginginkan berbagi pengalaman memulai usaha.

Terakhir, sebagai pemilik Djowo Klaten yang telah merasakan asam garamnya dunia bisnis selama lebih dari 10 tahun, Evi memiliki rencana untuk terus menambah cabang Restoran Djowo Klaten di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Evi karena harus tetap mempertahankan dan memberikan standar kualitas yang sama di setiap cabangnya. 

Selain itu, pelajaran yang bisa diambil dari kisah Evi adalah bahwa tidak perlu memaksakan diri mendirikan bisnis diluar kemampuan. Jangan takut menjadi bisnis yang beda dari yang lain karena bisa jadi hal tersebut menjadi kesempatan bagi kita untuk menjadi pelopor di bidang tersebut. Hal ini semoga bisa menjadi inspirasi kita untuk tidak harus mengikuti trend yang tidak kita kuasai bidangnya.   

Bagaimana? Sangat menginspirasi sekali bukan petuah dari Evi? Setelah menyimak kisah inspirasi pemilik Djowo Klaten tadi, pastinya Sahabat Wirausaha mulai termotivasi untuk mengikuti jejak yang sama, bukan? Tunggu apalagi, ubah kekhawatiran kita menjadi sebuah aksi nyata dan terus belajar ilmu bisnis dengan membaca artikel-artikel bisnis lainnya di situs UKM Indonesia! 

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.