Fahmi Faisal, co-founder dan CMO Hijack Sandals, memberikan materi di acara WhatsApp Summit 2023 pekan lalu

Di bulan Maret 2023 lalu, salah satu UKM lokal asal Bandung, yaitu Hijack Sandals, mencetak sejarah dengan menjadi merek footwear pertama dari Indonesia yang berhasil membuka gerai di Mal PARCO, Shibuya, Jepang. Tampil di distrik yang merupakan salah satu pusat fashion, budaya, dan seni Asia ini bisa dibilang impian semua wirausaha di bidang fashion. Tak terkecuali Fahmi Faisal, co-owner Hijack Sandals, yang mengakui bahwa bisnisnya dimulai dari titik yang paling rendah di tahun 2010.

Nah, bagaimana perjalanan Hijack Sandals yang memulai segalanya dari Bandung hingga bisa merambah pasar Asia lewat Jepang? Apa rahasia sukses mereka? Fahmi Faisal membeberkan pengalamannya 10 tahun belakangan dengan semangat tinggi dalam acara WhatsApp Summit 2023 di akhir Juni lalu.


Hijack Sandals, Potret Kreativitas Anak Muda Dalam Sepasang Alas Kaki

Beberapa bulan sebelum berhasil tampil di PARCO, Shibuya, Hijack Sandals sudah mulai merambah pasar Jepang dengan membuka pop-up store di Tokyo, Jepang di akhir tahun 2022. Pencapaian membanggakan ini tak membuat kedua owner Hijack Sandals lupa akan masa-masa pertama mereka mengembangkan bisnis alas kaki. Fahmi Faisal, salah satu founder Hijack Sandals, mengakui bahwa bisnis mereka berasal dari sebuah pertemanan dan latar belakang yang cukup sederhana.

Cerita Hijack Sandals dimulai pada tahun 2010, kala Fahmi dan Zaki masih mengerjakan skripsi. “Dia [Zaki] cukup ikonik di kampus saya, karena waktu itu dia satu-satunya orang yang pakai sandal ke kampus. Sandalnya asal Tasikmalaya, yang namanya tarumpah. Dia pakai sepeda onthel dan tarumpah, ke kampus. Seringnya, dia diusir satpam,” papar Fahmi sambil tertawa.

Meski begitu, ia melihat Zaki dan budaya nyandal yang dijunjungnya, sebagai sebuah keunikan yang menginspirasi. Mereka tahu, memakai sandal untuk sehari-sehari adalah budaya kental orang Indonesia. Di setiap rumah, para penghuninya pasti memiliki sandal. Alas kaki ini dipakai untuk ke warung, ke masjid, hingga ke pasar malam. Sejak zaman Majapahit, orang-orang sudah terbiasa menggunakannya untuk beradaptasi dengan iklim tropis di wilayah Nusantara. Saat ini, Inilah yang membuat mereka berpikir, mengapa tidak ada produk sandal yang menonjol di pasar footwear Indonesia?

“Akhirnya, kita coba. Saya diuntungkan dengan tinggal di Bandung, karena banyak source materia, source kreatif untuk membuat footwear. Waktu itu saya coba buat di Cibaduyut, sama partner saya, kami developed seadanya,” cerita Fahmi. Ia membuat pola sendiri dan merancang sol sandalnya sendiri. Keduanya kemudian mulai menjual prototipe produk mereka ke teman-teman kuliah. Meski awalnya sedikit terpaksa, namun setelah beberapa kali mengenakannya, para pelanggan pertama ini mengaku nyaman memakai sandal buatan Fahmi.

Di tahun 2010, pasar alas kaki lebih condong ke komoditas boots kulit, dress shoe, dan sneakers. Namun, Fahmi dan Zaki berani maju dengan ide dan rancangan sandal yang progresif. “Akhirnya kita coba cari referensi keluar negeri, ke budaya dalam negeri, tanya teman-teman lain, tentang budaya memakai sandal di luar negeri dan di lokal. Biar kita bisa crossing reference,” jelas Fahmi.

Akhirnya, di tahun 2010 itu, berdirilah Hijack Sandals. Mereka memulai bisnis di dalam sebuah gubuk triplek sederhana yang berfungsi sebagai bengkel sekaligus workshop. Di gubuk ini, tiga orang pengrajin bekerja membuat sandal, merancang, dan menuangkan semua ide kreatif mereka. “Kalau hujan, komputer di dalam ikut basah juga. Ini mungkin bisa ngasih sedikit semangat ke teman-teman UMKM, kalo saya dan tim juga mulainya dari nol,” kenang Fahmi.


Manfaatkan Kolaborasi untuk Kenalkan Brand

Produk sandal progresif yang dirancang Fahmi tidak menghentikannya berinovasi lebih jauh lagi. “Satu yang penting untuk Hijack sampai saat ini adalah bagaimana kita bisa berkolaborasi dengan entitas lain selain brand fashion,” ujarnya. Salah satu contohnya adalah saat Hijack Sandals mengeluarkan varian sandal yang dibuat dari jamur. Produk ini merupakan buah kerjasama antara Hijack dengan Mylea Leather, yang memanfaatkan biotechnology untuk mengembangkan sebuah material yang berasal dari jamur, sebagai substitusi bahan kulit.

Eksplorasi ini mendapat sambutan baik dan berhasil ditampilkan pada sebuah event di Jakarta.Naiknya kesadaran akan perilaku fashion yang lebih bertanggungjawab terhadap lestarinya lingkungan, turut mendukung material pengganti ini sebagai masa depan yang menjanjikan di kategori leather footwear.

Lebih dari itu, menurut Fahmi, kolaborasi membuka pintu bagi bisnis kita untuk lebih dikenal luas oleh masyarakat. Terakhir, mereka bekerjasama dengan sebuah restoran bernama Off Track di Singapura. Restoran yang mengusung tema cross-cultured ini membagi nilai progresif yang sama dengan Hijack. Mereka menyajikan makanan dari berbagai negara dan budaya yang dijadikan satu menjadi menu baru.

“Di situ, saya membuatkan mereka sebuah apron, yang istimewanya dibuat dari waste atau sisa-sisa bahan yang kita punya. Jadi apron yang digunakan, 90 persen adalah dari waste material kita,” jelas Fahmi. Lewat kolaborasi ini, Hijack berhasil membuat nama mereka lebih dikenal di pasar Asia Tenggara dan penggemar makanan fushion.


Bertahan Selama Pandemi Lewat WhatsApp Business

Di tahun 2020, bagaimana cara Hijack Sandals mengatasi pandemi? Bagi Fahmi, masa-masa itu cukup berat. Produk mereka adalah sandal, alas kaki yang akan sangat jarang digunakan masyarakat, lantaran diberlakukannya PSBB saat itu. Kecil kemungkinan orang-orang akan terpikir membelinya. Untuk mengatasinya, Fahmi dan tim kembali mengeksplorasi kebutuhan pelanggan. Mereka mengembangkan sebuah produk yang tidak terlalu memakan modal, yaitu sampah dari pembuatan produk sebelumnya.

“Saya bikin tas, sandal rumah, yang beneran dibutuhkan oleh orang-orang yang terdampak dengan pandemi. Sampai sekarang, tidak ada karyawan saya yang di-layoff. Waktu itu, yang paling berjasa sekali salah satunya adalah WhatsApp, karena lewat aplikasi ini, saya bisa berkomunikasi, bisa mendengarkan orang curhat saat pandemi hanya via WhatsApp,” cerita Fahmi.

Bagi Fahmi, berinteraksi langsung dengan konsumen adalah pengalaman terbaiknya selama menjalankan Hijack Sandals. Lewat WhatsApp, hal ini bisa lebih ditingkatkan lagi. Ia ingat, ada pelanggan yang saat PSBB, sandalnya digigit oleh anjing peliharaan hingga rusak. Pelanggan berhasil meraih tim Hijack lewat WhatsApp dan mereka dengan cepat merespon dengan memberikan voucher. Aduan konsumen dan keluhan mereka bisa langsung didengar lebih baik sehingga

“Peran WhatsApp segitu pentingnya sih, dari awal saya buka sampai post-pandemic era ini,” ujar Fahmi. Saat lebih dekat dengan pelanggan, otomatis keinginan mereka akan produk yang sesuai juga akan lebih mudah terdengar. Hal inilah yang kemudian membantu Hijack Sandals untuk menciptakan sandal yang diterima dengan baik.

Masifnya dominasi sneaker dan boots di tahun 2010 tak menyurutkan semangat Fahmi dan Zaki untuk meluncurkan produk sandal yang progresif nan kekinian. Ide mereka berhasil menarik pasar untuk melirik tipe alas kaki sehari-hari yang lebih nyaman dikenakan. Usaha yang dimulai dari secara sederhana di kota Bandung, kini sudah punya tiga gerai mewah di seluruh Indonesia, yaitu Bandung, Jakarta, dan Bali.

Tak hanya itu, baru-baru ini produk mereka juga berhasil dipajang di Issetan, sebuah toko retail legendaris di Jepang yang memang terkenal dipenuhi brand fashion dunia. “Bayangkan, sandal yang dijual paksa ke teman-teman kampus, sekarang bisa sampai ke Jepang,” tutur Fahmi.

Produk Hijack Sandals yang dipajang di di Isetan, Tokyo

Hijack Sandal menjadi potret kreatif bagaimana anak muda Indonesia berhasil melihat peluang bisnis lewat eksplorasi hingga berhasil membentuk brand yang kuat, menjadi ikon fashion, dan menembus pasar mancanegara. Dalam berbisnis, kita memang harus adaptif, namun juga konsisten dengan nilai-nilai dan kualitas yang diusung. Tak lupa, mengamati pengalaman pelanggan juga sama pentingnya untuk membaca pasar di masa depan. Perkuat data customer untuk melakukannya, melalui WhatsApp Business dan fitur-fitur yang mendukung kedekatan kita dengan pelanggan.

Yuk, naik kelas bersama WhatsApp!

Referensi :

  1. https://www.dream.co.id/dinar/mengenal-hijack-sandals-brand-lokal-bandung-yang-buka-gerai-di-jepang-230519e.html
  2. https://hypebeast.com/id/2022/12/fahmi-faisal-bicara-perjalanan-hijack-sandals-dan-visinya-untuk-industri-footwear-lokal
  3. Rekaman WhatsApp Summit 2023