Dropshipping vs Print on Demand - Sahabat Wirausaha, ingin memulai bisnis online tapi terkendala modal? Jangan khawatir! Saat ini, model bisnis terus berkembang, memberikan peluang lebih besar untuk memulai bisnis online meski dengan modal terbatas. 

Dropshipping vs print on demand menjadi dua pilihan populer di kalangan pengusaha online. Kedua model ini memungkinkan siapa saja untuk memulai bisnis e-commerce tanpa perlu modal untuk stok barang atau repot dengan pengelolaan logistik.

Namun, meskipun kedua model ini tampak serupa, terdapat beberapa perbedaan mendasar yang harus kita ketahui. Melalui artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam tentang dropshipping vs print on demand, mengungkap kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta memberikan panduan untuk membantu kita memilih model bisnis yang paling sesuai. Simak penjelasan berikut ya, Sahabat Wirausaha!


Apa Itu Dropshipping vs Print-on-Demand?

Sebelum kita mendalami lebih jauh dan mulai membandingkan kedua model bisnis ini, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu konsep dasar dari dropshipping vs print on demand. Dengan begitu, kita akan memiliki landasan pengetahuan yang kuat untuk menilai mana di antara keduanya yang lebih cocok dan berpotensi memberikan keuntungan maksimal bagi bisnis yang kita jalankan.

Dropshipping adalah model bisnis di mana penjual (dropshipper) tidak perlu menyimpan barang yang dijual. Ketika ada pembelian, penjual akan mengirimkan pesanan tersebut ke pemasok atau produsen, yang kemudian mengurus pengiriman barang langsung ke pelanggan. Dengan kata lain, penjual hanya bertindak sebagai perantara antara pelanggan dan pemasok.

Print on demand di sisi lain adalah model bisnis di mana produk hanya dibuat setelah ada pesanan dari pelanggan. Produk yang biasanya dijual dalam model print-on demand umumnya merupakan barang-barang custom seperti kaos, mug, atau poster. Setelah pelanggan melakukan pemesanan, produk akan dicetak dan dikirim langsung kepada pelanggan oleh pihak ketiga atau penyedia layanan print-on demand yang bekerja sama dengan kita.

Baca Juga: 9 Cara Memulai Usaha Olshop yang Sukses


Kelebihan dan Kekurangan Dropshipping

Salah satu kelebihan utama dari dropshipping adalah dapat dilakukan dengan modal yang terbatas. Hal ini Karena dalam model bisnis dropshipping, dropshipper tidak perlu menyimpan stok barang. Selain itu, risiko bisnis ini relatif rendah, karena dropshipper tidak perlu menanggung beban finansial dari barang yang tidak terjual, produk hanya dibeli dari pemasok setelah ada pesanan dari pelanggan.

Keuntungan lainnya adalah fleksibilitas lokasi. Bisnis dropship bisa dijalankan dari mana saja selama ada akses internet, sehingga memberikan kebebasan kepada dropshipper untuk bekerja dari rumah, kafe, atau bahkan saat bepergian. Fleksibilitas ini juga memudahkan dalam menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Selain itu, dropshipping mudah untuk diskalakan. Dropshipper dapat menawarkan berbagai macam produk tanpa batasan stok, sehingga mereka dapat dengan cepat menambahkan atau mengurangi produk yang dijual sesuai dengan permintaan pasar atau tren terbaru. Keuntungan-keuntungan ini menjadikan dropshipping sebagai pilihan yang menarik, terutama bagi mereka yang ingin menjalankan bisnis dengan risiko dan modal yang minim.

Meskipun begitu, terdapat beberapa kekurangan dalam menjalankan bisnis dropship. Kontrol kualitas menjadi salah satu tantangan terbesar. Hal ini karena penjual tidak dapat melihat produk sebelum dikirim ke pelanggan, produk akan langsung dikirimkan oleh pemasok atau produsen sehingga terdapat risiko barang yang diterima oleh pelanggan tidak sesuai dengan harapan. Hal ini bisa berdampak negatif pada reputasi bisnis dan mengakibatkan tingginya pengembalian barang.

Selain itu, bisnis dropship sangat populer, yang berarti persaingan di pasar sangat ketat. Banyaknya pemain di industri ini menyebabkan persaingan harga dan produk menjadi sangat sengit, sehingga dropshipper harus bekerja ekstra untuk membedakan diri dari kompetitor dan menarik perhatian pelanggan.

Kekurangan lainnya adalah margin keuntungan yang cenderung tipis. Karena persaingan yang ketat, dropshipper seringkali harus menekan harga jual agar tetap kompetitif, yang pada akhirnya mengurangi margin keuntungan. Hal ini membuat bisnis dropshipping lebih menantang, karena dropshipper harus menjual dalam volume yang lebih besar untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan. 

Selain itu, masalah dengan pemasok juga bisa menjadi kendala serius. Keterlambatan pengiriman, kesalahan dalam pemrosesan pesanan, atau stok yang tiba-tiba habis dari pemasok dapat menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. 

Dalam situasi seperti ini, dropshipper harus siap menangani keluhan pelanggan dan berusaha menjaga hubungan baik dengan mereka, meskipun masalah tersebut berada di luar kendali mereka. Kekurangan-kekurangan ini menjadikan bisnis dropship sebagai usaha yang memerlukan manajemen yang cermat dan strategi yang matang untuk mencapai kesuksesan.

Baca Juga: 5 Ciri Partner Bisnis yang Baik, Wajib Simak Sebelum Cari Mitra Bisnis!


Kelebihan dan Kekurangan Print-on-Demand

Bisnis print-on demand memiliki berbagai kelebihan yang membuatnya menarik bagi banyak pelaku usaha online. Sama halnya dengan bisnis dropshipping, bisnis print-on demand memiliki kelebihan berupa minimnya risiko dan modal awal. Dalam model bisnis ini, tidak ada kebutuhan untuk menyimpan stok produk, sehingga risiko kerugian akibat produk yang tidak terjual dapat terminimalisir. 

Operasional bisnis ini juga relatif sederhana, karena sebagian besar proses produksi, pengemasan, dan pengiriman dilakukan oleh penyedia layanan print-on demand, sehingga pengusaha dapat lebih fokus pada pemasaran dan pengembangan bisnis. 

Adapun kelebihan yang membedakannya dengan dropshipping yaitu bisnis print on demand menawarkan fleksibilitas dalam desain produk. Penjual bisa menawarkan produk dengan desain custom yang unik, yang bisa menarik segmen pasar tertentu. Hal ini memberi penjual kesempatan untuk membangun brand yang kuat dengan menawarkan produk yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Namun, tantangan utama dalam print on demand adalah biaya produksi per unit yang lebih tinggi. Karena produk dibuat berdasarkan pesanan, biaya produksi untuk setiap item biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan produk massal. Hal ini bisa mempengaruhi harga jual, yang menjadi kendala jika target pasar sensitif terhadap harga.

Seperti dropshipping, kontrol kualitas juga bisa menjadi masalah dalam print on demand. Penjual harus memilih pemasok yang handal untuk memastikan produk yang dicetak sesuai dengan desain dan standar kualitas yang diinginkan.


Perbandingan Keuntungan Dropshipping vs Print-on Demand

Untuk menentukan mana yang lebih menguntungkan antara dropshipping vs print on demand, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

1. Margin Keuntungan Dropshipping vs Print on Demand

Dropshipping: Oleh karena produk yang dijual sangat umum dipasaran, hal ini membuat persaingan menjadi lebih ketat. Akibatnya margin keuntungan dropshipping biasanya lebih rendah. Penjual sering kali harus menurunkan harga untuk bersaing, yang dapat mengurangi profitabilitas.

Print on demand: Meskipun biaya produksi per unit lebih tinggi, produk custom memungkinkan penjual untuk menetapkan harga yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan margin keuntungan. Namun, ini tergantung pada kemampuan penjual untuk menjual produk custom yang bernilai tinggi di mata pelanggan.

2. Volume Penjualan Dropshipping vs Print on Demand

Dropshipping: Untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan, penjual dropshipping perlu menjual dalam volume yang tinggi. Hal ini membutuhkan strategi pemasaran yang efektif dan sering kali membutuhkan biaya iklan yang lebih besar.

Print on demand: Dengan margin yang lebih tinggi, print on demand tidak selalu membutuhkan volume penjualan yang tinggi untuk menjadi menguntungkan. Penjual dapat fokus pada segmentasi pasar dan menjual produk dengan harga premium.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Micromanagement Berdampak Negatif Bagi Produktivitas dan Kreativitas Karyawan, Ini Solusinya!

3. Risiko dan Investasi Waktu Dropshipping vs Print on Demand

Dropshipping: Model ini cenderung lebih berisiko dalam hal kontrol kualitas dan kepuasan pelanggan. Penjual harus meluangkan waktu dalam menangani keluhan pelanggan dan memastikan pemasok dapat diandalkan.

Print on demand: Meskipun risiko kontrol kualitas juga ada, print on demand memungkinkan penjual untuk lebih fokus pada desain dan pemasaran produk. Penjual juga dapat membangun brand yang lebih kuat dengan menawarkan produk unik.

Keputusan menentukan mana yang lebih menguntungkan antara dropshipping vs print on demand sangat bergantung pada strategi dan preferensi kita sebagai pelaku usaha. Jika kita memiliki kemampuan dalam desain dan ingin membangun brand yang kuat, print on demand mungkin lebih menguntungkan dalam jangka panjang. 

Namun, jika kita ingin lebih fokus pada penjualan volume tinggi dengan modal terbatas, dropshipping bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Pastikan untuk melakukan riset lebih lanjut dan mempertimbangkan faktor-faktor di atas sebelum memutuskan model bisnis yang paling sesuai dengan tujuan dan kemampuan kita ya, Sahabat Wirausaha.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. https://blinkstore.in/blog/dropshipping-vs-print-on-demand/
  2. https://ippei.com/dropshipping-vs-print-on-demand/ 
  3. https://printify.com/blog/print-on-demand-vs-dropshipping/ 
  4. https://customstradeacademy.id/cta/mengenal-perbedaan-antara-dropship-dan-supplier/