Cara Mengatasi Penurunan Penjualan – Oktober lalu, Bank Indonesia merilis hasil Survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)  yang menunjukkan bahwa di tahun 2023, terjadi penurunan tren belanja. Kelompok masyarakat yang daya belinya turun, rata-rata adalah mereka dengan pengeluaran sampai Rp4 juta per bulan. 

Dilansir dari CNBC Indonesia, penurunan ini disebabkan banyak hal, mulai dari banyaknya kejadian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di kelas pekerja, tingginya angka pengangguran, hingga kenaikan harga BBM yang berujung pada kenaikan harga sembako. 

Di sisi lain, kebiasaan berselancar di internet terus menjangkiti masyarakat Indonesia. Laporan digital tahun 2023 dari We Are Social menemukan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 7 jam 42 menit dalam sehari di dunia maya. Hasilnya, mereka memiliki lebih banyak asupan informasi dan cenderung lebih selektif dalam memilih produk yang berkualitas, sesuai dengan budget yang terbatas. 

Tentunya, pelaku UMKM ketar-ketir, karena menjual produk jadi lebih menantang. Bagaimana jika kondisi ini berlanjut hingga 2024? Nah, agar bisnis kita bisa terus tumbuh di tengah situasi ini, ada beberapa tips mengatasi penurunan penjualan di tengah turunnya daya beli masyarakat. Penasaran apa saja? Ini daftar lengkapnya.

1. Buatlah Menu Atau Paket yang Budget Friendly

Saat ini, harga yang pas bisa jadi pertimbangan besar bagi banyak orang dalam berbelanja. Sebisa mungkin, cobalah untuk mengakomodirnya. Kita bisa membuat paket yang isinya lebih sedikit, namun dengan kemasan dan harga yang lebih murah asal tetap ditempel label merek. 

Tak hanya itu, kita bahkan bisa menawarkan paket yang bisa dibeli dengan sistem curah jika konsumen membawa wadahnya sendiri. Selain budget friendly, tentunya lebih ramah lingkungan dengan diet kemasan seperti ini.

2. Buatlah Paket Khusus Sesuai Kelompok Identitas Tertentu 

Saat ini, banyak netizen Indonesia yang cenderung memilih produk yang mencerminkan identitas pribadinya sendiri. Baik dari profesi, suku, hobi, hingga gaya hidup tertentu, bisa diidentifikasi sebagai bagian identitas diri yang dengan bangga mereka kenakan. Nah, kita harus jeli membaca kebiasaan ini dengan membuat menu atau paket yang mencerminkan identitas tertentu, sesuai sasaran pasar. 

Misalnya, jika domisili usaha kita di Jawa Barat, kita bisa buat menu Kopi Khas Urang Sunda. Apabila produk kita identik dengan Kalimantan, bisa buat menu dengan nama seperti Bubuk Rujak Khas Borneo. Lain lagi jika sasaran konsumen kita adalah orang-orang yang gemar berolahraga, kita bisa gunakan nama Jus Detox Teman Nge-Gym.

3. Perkuat Keunikan Dengan Kustomisasi 

Di era modern, banyak pelanggan yang lebih senang jika produk mereka bisa dibuat lebih personal, alias lebih menggambarkan diri mereka sendiri. Tidak semua pelanggan menyukai takaran pedas yang sama. Tidak semua orang juga berpendapat bahwa produk kita rasa manisnya cukup aman. 

Konsumen generasi muda cenderung ingin terlibat dalam menentukan spesifikasi produknya. Karena itu, akan lebih baik jika kita sediakan layanan atau pilihan kustom. Artinya, pelanggan bisa menentukan sendiri kadar manis, kadar pedas, atau motif apa yang ingin digunakan pada pakaian yang ia pesan. 

Misalnya, menu umum yang beredar biasanya adalah Soto Betawi dan Soto Kudus. Agar lebih unik, kita bisa jual Soto Kreasi Bebas yang punya pilihan jenis kuah, isian, dan sayuran sendiri. Nantinya, pelanggan bisa memilih topping sendiri, seperti babat kecap, teri kacang, sawi kering, dan lain-lain. Jika kita menjual minuman, buatlah pilihan kadar gula dan topping yang bisa dipilih sendiri juga oleh pelanggan.

4. Sajikan Cerita Bisnis Yang Matang

Promosi di media sosial umumnya sangat bergantung dengan cara kita membawakan narasi atau cerita. Untuk bisa menjangkau konsumen, kita harus pandai menyuguhkan cerita yang terkait isu-isu sosial dan lingkungan. Sebab, saat ini banyak pula konsumen yang lebih sadar akan isu-isu tersebut dan berhasrat besar untuk dukung brand lokal serta lebih peduli pada lingkungan.

Hindari terus-menerus bercerita tentang produk kita saja. Bagikan juga cerita tentang bagaimana bisnis kita berkembang, prinsip apa yang kita usung, apa saja visi dan misi kita, siapa saja pekerja kita, dan bagaimana proses produksi yang kita jalankan. Misalnya, jika kita punya usaha teh herbal, maka ceritakan juga petani-petani lokal yang terlibat, bagaimana kita membantu mereka, dan bagaimana proses produksi kita bisa menjaga ekosistem lingkungan sekitar.

5. Siapkan Produk Edisi Premium

Hal ini penting untuk dilakukan, terutama jika kita punya target konsumen di kalangan menengah ke atas. Konsumen tipe ini akan lebih mementingkan kualitas di atas harga. Umumnya, mereka senang dengan produk yang eksklusif dan terbatas. Nah, untuk itu, kita bisa siapkan paket special edition atau limited edition. Gunakan bahan baku premium dan bungkus dalam kemasan yang bersih namun juga ramah lingkungan. 

Misalnya, kita menjual soto dengan harga rata-rata yang terjangkau. Porsi biasa hanya menggunakan daging sapi lokal. Namun, di paket premium yang ditawarkan, gunakan daging sapi wagyu yang didampingi dengan sayuran organik. Selain rasanya lebih enak, kualitasnya pun lebih sehat. Meski memasang harga yang lebih mahal, konsumen menengah ke atas biasanya akan lebih tertarik membeli paket premium ini. 

***

Nah, itu tadi 5 tips bisnis yang ampuh untuk atasi penurunan daya beli masyarakat. Berhubung semakin banyak konsumen saat ini malas mendatangi toko secara fisik, maka kita bisa optimalkan layanan konsumen online dengan beberapa kiat berikut : 

  1. Rapikan data kontak konsumen, rawat pelanggan setia dan dekat, jangan sampai mereka kabur. Beri promo spesial misalnya jatah free ongkir 1 kali per bulan, untuk memancing mereka minimal beli produk kita sekali sebulan.
  2. Buat katalog produk digital yang lengkap dan jelas untuk memudahkan konsumen memilih
  3. Jalin kolaborasi dengan kreator konten sebagai mitra affiliate kita. Jika perlu, kita bisa juga ajak mereka untuk bikin produk atau menu baru bersama-sama. Produk ini bisa mengandung kepribadian atau selera pribadi si kreator konten. 

Nantinya, kreasi bersama ini bisa dipromosikan lewat channel media sosial miliknya. Bisa jadi, pengikut setia influencer tadi tertarik dengan produk kita karena mencerminkan kepribadian mereka juga! Kita juga bisa diuntungkan karena ada mitra yang bisa rutin bikin konten soal produk kita. Taktik ini sudah banyak dipakai brand lokal, seperti Then Blank X Isyana Sarasvati. 

Sementara untuk optimalkan penjualan offline, kita bisa perbanyak mitra distribusi ke warung-warung tradisional di dekat permukiman yang sesuai dengan target segmen konsumen. Misalnya, jika kita menjual ragam snack serba Rp 2000, maka kita bisa bermitra dengan pedagang sayur keliling yang masuk ke perumahan biasa  untuk dititipkan produk kita. Bisa juga dengan abang-abang jajanan di sekolah dekat rumah. Istilah kerennya, taktik ini disebut Titip Jual. 

Tapi kalau jual snack sehat gluten free yang agak mahal, titiplah di warung atau toko di dekat perumahan elit. Tidak harus toko modern yang bermerek besar, tapi toko oleh-oleh, tempat olah raga, klinik kesehatan atau kecantikan, salon, atau toko modern individual juga bisa didekati untuk kolaborasi. 

Nah, itu tadi beragam cara yang bisa kamu gunakan mengatasi penurunan penjualan! Ingat, jangan mudah menyerah meskipun saat ini penjualan tengah sepi. Selalu ada jalan untuk semua masalah bisnis, asalkan kita tetap kreatif dan inovatif dalam menghadapinya!

Referensi : 

  1. Wawancara langsung dengan Ibu Dewi Meisari Haryanti, praktisi UMKM dan pengajar di FEB UI. 
  2. cnbcindonesia.com/news/20231110132104-4-488049/daya-beli-orang-ri-ambrol-begini-fakta-yang-terjadi
  3. kemenperin.go.id/artikel/24408/Rilis-IKI-Oktober-2023:-Daya-Beli-Menurun,-Pelaku-Usaha-Menahan-Produksi