Dalam dunia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, terdapat sejumlah pelaku yang tidak hanya fokus pada keuntungan semata, tetapi juga berkomitmen untuk memberdayakan karyawannya dengan memberikan gaji dan fasilitas yang layak. Mereka menjadikan bisnis sebagai sarana untuk menciptakan perubahan sosial yang positif. Berikut adalah beberapa UMKM inspiratif yang patut dicontoh:

1. Kopi Tuli: Memberdayakan Teman Tuli Melalui Bisnis Kopi

Kopi Tuli, atau yang akrab disebut Koptul, didirikan pada 12 Mei 2018 oleh tiga sahabat: Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso, Mohammad Adhika Prakoso, dan Tri Erwinsyah Putra. Ketiganya adalah penyandang disabilitas tunarungu yang mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan komunikasi. Koptul hadir sebagai solusi untuk memberdayakan komunitas tuli melalui bisnis kedai kopi.

Seluruh karyawan di Koptul adalah teman-teman tuli. Mereka dilatih untuk menjadi barista profesional dan diberikan pelatihan komunikasi serta pelayanan pelanggan. Koptul juga menyediakan menu dengan abjad bahasa isyarat dan mengadakan kelas bahasa isyarat untuk pengunjung, menciptakan lingkungan yang inklusif dan edukatif.

Sebelum pandemi, Koptul memiliki dua cabang di Depok dan Jakarta Selatan, dengan omzet mencapai Rp100 juta per bulan. Meskipun sempat tutup sementara akibat pandemi, Koptul tetap aktif dengan menciptakan produk baru, mengajar bahasa isyarat, dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. 

2. Batik Kultur: Mengangkat Budaya dan Memberdayakan Difabel

Dea Valencia Budiarto memulai Batik Kultur pada tahun 2011, terinspirasi dari koleksi kain batik lawas milik ibunya. Dengan semangat untuk melestarikan budaya dan memberdayakan masyarakat, Dea membangun Batik Kultur menjadi UMKM yang sukses dan inklusif.

Batik Kultur kini memiliki sekitar 120 karyawan, dengan 50% di antaranya adalah penyandang disabilitas. Dea percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkarya dan mandiri secara ekonomi. Produk Batik Kultur dipasarkan secara online dan telah menembus pasar internasional, dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

3. SukkhaCitta: Membangun Keadilan Sosial Melalui Fashion

SukkhaCitta adalah UMKM yang bergerak di bidang fashion dengan misi sosial yang kuat. Didirikan oleh Denica Flesch, SukkhaCitta fokus pada pemberdayaan perempuan di pedesaan melalui pelatihan keterampilan membuat kain dan pakaian. Mereka memastikan setiap produk dibuat secara etis dan berkelanjutan, memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Karyawan di SukkhaCitta menerima gaji yang layak, pelatihan berkelanjutan, dan akses ke layanan kesehatan. UMKM ini juga transparan dalam rantai pasokannya, memastikan bahwa setiap pekerja mendapatkan haknya secara adil.

4. Kebun Ide Bandung: Menyatu dengan Alam dan Masyarakat

Kebun Ide adalah UMKM yang menggabungkan konsep pertanian urban dengan edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Mereka menyediakan ruang bagi masyarakat untuk belajar bercocok tanam, mengelola sampah organik, dan memahami pentingnya keberlanjutan lingkungan.

Karyawan di Kebun Ide mendapatkan pelatihan pertanian organik, gaji yang sesuai dengan UMR, dan fasilitas kesehatan. UMKM ini juga aktif dalam mengadakan workshop dan kegiatan sosial, memperkuat hubungan antara manusia dan alam.

5. Du'Anyam: Menenun Harapan di Nusa Tenggara Timur

Du'Anyam adalah sebuah UMKM sosial yang memberdayakan perempuan di pedesaan Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui kerajinan anyaman. Didirikan oleh tiga perempuan muda, Du'Anyam bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu-ibu di NTT dengan memberikan pelatihan dan akses pasar untuk produk anyaman mereka.

Karyawan dan mitra pengrajin Du'Anyam menerima kompensasi yang adil atas karya mereka, serta mendapatkan pelatihan keterampilan dan edukasi kesehatan. Produk-produk Du'Anyam telah menembus pasar nasional dan internasional, membuktikan bahwa bisnis sosial dapat berdaya saing tinggi.

6. Agradaya: Mengangkat Petani Lokal Melalui Rempah-Rempah

Agradaya adalah UMKM yang bergerak di bidang produksi dan distribusi rempah-rempah organik, seperti jahe, kunyit, dan temulawak. Mereka bekerja langsung dengan petani lokal di Yogyakarta dan sekitarnya, memastikan bahwa petani mendapatkan harga yang adil dan pelatihan pertanian berkelanjutan.

Karyawan Agradaya mendapatkan gaji yang layak, asuransi kesehatan, dan kesempatan untuk berkembang melalui berbagai pelatihan. Dengan model bisnis yang berkelanjutan, Agradaya berhasil menciptakan rantai pasok yang adil dan ramah lingkungan.

5. Precious One: Memberdayakan Difabel Melalui Kerajinan Tangan

Didirikan oleh Ratnawati Sutedjo pada tahun 2004, Precious One adalah UMKM yang berfokus pada produksi kerajinan tangan, seperti tas dan aksesori. Yang membedakan Precious One adalah komitmennya dalam memberdayakan penyandang disabilitas, termasuk tuna netra, tuna rungu, autis, dan down syndrome.

Selama pandemi, Precious One berinovasi dengan memproduksi masker buatan tangan, yang membantu meningkatkan pendapatan dan memperluas jangkauan pasar melalui platform online seperti Tokopedia. Pendapatan dari penjualan digunakan untuk mendukung puluhan karyawan, termasuk belasan teman difabel 

Karyawan di Precious One menerima pelatihan keterampilan, gaji yang layak, dan lingkungan kerja yang inklusif, memungkinkan mereka untuk mandiri secara ekonomi dan sosial.

Ketujuh UMKM di atas menunjukkan bahwa bisnis dapat menjadi alat untuk menciptakan perubahan sosial yang positif. Dengan memberdayakan karyawan melalui gaji dan fasilitas yang layak, mereka tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu tetapi juga memperkuat komunitas secara keseluruhan. Semoga kisah-kisah inspiratif ini dapat mendorong lebih banyak pelaku usaha untuk mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam bisnis mereka.