Perilaku Konsumen Selama Ramadhan - Sahabat Wirausaha apakah sedang cari tahu gimana menyusun strategi pemasaran di bulan Ramadhan? Jika iya, Sahabat Wirausaha perlu memahami perilaku belanja konsumen selama bulan Ramadhan, salah satunya menggunakan Ramadan Insight yang dikeluarkan oleh Meta.
Mungkin belum banyak yang kenal dengan Meta, tetapi semua pasti tahu Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Tiga platform besar ini merupakan media sosial yang dimiliki oleh Meta.
Setiap tahunnya, ada 2 Miliar orang di dunia yang merayakan Ramadhan. Alasan ini mendorong Meta untuk merilis studi tentang pola belanja konsumen melalui Ramadhan Insight 2023 yang bertujuan membantu pelaku bisnis sukses mempromosikan produknya selama momen tersebut.
6 Perilaku Konsumen Selama Ramadhan di Media Sosial
Meta, melalui YouGov, mengulas studi tentang tren perilaku konsumen dalam Ramadhan Insight 2023. Studi ini melibatkan 13,232 responden berusia 18 tahun ke atas dari 9 negara, termasuk Indonesia. Hasil studi mengungkapkan 6 informasi penting tentang tren belanja konsumen selama Ramadhan, antara lain:
1. Konsumen Suka Konten Video
Sahabat Wirausaha, sering nonton video di media sosial dan tanpa sadar sudah habiskan waktu scrolling berjam-jam? Nah, ini bukan hal yang mengherankan karena banyak orang memang suka konten video.
Hal ini diungkapkan Meta dalam Ramadhan Insight 2023 dimana 66% responden pengguna Facebook dan Instagram terbiasa menonton konten video dan 65% diantaranya mengaku habiskan waktu lebih banyak untuk melihat video selama Ramadhan dan Idul Fitri.
Pasalnya, di momen tersebut, banyak pengguna yang tengah menantikan waktu berbuka dan nikmati liburan hari raya sehingga punya waktu lebih luang untuk akses media sosial.
Nah, hal yang tidak kalah menarik, ternyata 58% responden merasa terhubung dengan suatu brand ketika memposting hal-hal yang berhubungan dengan momen Ramadhan dan Idul Fitri.
Sahabat Wirausaha yang sedang mencari ide konten jualan jelang Ramadhan dan hari raya, sebaiknya memperbanyak postingan video yang terkait dengan Ramadhan dan Idul Fitri untuk menciptakan engagement yang tinggi dengan calon konsumen.
2. Personalisasi Iklan Efektif Meningkatkan Penjualan Produk
Saat mengunjungi Facebook dan Instagram, apakah Sahabat Wirausaha pernah menemukan iklan dari produk yang kita sukai?
Misalnya, jika Sahabat Wirausaha adalah seorang wanita, mengenakan hijab, dan pernah melihat-lihat produk fesyen muslim, Sahabat akan menemukan iklan-iklan produk terkait dari brand sejenis muncul beberapa kali di beranda media sosial. Inilah yang dinamakan personalisasi iklan atau personalized ads.
Meta menggunakan teknologi Artificial Intelligence untuk menciptakan personalisasi iklan yang disesuaikan dengan perilaku digital seseorang. Jadi, jika Sahabat Wirausaha pernah menelusuri media sosial dengan gunakan kata kunci kemeja, maka iklan-iklan produk terkait akan muncul di beranda Sahabat Wirausaha.
Meta melaporkan bahwa 64% responden yang terlibat dalam studi itu tertarik membeli setelah melihat iklan personalisasi yang produknya memang sesuai kebutuhan mereka.
Kesan responden terhadap iklan personalisasi itu cenderung positif. Sebanyak 71% responden nyatanya merasa lebih terbantu memenuhi kebutuhan belanja Ramadhan mereka dengan saran-saran produk yang ditampilkan.
3. Layanan Chat Efektif Untuk Bangun Engagement dengan Konsumen
Saat tertarik membeli suatu produk, kita mungkin akan coba kirim pesan ke inbox akun suatu brand untuk bertanya lebih lanjut tentang produk yang diinginkan. Atau, mungkin kita akan coba cari nomor WhatsApp dari brand tersebut supaya bisa bertanya dan dapat balasan cepat.
Nah, ternyata penggunaan layanan chat ini bermanfaat untuk meningkatkan keterhubungan dengan calon pembeli. Artinya, semakin mudah pembeli menjangkau brand, semakin positif kesan mereka, dan semakin tinggi peluang mereka membeli produk kita.
Meta mengungkapkan jika 7 dan 10 orang yang disurvey adalah pengguna aplikasi instant messaging service atau layanan chat seperti WhatsApp. Dari seluruh responden, 66% diantaranya merasa mudah terhubung dengan suatu brand jika tersedia layanan chat yang bisa mereka hubungi.
Sahabat Wirausaha perlu memastikan bahwa konsumen bisa menjangkau dan menghubungi bisnis kita dengan mudah, misalnya dengan mencantumkan tautan nomor WhatsApp Business di profil Facebook dan Instagram.
4. Pesona Influencer
Akhir-akhir ini, netizen banyak membicarakan Zwitsal, salah satu brand produk perlengkapan bayi, hanya karena Nikita Willy, seorang artis dan influencer, menggunakan brand tersebut di salah satu video vlog bersama anaknya.
Hal ini mungkin terdengar sederhana, tetapi efek dari pembicaraan tentang brand ini bisa menimbulkan impresi positif di benak pengguna media sosial dan mengasosiasikannya dengan proses pengasuhan bayi. Karenanya, bisa jadi ketika follower dan netizen yang terkesan dengan gaya parenting Nikita Willy punya kecenderungan memilih brand itu saat hendak memutuskan beli produk perawatan bayi. Inilah the power of influencer!
Seorang Influencer punya pesona yang bisa mempengaruhi follower-nya untuk ikuti cara pandang dan perilakunya. Hal ini ternyata relevan dengan studi Meta dimana 59% konsumen merasa lebih percaya pada suatu brand yang digunakan oleh influencer yang mereka ikuti.
Jika Sahabat Wirausaha berencana promosi produk, bangun kerjasama dengan influencer yang persona dirinya cocok dengan produk yang kita jual. Sebab, influencer tersebut punya basis follower yang persona-nya hampir mirip dirinya sehingga dapat menjadi konsumen potensial kita.
5. Penggunaan Augmented Reality
Sahabat Wirausaha, apakah pernah coba filter warna lipstik saat akan membeli brand lipstik ternama di media sosial? Atau coba berbagai model kacamata trendi saat mengunjungi suatu brand kacamata di media sosial?
Inilah fitur Augmented Reality (AR) yang memungkinkan calon konsumen mencoba produk melalui filter artifisial yang bisa mendeteksi lekuk wajah dan tubuh lalu memasangkannya dengan fitur produk.
Meta mengungkapkan jika 83% konsumen terdorong untuk memilih suatu produk setelah menggunakan fitur AR dari suatu brand. Sebab, mereka punya gambaran lebih jelas ketika bisa membayangkan bisa gunakan produk tersebut.
Fitur AR cukup mudah digunakan dan bisa Sahabat Wirausaha akses jika menggunakan layanan iklan di Facebook dan Instagram.
6. Pertumbuhan Belanja Konsumen Meningkat Selama 3 Tahun Terakhir
Hal yang tak kalah menarik, tren pengeluaran belanja konsumen selama 3 tahun terakhir sejak 2020 cenderung alami peningkatan yang cukup signifikan. Informasi ini jelas jadi angin segar bagi Sahabat Wirausaha karena daya beli konsumen terus mengalami peningkatan positif.
Studi tersebut ungkap jika pada Ramadhan 2020, 35% responden mengeluarkan uang lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, angka ini meningkat menjadi 48%, lalu di tahun 2022 meningkat lagi menjadi 62%.
Bagaimana dengan tahun 2023 ini? Jika persentase kenaikan pengeluaran sebelumnya berada di kisaran 13-14%, maka jumlah kenaikan pengeluaran konsumen selama Ramadhan tahun 2023 ini diprediksi berkisar antara 70-75%.
Optimalkan Strategi Pemasaran Jelang Ramadhan
Dari hasil studi ini, Sahabat Wirausaha bisa mulai memikirkan rencana pemasaran secara matang jelang Ramadhan. Berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Rencanakan Konten
Mulai sekarang, Sahabat Wirausaha bisa mulai rencanakan produksi konten unggulan terkait momen Ramadhan dan Idul Fitri. Perbanyaklah produksi konten video karena punya dampak lebih besar mempengaruhi calon pelanggan.
Semakin related atau berkaitan suatu konten dengan konsumen, semakin baik engagement yang terbangun. Misalnya, produk Sahabat Wirausaha adalah teh, maka konten video berbuka puasa dengan seduhan teh sangat terhubung dengan nuansa Ramadhan.
2. Sesuaikan Rencana Pemasaran dengan Budget
Sahabat Wirausaha perlu menganggarkan berapa budget yang disiapkan untuk mengeksekusi rencana pemasaran. Tujuannya, agar kita bisa memantau seberapa besar pengeluaran yang dipakai untuk promosi dan bagaimana efektivitasnya.
Sesuaikan besaran pengeluaran ini dengan tujuan pemasaran yang akan kita lakukan. Contohnya, berapa yang akan kita gunakan untuk biaya beriklan, endorsement influencer, kupon promo, giveaway, dan sebagainya.
Jika kita belum punya budget yang cukup, misalnya untuk beriklan, tidak apa-apa. Sahabat Wirausaha tetap bisa memasarkan produk secara organik dengan mem-posting konten yang menarik secara konsisten.
3. Kenali Profil Influencer
Sebelum memilih influencer untuk endorsement, sebaiknya Sahabat Wirausaha kenali dulu image influencer tersebut, apakah sudah sesuai dengan image produk kita. Misalnya, jika jual kue kering, pilihlah influencer yang dekat dengan representasi brand kita dan segmen konsumen yang dituju.
Kalau kue kering, pembelinya biasanya adalah ibu-ibu. Maka, influencer yang berstatus sebagai seorang ibu lebih diutamakan karena bisa merepresentasikan brand kita.
4. Integrasikan WhatsApp Business dengan Media Sosial
Sahabat Wirausaha pernah bermaksud membeli suatu produk tetapi jadi enggan karena penjual lama membalas pesan?
Bagi pebisnis sangat dianjurkan beralih ke WhatsApp Business karena versi ini memiliki fitur-fitur penting yang tidak dimiliki oleh WhatsApp biasa, seperti menjawab pesan otomatis, Frequently Ask Questions (FAQ), dan memasang katalog produk.
Fitur jawab pesan otomatis dan FAQ akan bantu kita membalas pesan konsumen sehingga memperkecil peluang terjadinya gagal closing pembayaran.
Setelah beralih ke WhatsApp Business, jangan lupa integrasikan nomor WhatsApp Sahabat Wirausaha dengan media sosial bisnis agar calon konsumen bisa meneruskan pembelian lebih mudah.
***
Itulah 6 fakta perilaku konsumen yang diungkapkan oleh Ramadhan Insight 2023 oleh Meta. Semoga membantu Sahabat Wirausaha mengambil berbagai keputusan pengeluaran. Semangat!