Photo business woman crosses the finish line to win on city background, business concept.

Cara Bikin Bisnis Tahan Banting - Ancaman terjadinya resesi ekonomi global 2023 telah diingatkan oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo, sejak September 2022 lalu. Pasalnya, kondisi ini bisa turut menyebabkan keterpurukan ekonomi di dalam negeri. Tak hanya akan mengancam industri besar, bahaya resesi juga mengintai UMKM.

Pasalnya, jika biaya operasional lebih besar dibandingkan dengan penghasilan, tentu bisa memicu arus kas bisnis yang tidak sehat. Nah, bagaimana para pelaku UMKM menghadapi hal tersebut agar bisnisnya tetap survive dan mampu melalui badai resesi? Yuk, kita simak tipsnya berikut ini.


Apa Itu Resesi Ekonomi?

Resesi ekonomi didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana perekonomian mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Fenomena ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti guncangan ekonomi akibat lonjakan harga minyak, kepanikan finansial, dan lainnya.

Baca Juga: Program Pemulihan Ekonomi Nasional bagi UMKM

Terjadinya resesi ekonomi seringkali mengguncang dunia bisnis dan industri baik skala besar, menengah, maupun kecil. Tingkat permintaan bisa saja mengalami penurunan yang secara otomatis berdampak pada anjloknya besar pendapatan usaha. Dalam kondisi ini, pelaku bisnis akan kesulitan untuk memprediksi perkembangan bisnis di masa depan.


7 Cara Bikin Bisnis Tahan Banting Saat Ekonomi Melemah

Resesi ekonomi menyebabkan kelesuan bisnis, yang mengakibatkan tak sedikit bisnis yang mati suri bahkan bangkrut permanen. Inilah yang menjadi momok bagi pelaku bisnis, tak terkecuali UMKM. Alih-alih bertahan dan survive, kesalahan dalam menerapkan strategi justru bisa berujung pada kehancuran bisnis.

Meski begitu, Sahabat Wirausaha tidak perlu panik apalagi sampai paranoid. Sebab, ada cara untuk meminimalisir dampak resesi terhadap kehancuran bisnis UMKM. Berikut tips menghadapi resesi bagi pelaku UMKM.

1. Lindungi Arus Kas

Ketika resesi, umumnya tingkat penjualan menurun, sehingga pendapatan yang diperoleh bisnis juga mengalami penurunan. Pendapatan yang lebih sedikit ini bisa jadi kurang cukup untuk mendanai seluruh operasional bisnis. Maka dari itu, Sahabat Wirausaha perlu menjaga dan melindungi arus kas agar keuangan bisnis bisa bertahan dari resesi.

Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan menyiapkan dana darurat. Dana ini bisa diambil dari pendapatan laba ketika bisnis berkembang, sehingga ketika omset bisnis menurun, Sahabat Wirausaha sudah memiliki dana cadangan yang cukup untuk mendanai operasional bisnis setidaknya selama 6 (enam) bulan ke depan. Dana cadangan ini berfungsi untuk menjaga stabilitas bisnis baik terkait operasional maupun hak-hak karyawan.

Ketersediaan uang tunai dalam bisnis sangatlah penting. Sebab variabel ini yang dapat memastikan kegiatan operasional bisnis terus berjalan. Dalam kondisi ekonomi stabil, arus kas bisnis bisa saja mengalir lancar. Namun, akan lain kondisinya ketika menghadapi resesi. Tak heran jika kekuatan finansial menjadi poin terpenting dalam kelangsungan bisnis. Sebab itu, jangan sampai Sahabat Wirausaha kehabisan uang di saat resesi terjadi.

Baca Juga: Depresi Ekonomi

2. Melunasi atau Restrukturisasi Pinjaman

Sebagian besar pelaku UMKM memiliki pinjaman untuk penguatan modal. Sayangnya, bisnis dengan tingkat utang yang tinggi cenderung lebih rentan selama resesi. Semakin banyak utang yang dimiliki, semakin banyak pula uang tunai yang dibutuhkan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Nah, apabila jumlah uang tunai yang dimiliki dan dihasilkan bisnis menurun, tentu akan berisiko gagal bayar.

Dalam kondisi tersebut, Sahabat Wirausaha akan dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk mempertahankan bisnis. Mau tidak mau harus memotong biaya secara lebih agresif, bahkan tidak menutup kemungkinan berujung pada PHK karyawan.

Jika Sahabat Wirausaha memiliki jumlah kas yang memadai untuk melunasi hutang, ada baiknya memprioritaskan pelunasan pinjaman yang bunganya tinggi. Hal ini dimaksudkan agar hutang tersebut tidak semakin menambah beban keuangan bisnis selama resesi.

Namun apabila kas yang tersedia terbatas, maka Sahabat Wirausaha bisa mengajukan restrukturisasi pinjaman. Tujuannya tentu saja memberi sedikit kelonggaran pada keuangan bisnis supaya dapat menghindari hal-hal buruk selama menghadapi resesi, seperti bisnis mati suri, bahkan bangkrut.

3. Pelihara Basis Pelanggan Yang Sudah Ada

Pelanggan memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan setiap bisnis. Sebab itu, sudah selayaknya pelanggan diperlakukan dengan istimewa dan senantiasa dipelihara, dalam arti dijaga hubungan baiknya agar tidak beralih ke pesaing.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah jalin hubungan baik dengan pelanggan yang sudah ada. Jangkau dan teruslah berinteraksi dengan mereka. Dengarkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dari bisnis kita, kemudian berikan layanan yang terbaik.

Basis pelanggan yang senantiasa dijaga dengan baik, cenderung akan lebih loyal bahkan ketika bisnis kita mengalami masa sulit. Mereka tidak akan segan untuk merekomendasikan produk atau layanan kita kepada jaringannya. Hal ini tentu menguntungkan bagi bisnis kita, karena mendapat ‘tim pemasaran’ gratis yang tidak menutup kemungkinan efeknya justru jauh lebih efektif.

Baca Juga: Ekonomi Sirkular dan Bisnis Sosial

Sebab itu, mempertahankan pelanggan yang sudah ada menjadi upaya yang paling memungkinkan untuk dilakukan agar bisa bertahan di tengah resesi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya lebih interaktif dengan pelanggan dengan melakukan follow up, memberikan respon atas setiap pertanyaan pelanggan di setiap saluran pemasaran yang kita miliki. Basis pelanggan yang kuat akan dapat mendorong kinerja bisnis menjadi lebih baik.

4. Lakukan Pemasaran Digital Secara Gencar

Meski ekonomi sedang lesu, jangan pernah berhenti mempromosikan bisnis kita. Sebaliknya, kita justru dituntut untuk lebih aktif dan gencar dalam memasarkan produk atau layanan kita. Tidak perlu harus mengeluarkan banyak biaya untuk promosi, karena Sahabat Wirausaha bisa melakukan pemasaran digital yang biayanya lebih murah, tetapi daya jangkaunya luas dan efektif. Kuncinya, kita harus pandai memanfaatkan teknologi digital yang berkembang saat ini.

Ada banyak media sosial yang bisa menjadi saluran pemasaran produk atau layanan bisnis. Asyiknya lagi, kita dapat menggunakan berbagai media sosial tersebut dengan gratis. Jika pun ingin memasang iklan berbayar seperti Google Ads, Instagram Ads, Facebook Ads, dan lainnya, biayanya pun cenderung lebih terjangkau.

Eksistensi bisnis perlu ditegaskan agar bisnis kita bisa bertahan di saat kondisi ekonomi mengalami resesi. Hal ini bisa direalisasikan dengan aktif memposting konten di berbagai media sosial secara rutin.

5. Pertahankan Karyawan Yang Berkinerja Baik

Tak bisa dipungkiri bahwa resesi memang memicu kecemasan dan ketakutan bagi karyawan akan pemotongan gaji bahkan pemutusan hubungan kerja. Ketika bisnis mengalami masa sulit, pelaku UMKM mau tidak mau memang harus melakukan penghematan besar-besaran, termasuk memangkas pengeluaran untuk karyawan. Namun keputusan memecat karyawan bisa menjadi pilihan terakhir. Sebab membangun sumber daya manusia itu mahal, apalagi jika karyawan berkinerja baik.

Upaya penghematan yang bisa dilakukan di antaranya mengurangi jam kerja, cuti, dan pemberian bonus kinerja. Selain itu Sahabat Wirausaha juga bisa merumahkan karyawan dalam jangka waktu tertentu.

Ada baiknya juga apabila pelaku UMKM bisa melakukan pendekatan yang lebih humanis pada karyawan. Misalnya dengan memotivasi mereka untuk tetap bekerja keras memberikan yang terbaik untuk memulihkan kondisi perusahaan, dan menjadikan mereka sebagai bagian dari solusi dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.

6. Lakukan Efisiensi Produksi

Biaya produksi merupakan salah satu pengeluaran terbesar dalam operasional bisnis. Sebagai pelaku UMKM, kita harus tahu bagian mana saja dari proses produksi yang biasanya menghabiskan banyak biaya. Dengan begitu, kita bisa memangkas biaya tersebut, agar bisnis kita memiliki peluang bertahan hidup dengan lebih baik.

Baca Juga: Bisnis Sosial untuk Ekonomi yang Inklusif

Pemangkasan biaya produksi jelas akan berpengaruh pada penurunan volume produksi. Hal ini tidaklah menjadi masalah, karena di masa ekonomi sedang lesu langkah terbaik yang harus dilakukan adalah mengurangi produksi. Paslanya, konsumen pun berusaha untuk survive sehingga mereka cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Padahal, kelangsungan UMKM sangat bergantung pada daya beli konsumen. Ketika konsumen hanya sedikit membelanjakan uangnya, maka strategi yang tepat adalah mengurangi jumlah produksi.

7. Membangun Portofolio Investasi

Di saat resesi kok malah disuruh investasi? Dalam benak Sahabat Wirausaha mungkin timbul pertanyaan tersebut. Perlu diketahui dan dipahami bahwa salah satu cara untuk memajukan dan mengembangkan bisnis dari sebagian laba yang diperoleh adalah berinvestasi untuk menambah modal.

Investasi merupakan passive income dalam bisnis yang kita jalankan. Penting bagi kita untuk menempatkan aset pada instrumen investasi guna menghasilkan laba sebagai tambahan modal dan cadangan aset. Namun dalam berinvestasi, pastikan kita memahami dengan benar segala risikonya, sehingga kita dapat memilih investasi yang sesuai dengan kondisi keuangan kita.

Resesi ekonomi menjadi kondisi yang ditakutkan oleh para pelaku industri, termasuk UMKM. Di saat inilah, bisnis mengalami masa sulit yang mengancam kestabilan finansial. Untuk bisa menghadapi resesi, pelaku UMKM dituntut untuk mampu sigap dalam berpikir dan bertindak agar strategi yang diterapkan benar-benar mampu menyelamatkan bisnisnya dari badai resesi. Yuk, terapkan tips-tips di atas untuk tetap survive dan pulih kembali nantinya.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, jangan lupa untuk like, share, dan comment serta mengirimkannya kepada teman-teman terdekat Anda.

Referensi:

  1. CNBC Indonesia. 2022.
  2. Harvard Business Review. 2019.
  3. Ansarada.com. 2022.
  4. Kompas.com. 2020.