Tips Kembangkan Usaha dengan Komunitas dan Dampak Sosial, Begini Strateginya!

Tips Kembangkan Usaha dengan Komunitas - Pernahkah Sahabat Wirausaha sedari kecil memerhatikan lingkungan sekitar dan berpikir bahwa Sahabat Wirausaha harus melakukan sesuatu untuk membuat lingkungan sekitar menjadi lebih baik?

Lalu apakah Sahabat Wirausaha memiliki mimpi untuk bisa meraih sukses dengan mengembangkan bisnis? Bisa sukses membesarkan bisnis hingga ke seluruh pelosok Indonesia bahkan dunia? Bisa membangun kerajaan bisnis yang mempekerjakan banyak orang dan mengubah hidup banyak orang menjadi lebih baik?

Bagaimana kalau Sahabat Wirausaha memiliki hasrat untuk memenuhi keduanya? Untuk membangun bisnis yang bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memiliki misi sosial yang mulia? Ternyata bisa, lho! Mereka yang memiliki misi sosial yang kuat dan keapikan untuk mengembangkan sebuah bisnis biasa disebut sebagai Sociopreneur. Lalu apa itu Sociopreneur dan bagaimana cara untuk menjadi Sociopreneur? Yuk, ikuti terus artikel ini!


Tips Kembangkan Usaha dengan Komunitas, Apa Itu Sociopreneurship?

Berdasarkan penjelasan dari Investopedia.com, Sociopreneur atau Social Entrepreneur adalah seseorang yang menggunakan metode bisnis untuk menyelesaikan atau memberikan solusi pada permasalahan-permasalahan sosial yang ada di sekitarnya.

Meskipun keuntungan itu tetap penting, tetapi itu bukanlah fokus utama bagi Sociopreneur dalam menjalankan bisnisnya, melainkan lebih kepada dampak sosial dan tercapainya misi sosial itu sendiri. Sociopreneur meyakini bahwa metode ini adalah sebuah cara untuk mewujudkan tujuan hidupnya, membantu orang lain mewujudkan tujuan hidupnya (memberdayakan), dan mengubah dunia menjadi lebih baik.

Menurut Zahra (2008), Socio Entrepreneurship adalah upaya mendeteksi peluang-peluang baru dan memanfaatkan penciptaan usaha serta organisasi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Peningkatan kesejahteraan sosial bisa dicapai melalui dua upaya; yaitu pemberdayaan dan solusi lingkungan.

Mengintip Potensi Koperasi Multipihak Sebagai Solusi Kelembagaan Kewirausahaan Sosial

Pemberdayaan adalah saat seorang Sociopreneur menemukan sebuah kalangan yang tidak memiliki peluang dan daya yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya, lalu menggunakan sebuah usaha untuk memberikan mereka kekuatan untuk bisa berdiri sendiri.

Sebagai contoh, masyarakat difabel, kalangan yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan, serta golongan-golongan lain yang sering termarjinalkan. Seorang Sociopreneur juga bisa menggunakan atau mengembangkan sebuah usaha yang memiliki fokus kepada permasalahan lingkungan. Sebagai contoh, masalah sampah, energi, air bersih, dan sebagainya. Lalu apa yang membedakan Sociopreneur dengan organisasi sosial dan bisnis pada umumnya?

Baca Juga: Daftar Hal yang Wajib Dimiliki Wirausaha Sukses

Kuadran Entrepreneurship, Samer (2012).

Samer (2012) memisahkan entrepreneurship ke dalam sebuah kuadran berdasarkan kemandiriannya dan fokus misinya. Di kuadran paling kiri adalah organisasi sosial yang memiliki fokus total terhadap misi sosialnya.

Namun, organisasi tersebut sangat dependen dengan donasi dan bantuan dari masyarakat untuk dapat beroperasi dan bergerak mencapai misinya. Di kuadran yang paling kanan adalah perusahaan atau organisasi yang fokus utamanya adalah meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Kuadran ini adalah kuadran entrepreneur murni.

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

Sociopreneur terletak di antara kedua kuadran tersebut. Uniknya, sociopreneur terbagi kembali menjadi dua, meskipun memiliki sifat yang sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yakni memiliki fokus kepada misi sosial dan berdiri secara mandiri. Kedua jenis sociopreneur ini dibagi berdasarkan dua jenis strategi bisnis, yaitu Non-Profit dan For-Profit.

Non-Profit memiliki strategi untuk menggunakan semua keuntungan yang didapatkan untuk memperluas lingkup dampak sosialnya. Misalnya organisasi tersebut adalah organisasi pengolahan sampah, maka seluruh keuntungan tersebut akan digunakan hingga habis untuk; menambah mesin pengolah sampah, membuka cabang di lokasi baru untuk memperluas pengaruh sosialnya, dan/atau R&D untuk meneliti penciptaan metode pengolahan sampah yang lebih efisien. Non-Profit tidak mendapatkan keuntungan monetaris apapun dari kegiatan usahanya, tetapi mereka tetap mampu untuk berdiri sendiri.

For-Profit, di sisi lain, akan menyisihkan sebagian dari keuntungannya sebagai keuntungan monetaris yang akan diberikan kepada investor dan para pendirinya. Dengan kata lain, mereka berupaya untuk berbisnis dengan “berjualan” manfaat sosial yang dapat diberikannya kepada lingkungan sekitar.

Di antara kedua jenis strategi ini tentu tidak ada yang lebih unggul atau lebih baik, karena keduanya sama-sama menghasilkan kehidupan sosial yang lebih baik untuk masyarakat. Semua kembali kepada karakteristik, pilihan, dan strategi Sahabat Wirausaha apabila ingin menjadi seorang Sociopreneur.


Dampak Sociopreneur

Salah satu hal yang membedakan antara entrepreneur dengan sociopreneur adalah dampaknya. Entrepreneur juga mampu memberikan dampak positif bagi lingkungannya, namun tidak sedalam dan seluas sociopreneur.

Entrepreneur, selain menyerap tenaga kerja, juga dapat berkontribusi kepada lingkungannya melalui program CSR (corporate social responsibility) nya. Namun, tentu tidak akan se-komprehensif sociopreneur yang seluruh fokus dan dedikasinya diberikan untuk perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.

Tetapi, hal yang menarik adalah ternyata perusahaan sociopreneur juga berkontribusi banyak terhadap penyerapan tenaga kerja, lho! Beritasatu.com di tahun 2019 melaporkan bahwa Direktur Pengembangan Pasar Ditjen Binapenta & PKK Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Republik Indonesia (RI) Roositiawati menyampaikan bahwa Sociopreneur adalah kontributor terbesar terhadap penurunan jumlah pengangguran dalam lima tahun terakhir. Angka penyerapan tenaga kerja mencapai angka 6.8 juta pekerja dan berkontribusi terhadap penurunan 5.3% jumlah pengangguran. Kenapa bisa begitu ya?

Hal ini memungkinkan karena salah satu program dan misi yang biasa diemban oleh seorang Sociopreneur adalah pemberdayaan. Berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang sangat ketat dalam memilih calon pekerjanya berdasarkan pendidikan dan kualitas kemampuannya, Sociopreneur memberikan kemampuan itu kepada mereka yang justru awalnya tidak mampu.

Baca Juga: Mereka yang Berbisnis Dengan Hati dan Berdampak Sosial

Sebagai contoh, kalangan difabel atau mereka yang memiliki disabilitas, kalangan yang tidak memiliki sejarah pendidikan, pendeknya kalangan yang apabila mencari peluang bekerja di perusahaan pada umumnya pasti akan mengalami kesulitan justru dirangkul, diberikan kesempatan, dan diberdayakan oleh Sociopreneur. Itulah yang membuat Sociopreneur mampu menyerap secara besar-besaran tenaga kerja.

Terlepas dari penyerapan tenaga kerja, masih banyak lagi dampak sosial yang diciptakan oleh Sociopreneur. Masing-masing memiliki spesialisasi sendiri tergantung pada fokus misi sosial apa yang ingin mereka selesaikan, mulai dari sampah, air bersih, pemberdayaan komunitas, dan lain-lain. Begitu banyak dampaknya hingga kalau mau dibahas satu persatu, artikel ini pasti akan jadi terlalu panjang!


Cara Menjadi Sociopreneur

Bagaimana? Menarik dan menakjubkan kan berperan sebagai Sociopreneur yang mampu menjadi agen perubahan untuk masyarakat? Untuk Sahabat Wirausaha yang memiliki panggilan jiwa untuk berkontribusi terhadap kehidupan manusia dan/atau melihat suatu masalah dan merasa terdorong untuk menyelesaikannya, dilansir dari sirclo.com, ada beberapa tips dan kualitas yang harus dimiliki bila ingin menjadi seorang Sociopreneur yang sukses!

1. Pahami Isu Sosial yang Ingin Diselesaikan

Setelah Sahabat Wirausaha melihat sebuah isu sosial yang ingin diselesaikan, tidak cukup bagi Sahabat Wirausaha untuk melihat sebuah masalah hanya dari permukaannya saja. Misalkan masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah tumpukan sampah, maka tidak cukup hanya dengan menyediakan tempat pengolahan sampah saja.

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan mengantarkan Sahabat Wirausaha ke akar dari masalah sosial tersebut. Bisa jadi akar masalahnya ada pada pendidikan masyarakat sekitar mengenai sampah dan pengelolaannya. Dengan begitu, solusi sosial yang Sahabat Wirausaha berikan bisa lebih efektif dan permanen.

HeySTARTIC, Dari Proyek Sosial Bertransformasi Menjadi Inovasi Sosial

2. Riset ke Dalam dan ke Luar

Tentunya selain riset untuk mengidentifikasi hal yang menjadi akar masalah, diperlukan pula riset mengenai solusi apa yang paling tepat untuk menyelesaikannya. Seringkali bahkan Sahabat Wirausaha tidak akan sanggup untuk melakukan semuanya sendirian. Maka perlu pula melakukan riset ke luar.

Artinya, carilah perusahaan-perusahaan, organisasi, atau bahkan pihak-pihak yang memiliki sumber daya untuk bisa membantu Sahabat Wirausaha dalam menyelesaikan misi tersebut. Cari tahulah apa keuntungan yang bisa organisasi Sahabat Wirausaha tawarkan kepada mereka sebagai imbal balik atas sumber daya yang mereka berikan. Memiliki rekan di tempat yang tinggi tentu akan sangat bermanfaat dalam memperlancar perjalanan misi sosial Sahabat Wirausaha. Lebih banyak tangan, lebih cepat selesai!

3. Carilah Sudut Pandang Baru

Sahabat Wirausaha juga akan sering menemukan bahwa sebuah misi sosial sudah ada yang mencoba untuk menyelesaikannya sebelumnya. Namun, melihat bahwa masalah itu masih ada menandakan bahwa solusi yang selama ini diberikan belum menjadi jawaban yang tepat atas masalah tersebut. Maka, Sahabat Wirausaha juga perlu untuk menciptakan konsep solusi yang unik.

Stakeholder seperti masyarakat, perusahaan, dan lainnya akan memerlukan konsep yang berbeda untuk ditawarkan. Karena apabila konsep yang Sahabat Wirausaha tawarkan sama saja dengan yang sebelumnya pernah ada, akan sulit untuk membuat mereka percaya dan turut terlibat dalam misi sosial Sahabat Wirausaha.

Baca Juga: Kitabisa: Membuka Jalan Kebaikan Bagi Manusia

4. Buatlah Model Bisnis yang Tepat

Sebagai sebuah organisasi atau perusahaan, penting bagi Sahabat Wirausaha untuk menciptakan model bisnis yang baik. Menciptakan dan memberikan solusi itu penting, tetapi memastikan bahwa ada sebuah sistem yang berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

Sahabat Wirausaha perlu memikirkan bagaimana perusahaan akan mendapatkan pemasukan, bagaimana cara mengelola keuangan, bagaimana cara mengelola organisasi, siapa yang menjadi rekanan, bagaimana cara mengelola hubungan dengan stakeholder, dan sebagainya. Jangan sampai karena tidak memiliki model bisnis yang baik, justru perusahaan Sahabat Wirausaha tidak bertahan lama karena kegagalan perencanaan tersebut.

5. Tentukan Jenis dan Sumber Pendanaan

Ada beberapa sumber pendanaan yang dapat Sahabat Wirausaha pilih untuk membiayai pembangunan perusahaan sosial. Sahabat Wirausaha bisa menggunakan dana pribadi bila cukup untuk jump start perusahaan. Namun, rata-rata dana yang dibutuhkan untuk membangun sebuah perusahaan atau organisasi cukup besar, terutama bila Sahabat Wirausaha ingin agar pertumbuhan perusahaan bisa lebih cepat.

Sumber lain yang bisa dipertimbangkan antara lain; meminjam dana dari keluarga dan teman, pinjaman bank, hingga crowdfunding. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Cara lain yang bisa dilakukan adalah melalui investor. Namun, perlu dititikberatkan bahwa penting bagi Sahabat Wirausaha untuk mencari investor yang memiliki visi yang sama dengan investor tersebut.

Baca Juga: 7 Model Bisnis Social Enterprise

Komunikasikanlah bahwa perusahaan sosial tersebut lebih fokus pada dampak sosial, meskipun tidak menutupi peluang keuntungan. Jangan sampai Sahabat Wirausaha bergantung pada pendanaan investor yang hanya ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempedulikan misi sosial yang diemban.

6. Seimbangkan antara Keuntungan dan Manfaat Sosial

Meskipun misi sosial merupakan hal yang utama, bukan berarti pemasukan dan keuntungan bukan hal yang penting. Untuk membuat perusahaan dapat terus beroperasi secara berkelanjutan, pastinya dibutuhkan cashflow yang stabil. Maka, perlu dipikirkan pula bagaimana cara Sahabat Wirausaha bisa mendapatkan pemasukan dari kegiatan sosial tersebut.

7. Pastikan Segala Proses Berjalan dengan Transparan

Salah satu komponen penting untuk bisa mengubah keadaan sosial suatu masyarakat adalah rasa percaya. Maka, sebagai sebuah perusahaan sosial, penting untuk bisa selalu bersikap transparan dan berkomunikasi dengan baik kepada semua stakeholder.

Sebagai contoh, bila perusahaan Sahabat Wirausaha menjual sesuatu, maka komunikasikanlah ke mana uang itu akan dimanfaatkan. Masyarakat dan/atau konsumen tentu akan lebih senang apabila mengetahui bahwa uang yang mereka berikan betul-betul digunakan untuk hal yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar.

8. Integrasikan Berbagai Platform sebagai Media Komunikasi

Sekarang adalah era digital dimana semua orang menghabiskan sebagian besar waktunya memantau dunia maya. Maka, untuk bisa memaksimalkan upaya meraih atau berkomunikasi dengan masyarakat, diperlukan integrasi media sosial. Gunakanlah berbagai platform seperti Instagram, Facebook, Youtube, bahkan TikTok untuk memperkenalkan perusahaan sosial Sahabat Wirausaha dan apa misi yang diemban. Bahkan, penting juga untuk membuat website sendiri yang di dalamnya bisa memiliki berbagai fungsi mulai dari laporan keuangan, konten pekerjaan sosial, proses proyek yang dijalankan, hingga merchandise atau apapun yang bisa dijual sebagai sumber pemasukan.


Contoh-contoh Sociopreneur Sukses di Indonesia

Setelah mengetahui apa itu Sociopreneur, dampaknya, serta bagaimana cara untuk menjadi Sociopreneur, yuk kita berkenalan dengan beberapa Sociopreneur Indonesia yang sukses menjalankan misinya!

1. Kopi Sunyi

Sumber: Sindonews.net

Berawal dari hasrat yang kuat untuk bisa menjadi Sociopreneur sebagai karir hidupnya, Mario Gultom mendirikan Kopi Sunyi di tahun 2019. Kopi Sunyi adalah sebuah kedai kopi yang memberdayakan komunitas difabel mulai dari juru parkir, barista, pelayan, hingga tim media sosialnya.

Mario mengungkapkan dalam wawancaranya bersama Grab Indonesia, bahwa ia sempat ditertawakan oleh calon investor saat menggagaskan ide ini. Bahkan, ide tersebut sempat disebut kekanak-kanakan dan idealis. Namun, semangat dan kegigihan membuahkan hasil. Mario bahkan sampai mempelajari bahasa isyarat dan braille untuk bisa berkomunikasi dengan kawan-kawan komunitas difabel. Kini, Kopi Sunyi bahkan sudah berteman dengan 30 komunitas di Jakarta, lho!

Baca Juga: KAHLA Tempe Crispy: Usaha Sukses Dengan Misi Sosial

2. Klinik Asuransi Sampah

Sumber: Detik.com

Semua berawal dari pengalaman pahit Gamal Albinsaid menyaksikan seorang anak pemungut sampah yang meninggal dunia di gerobak ayahnya karena masalah diare akut. Ayahnya tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak mampu untuk membawa anaknya berobat.

Gamal Albinsaid akhirnya terdorong dan terinspirasi untuk menciptakan Klinik Asuransi Sampah, dimana masyarakat kurang mampu cukup membayar biaya pengobatan dengan mengumpulkan sampah. Inisiatif ini bahkan sampai membawa Gamal Albinsaid keliling dunia dan menjadi orang termuda untuk mendapatkan penghargaan Sustainable Living Young Entrepreneurs Award di tahun 2014.

3. Du’Anyam

Sumber: Instagram /@duanyam

Azalea Ayuningtyas, seorang lulusan Harvard University, prihatin dengan masalah malnutrisi yang marak di kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak di Flores. Azalea melihat akar dari permasalahan tersebut adalah keadaan ekonomi mereka yang memprihatinkan.

Maka, Azalea dengan beberapa temannya berinisiatif membuat sebuah usaha yang memanfaatkan hal yang banyak terdapat di daerah Flores yaitu daun lontar. Du’Anyam pun akhirnya berdiri dan memberdayakan ibu-ibu dan wanita di Flores untuk membuat kerajinan yang terbuat dari daun lontar menjadi tas, sepatu, dan suvenir. Saat ini produk-produk Du’Anyam sudah menjadi produk rekanan di 12 Hotel di Indonesia dan dapat ditemukan di Mall Grand Indonesia dan Pacific Place.

Nah, jadi sudah banyak lho Sociopreneur-sociopreneur di Indonesia, dan mereka terbukti bisa memberikan dampak sosial bagi lingkungannya. Sahabat Wirausaha juga pasti bisa mengikuti jejak-jejak mereka! Yuk ciptakan perubahan dengan menjadi Sociopreneur!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi

  1. https://www.investopedia.com/terms/s/social-entrepreneur.asp [Diakses 27 Oktober 2021]
  2. Zahra, S.A., Rawhouser, H.N., Bhawe, N., Neubaum, D.O. and Hayton, J.C. (2008), Globalization of social entrepreneurship opportunities. Strat.Entrepreneurship J., 2: 117-131.
  3. Abu-Saifan, S. 2012. Social Entrepreneurship: Definition and Boundaries. Technology Innovation Management Review, 2(2): 22-27.
  4. https://www.beritasatu.com/nasional/539817/pertumbuhan-sociopreneur-turunkan-angka-pengangguran [Diakses 27 Oktober 2021]
  5. https://www.sirclo.com/8-tips-menjadi-sociopreneur-pebisnis-yang-membawa-dampak-positif-bagi-masyarakat/ [Diakses 28 Oktober 2021]