Reseller adalah kata serapan dari Bahasa Inggris yang berasal kata dari ‘re’ yang artinya ‘kembali’ dan ‘sell’ yang artinya ‘menjual’, serta akhiran ‘-er’ yang memiliki arti pelakunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa reseller adalah orang yang membeli produk dari para berbagai pihak lain, bukan untuk dikonsumsi atau digunakan sendiri, melainkan untuk dijual kembali dengan tujuan memperoleh keuntungan dari hasil penjualan tersebut.
Contoh kegiatan reseller misalnya kita membeli produk (seperti makanan ringan, pakaian, sepatu, tas, jilbab, asesoris, souvenir, dan lain sebagainya) yang kemudian kita jual dengan harga yang lebih tinggi, maka itulah yang disebut sebagai reseller. Pembelian dan penjualan produk tersebut dapat dilakukan baik secara tatap muka (offline), online, atau gabungan keduanya di mana seorang reseller membeli produk secara tatap muka (offline) kemudian ia jual kembali melalui media online seperti website, platform e-commerce, atau sosial media.
Cara Kerja Reseller
Seorang reseller dapat membeli produk dari berbagai supplier, baik bersumber dari pihak produsen, distributor, agen, toko grosir, maupun reseller lain untuk dijadikan persediaan (stok) produk yang akan dijual kembali.
Baca Juga: Mutiara Lombok Waidah, Berawal dari Reseller Sampai Memiliki Galeri Sendiri
Produk tersebut kemudian dipromosikan, dipamerkan dan dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dari harga awal yang dibeli oleh reseller tadi. Umumnya penjualan kembali dilakukan di lokasi yang berbeda dengan sumber pembelian, misalnya pergi ke Tanah Abang DKI Jakarta untuk memborong berbagai busana muslim, untuk kemudian dijual kembali di Pulau Sumatera atau Kalimantan.
Syarat Menjadi Seorang Reseller
Untuk memulai usaha sebagai reseller tentunya kita harus mempersiapkan sejumlah dana yang akan digunakan sebagai modal awal untuk mengadakan stok produk yang akan dijual kembali.
Selain membutuhkan dana, tentunya kita juga harus memiliki keahlian dalam memasarkan produk, dan juga memiliki jaringan yang luas serta koneksi yang baik dengan berbagai supplier. Supplier tersebut, nantinya akan menjadi sumber utama dari produk yang akan kita jual kembali.
Baca Juga: Cara Mengoptimalkan Kinerja Reseller
Untuk melancarkan aktivitas jual beli bila kita bisa juga berjualan secara online, maka setidaknya kita harus mengetahui berbagai teknik untuk berdagang di toko online, kiat melakukan promosi di sosial media dan berbagai jenis penggunaan media online lainnya.
Pada prinsipnya, untuk menjadi seorang reseller dibutuhkan:
- Niat yang teguh
- Modal (uang, ruang penyimpanan, pengetahuan seputar dunia jual-beli, dll)
- Koneksi (Hubungan sosial, misalnya koneksi dengan supplier, relasi, teman, dll)
- Strategi pemasaran
- Manajemen stok yang baik, khususnya jika yang diperdagangkan adalah produk makanan yang mudah kadaluarsa.
- Doa
Baca Juga: Cara Mengoptimalkan Instagram Untuk Berbisnis, Yuk Simak Tipsnya!
Keuntungan dan Risiko Menjadi Reseller
Keuntungan menjadi reseller adalah kita dapat menjual berbagai produk tanpa dipusingkan dengan masalah produksi. Apapun produk yang potensial laku untuk terjual, itulah yang banyak kita beli untuk dijual kembali. Menjadi reseller juga umumnya dapat menikmati margin laba yang menarik (sekitar 20-40%), kecuali untuk bahan kebutuhan pokok seperti beras atau gas tabung, dll yang margin labanya relatif kecil.
Risiko menjadi seorang reseller tentunya lebih besar dibandingkan pelaku usaha jual-beli sebagai agen, broker/calo/dropshipper yang tidak membutuhkan modal awal dan hanya menerima komisi atas produk yang berhasil dijualnya. Risiko kerugian dapat terjadi jika produk tidak laku, yang disebabkan menurunnya kualitas produk atau rusaknya produk karena lama tak terjual, atau berbagai faktor lainnya.
Baca Juga: Kupas Tuntas Pengelolaan Reseller di Era Digital
Dalam upaya meminimumkan kerugian, seluruh produk harus dapat cepat terjual dan produk yang belum terjual harus disimpan secara apik, agar tidak menurun kualitasnya. Untuk itu, dalam menjalankan kegiatan sebagai reseller, tantangan yang kita hadapi adalah:
- Kegiatan Reseller sukar untuk dijadikan kegiatan sambilan mengingat uang yang kita tanamkan sebagai modal usaha relatif besar
- Kita perlu menyediakan ruang usaha yang layak untuk menyimpan produk yang belum terjual, agar tidak menurun kualitasnya. Misal: kita perlu menyiapkan freezer yang cukup besar untuk menyimpan makanan olahan ikan, ruang dengan suhu tertentu untuk menyimpan produk kerajinan dari bahan eceng gondok agar tidak berjamur, dll.
- Kita juga perlu silaturahmi dan bangun basis konsumen yang luas, dan sebisa mungkin memilih produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan komunitas atau jaringan kita. Resiko akan lebih rendah jika kita bisa membeli produk setelah memetakan dengan jelas pesanan yang masuk, sehingga barang yang kita beli sudah hampir pasti laku.
- Bangun hubungan baik dengan semua supplier kita, siapa tahu lambat laun kita bisa diberikan fasilitas pembayaran dengan termin yang lebih menguntungkan. Misalnya, boleh ambil barang dulu, bayar 2 minggu sampai 1 bulan kemudian. Dengan begini, kita dapat meningkatkan jumlah produk yang kita perdagangkan dan meningkatkan omzet tanpa perlu menambah suntikan modal baru.
Baca Juga: Fitur Tokopedia Yang Jarang Diketahui Pelapak
Untuk menjadi seorang reseller, hampir tidak mungkin tidak menggunakan modal/tanpa modal sepeser pun alias gratis. Hampir semua supplier menetapkan volume pembelian minimum bagi siapa pun yang ingin menjadi reseller-nya dan menikmati harga dengan diskon khusus.
Dan tentunya, seperti kegiatan jual-beli lainnya, pasti dimungkinkan terjadinya keuntungan maupun kerugian. Untuk itu, sebelum memutuskan untuk menjadi reseller dari suatu produk atau supplier, pastikan kita sudah memahami peta kebutuhan dan keinginan dari komunitas dan jaringan-jaringan bisnis yang dimiliki, sehingga kita dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan tersebut.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.