Sumber gambar : GrabFood

Pempek, kuliner Nusantara berbahan dasar ikan tenggiri yang lezatnya bukan kepalang, sudah biasa disantap masyarakat Indonesia di sela-sela waktu makan. Kerap dinikmati bersama cuko yang membuat cita rasanya lebih mantap, Pempek memang dikenal luas sebagai makanan khas dari Palembang, Sumatera Selatan. Tapi bukan berarti hanya kota tersebut satu-satunya yang bisa menghasilkan pempek berkualitas tinggi.

Pempek Sriwijaya Ompink, adalah salah satu bisnis Pempek yang berasal dari luar Palembang. Produk mereka, yang terkenal akan kelezatan cukonya, dibuat langsung di Pontianak, Kalimantan Utara. Meski begitu, gurihnya Pempek Sriwijaya Ompink mampu bersaing ketat di pasaran dengan pempek asli Palembang. Bagaimana awal mula ide bisnis ini tercipta? Dan apa yang menjadikannya istimewa? Temukan jawabannya dalam kisah perjalanan bisnis Pempek Sriwijaya Ompink berikut ini.

Jatuh Bangun Dalam Berbisnis di Tanah Rantau

Muhammad Syafril, pendiri sekaligus pemilik bisnis Pempek Sriwijaya Ompink, sebelumnya merupakan seorang karyawan yang meniti karir di bidang marketing. Lelah bekerja di bawah perusahaan orang lain, ia kemudian memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Itu adalah tahun 2007, tahun di mana semua orang tengah merasakan booming-nya teknologi internet. Membaca tren yang sedang berlangsung, Syafril kemudian mendirikan sebuah warnet (warung internet) kecil di kota Pontianak.

Baca Juga : Peluang Usaha Makanan Beku

Usahanya laris manis. Hingga tahun 2010, bisnis warnet memang menikmati kejayaan sebagai satu-satunya penyambung masyarakat menengah ke bawah dengan koneksi internet dan dunia maya. Pelanggan senang duduk hingga berjam-jam di bilik mereka, dan Syafril memanfaatkan kondisi ini untuk turut berjualan makanan dan minuman ringan di warnet miliknya. Meskipun kala itu Syafril belum menjual produk kuliner tertentu, namun dari sinilah minat awalnya untuk berbisnis di bidang tersebut timbul.

Memasuki tahun 2011, bisnis warnet mulai meredup. Hadirnya smartphone dan laptop bersamaan dengan fasilitas Wi-Fi yang menjamur, membuat banyak orang tak perlu lagi ke warnet untuk bermain game maupun berselancar di dunia maya. Syafril kemudian mulai melirik bisnis kuliner yang menurutnya lebih bisa bertahan lama dan lebih adaptif terhadap perubahan.

“Setelah bisnis warnet tidak menjanjikan lagi, baru saya memutuskan untuk membuka usaha kuliner terutama pempek,” tutur Syafril. Keputusan untuk berjualan Pempek ini diambilnya bukan tanpa alasan. Sebelum merantau ke Pontianak dan menikah di sana, Syafril memang lahir dan besar di kota Palembang, kota tempat lahirnya Pempek.

Baca Juga: Unique Selling Proposition

Baginya, kuliner ini membuat tanah tempatnya tumbuh terasa dekat. Ini pula yang membuatnya menambahkan kata “Sriwijaya” di dalam nama bisnisnya. Sementara kata “Pink” dalam Om Pink, ia ambil dari nama kecil dan panggilan akrab yang diberikan teman-temannya.

Di mata pelanggan, Pempek Sriwijaya Ompink punya ciri khas sendiri yang membuat mereka gemar menyantap kuliner ini. Rasa daging ikan tenggirinya terasa segar dengan tingkat kegurihan yang pas. Belum lagi citarasa saus cuko yang kental nikmat, diramu dengan bahan-bahan pilihan dan dimasak dalam kisaran waktu tertentu, sehingga menjadi begitu lezat di lidah kita. “Makanya tagline kita itu "rasakan sensasi cuko-nya",” ujar Syafril.

Paduan kedua hal ini membuat Pempek Sriwijaya Ompink layak dicicipi dengan khusyuk. Alhasil, respon konsumen sejak awal bisnis ini beroperasi sangat baik. Hampir semua pembeli menyukai rasa khas cuko milik Syafril, bahkan kembali untuk membelinya lagi. “Dibantu istri juga, bisnis kuliner saya semakin berkembang,” ujar Syafril.

Baca Juga : Jenis-Jenis Promosi Paling Pas Untuk Bisnis Kuliner

Bersaing Dengan Pempek Asli Palembang

Saat ini, Pempek Sriwijaya Ompink sudah banyak berkembang dibandingkan saat pertama beroperasi sepuluh tahun lalu. Branding sebagai merk pempek yang khas dengan rasa cuko-nya berjalan baik. Di tahun 2019, Syafril membeli sebuah mesin vakum agar Pempek miliknya bisa lebih awet dan tahan lama di dalam kemasan. Kemajuan ini membuat Syafril berani menjajal penjualan di marketplace. Di tahun yang sama, berbagai produk Pempek Sriwijaya Ompink sudah bisa dipesan melalui Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak.

Saat memasuki pasar online dan marketplace, Syafril mengakui bahwa omzet yang masuk mengalami peningkatan. Namun, meskipun jangkauan pelanggan menjadi lebih luas, pemesanan skala nasional dari luar Pontianak belum begitu banyak. Mereka masih kalah dibandingkan produk Pempek dari kota Palembang, yang merupakan pusat industri utama kuliner tersebut. “Nambah omzet iya, tapi belum signifikan,” ujar Syafril.

Untuk menjaga keunggulan citarasa Pempek buatannya, Syafril mengambil pasokan ikan tenggiri langsung dari pedagang ikan langganannya. Pemasok tersebut, yang memang sudah hafal dengan kebutuhan produksi Pempek Om Pink, selalu menyediakan ikan tenggiri segar yang langsung diolah sebagai Pempek. Dalam sebulan, mereka bisa menjalankan sebanyak 4 – 8 kali produksi. Sejauh ini, Pempek Sriwijaya Ompink juga sudah memiliki hak cipta (HAKI) atas merk dagang mereka, sehingga tampilan pemasaran dan desain pun menjadi lebih baik.

Baca Juga: Apa itu Comparative Advantage?

Di samping berjualan Pempek secara online dan offline, Syafril juga kerap menerima pesanan untuk hidangan di acara pernikahan, perjamuan, maupun event keluarga lainnya. Hal ini turut andil dalam menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap produknya. “Apalagi saat hari Raya, biasanya kita juga menerima pesanan khusus,” papar Syafril. Alhasil, meskipun dalam penjualan online mereka masih kalah bersaing dengan Pempek asli kota Palembang, di Pontianak mereka berhasil mengambil hati khalayak luas.

Pandemi dan Harapan Untuk Berkembang Lebih Jauh

Pandemi memang menghantam bisnis Pempek Sriwijaya Ompink dengan cukup keras. “Sebelum pandemi kita ada 4 lokasi, namun saat pandemi hanya menyisakan satu cabang,” tutur Syafril. Menurutnya, penjualan saat ini menurun lantaran Pempek bukanlah makanan pokok masyarakat Indonesia. Bahan baku daging ikan yang persediaannya terbatas dan dibandrol dengan harga yang cukup mahal juga menjadi hambatan saat ini.

Beruntung, pria yang akrab disapa Om Pink ini juga memiliki usaha lain yang menunjang ongkos produksi bisnis Pempeknya. Didorong oleh kecintaannya terhadap budaya lokal, Syafril membuka pula bisnis perdagangan kerajinan asli Pontianak di marketplace. Produk-produknya, seperti kemeja corak insang khas Pontianak, celana sarung khas Kalimantan Barat, hingga topi Melayu bernama Tanjak, cukup laku terjual sejak tahun 2016.

Baca Juga: Jenis dan Manfaat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Meskipun saat ini hanya mampu bertahan, namun Syafril optimis bahwa Pempek Sriwijaya Ompink perlahan akan kembali bangkit dan menemukan kesuksesannya. “Saat ini mulai perlahan naik, asalkan tidak ada lagi PPKM,” ujarnya.

Baru-baru ini, Pempek Ompink kembali mengeluarkan varian produk terbaru, yaitu Pempek Lenggang Mix Chicken dan Mozarella serta Pempek Kapal Selam Mozarella. Dengan kedua varian ini, ia ingin menampilkan Pempek sebagai kuliner kekinian agar bisa turut mengundang konsumen milenial. “Pengembangan usaha dilakukan agar kita bisa buka cabang lagi seperti sebelum pandemi,” tuturnya.

Baca Juga : Pempek Kamsoli, Kuliner Palembang yang Hidupkan Semarang

Referensi :

  1. Wawancara langsung dengan Muhammad Syafril, Pemilik sekaligus Founder dari Pempek Sriwijaya Ompink.
  2. https://www.marketeers.com/kisah-om-pink-bangun-di...