Beras selalu punya tempat istimewa di meja makan orang Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, hampir setiap rumah menanak nasi setiap hari. Data Badan Pangan Nasional (2024) mencatat, rata-rata konsumsi beras per kapita di Indonesia mencapai 92,1 kg per tahun, dan hingga kini, lebih dari 270 juta penduduk masih menjadikan beras sebagai makanan pokok utama.

Angka ini menjelaskan satu hal penting: permintaan beras di Indonesia tidak akan pernah benar-benar turun. Inilah alasan mengapa banyak pelaku usaha mulai melirik bisnis jual beras sebagai peluang yang stabil, berisiko rendah, dan berpotensi memberikan keuntungan jangka panjang.

Tapi tentu, Sahabat Wirausaha, seperti bisnis lainnya, memulai bisnis jual beras juga butuh perhitungan matang. Mari kita bahas bersama langkah demi langkahnya—mulai dari mengenal pasar, menghitung modal, hingga proyeksi keuntungan dengan data terkini tahun 2025.


Mengenal Karakteristik Pasar Beras di Indonesia

Sebelum memutuskan untuk terjun, penting bagi kamu memahami siapa target pembelimu. Secara umum, pasar beras di Indonesia terbagi menjadi beberapa segmen:

  • Konsumen rumah tangga: mereka mencari harga yang stabil, kualitas cukup, dan ketersediaan yang terjamin.

  • Pasar HOREKA (hotel, restoran, katering): fokus pada kualitas premium, tekstur nasi yang pulen, dan pasokan rutin.

  • Ritel modern dan marketplace: mengutamakan kemasan kecil (1–5 kg), branding menarik, serta sertifikasi mutu dan halal.

Kalau kamu baru mulai, pilihlah segmen yang paling dekat dengan sumber dayamu. Misalnya, jika kamu tinggal di kawasan padat penduduk, mulailah dari penjualan eceran. Tapi jika kamu sudah punya jaringan petani atau penggilingan, kamu bisa langsung jadi distributor kecil.


Jenis-Jenis Beras dan Kisaran Harga Terbaru (Oktober 2025)

Di pasar, beras hadir dalam berbagai “kelas sosial”. Setiap jenis punya karakter dan margin yang berbeda. Berikut gambaran harga terbaru berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan laporan pasar nasional.

1. Beras Medium (IR64, Ciherang, Mekongga)

Jenis ini paling banyak dicari oleh rumah tangga. Teksturnya agak pera, warnanya tidak terlalu putih, tapi mudah dijual karena harganya bersahabat.

  • Harga eceran nasional (Oktober 2025): Rp13.500–Rp14.000/kg

  • Harga grosir di pasar induk Cipinang: sekitar Rp12.800–Rp13.200/kg

  • Kelebihan: cepat laku, pasarnya luas

  • Kekurangan: margin tipis, rentan fluktuasi harga

2. Beras Premium (Setra Ramos, Cianjur, Pandan Wangi)

Butirannya lebih putih, pulen, dan aromanya khas. Jenis ini banyak diburu oleh segmen menengah ke atas dan restoran.

  • Harga eceran nasional: Rp15.900–Rp16.500/kg

  • Kelebihan: margin lebih tinggi, loyalitas pelanggan tinggi

  • Kekurangan: butuh penyimpanan lebih hati-hati agar tidak rusak

3. Beras Organik dan Beras Merah

Tren hidup sehat membuat jenis ini semakin diminati, terutama di kota besar. Beras organik bebas pestisida, sedangkan beras merah dikenal tinggi serat dan cocok untuk diet.

  • Harga pasar: Rp18.000–Rp25.000/kg (tergantung merek dan sertifikasi)

  • Kelebihan: nilai jual tinggi, cocok untuk branding premium

  • Kekurangan: pasarnya niche dan perlu edukasi konsumen

Tips: selalu pantau harga terkini di situs resmi bapanas.go.id atau di pasar induk. Harga beras bisa berubah karena faktor musim, biaya transportasi, dan kebijakan stok pemerintah.

Baca Juga: Peluang Pasar Beras Organik


Analisis Modal Usaha dan Proyeksi Keuntungan

Sahabat Wirausaha, mari kita simulasikan perhitungan realistis bisnis jual beras skala kecil dengan data harga terbaru tahun 2025.

Modal Awal

  • Sewa ruko kecil (3x4 m): Rp1.500.000/bulan

  • Rak display dan karung plastik: Rp2.000.000

  • Timbangan digital: Rp500.000

  • Modal stok awal (500 kg × Rp13.500/kg): Rp6.750.000

  • Plastik kemasan dan alat press: Rp1.000.000

  • Biaya transportasi & logistik awal: Rp1.000.000
    Total Modal Awal: ± Rp12.750.000

Biaya Operasional Bulanan

  • Sewa ruko: Rp1.500.000

  • Gaji pegawai (opsional): Rp2.000.000

  • Listrik dan perawatan: Rp500.000

  • Pembelian ulang stok (7.500 kg × Rp12.500/kg): Rp93.750.000
    Total Biaya Operasional: ± Rp97.750.000/bulan

Proyeksi Pendapatan

Dengan markup rata-rata Rp1.000/kg dan volume penjualan 300 kg/hari, maka:

  • 300 kg × 25 hari = 7.500 kg/bulan

  • Margin bersih per kg = Rp1.000

  • Pendapatan kotor: Rp101.250.000

  • Laba kotor: Rp7.500.000

  • Setelah dikurangi biaya sewa, listrik, dan gaji → Laba bersih sekitar Rp3.500.000/bulan

Dengan proyeksi ini, kamu bisa balik modal dalam 3–4 bulan, tergantung efisiensi pembelian dan volume penjualan.


Legalitas Usaha yang Perlu Disiapkan

Biar bisnismu bisa berkembang dan dipercaya pembeli, jangan lupa urus legalitas berikut:

  1. NIB (Nomor Induk Berusaha) lewat OSS.go.id

  2. Izin edar dari BPOM atau Dinas Ketahanan Pangan, jika menjual dalam kemasan berlabel

  3. Sertifikasi halal dari BPJPH

  4. Pendaftaran merek dagang, agar brand berasmu terlindungi

Dengan dokumen lengkap, kamu bisa masuk ke pasar modern, ikut tender, atau bahkan memasok untuk lembaga pemerintah.

Tumbu bisa bantu urus dan daftarin Nomor Induk Berusaha (NIB) bisnis kamu dengan mudah & cepat di sini


Tips Agar Bisnis Jual Berasmu Tetap Cuan

  • Kenali kualitas beras. Latih indra penciuman dan penglihatanmu untuk membedakan beras baru dan lama.

  • Jaga penyimpanan. Hindari tempat lembap, gunakan palet agar karung tidak menempel di lantai.

  • Tawarkan ukuran kecil. Kemasan 1–5 kg lebih mudah dijual dan meningkatkan perputaran stok.

  • Gunakan media digital. Promosikan produk lewat WhatsApp Business, marketplace, atau TikTok Shop.

  • Bangun kepercayaan. Takaran yang pas, pelayanan ramah, dan pengiriman cepat akan membuat pelanggan kembali.

Baca Juga: Ternyata Begini Dampak Kenaikan Beras Terhadap Dunia Usaha, Pelajari Cara Beradaptasinya


Tren Inovasi: Dari Sawah ke Kemasan Pintar

Kini, tren konsumsi beras tak lagi monoton. Ada yang mencari beras diet rendah karbo, beras hitam dengan antioksidan tinggi, hingga beras organik yang bisa dilacak asal sawahnya lewat QR Code.

Beberapa startup e-grocery bahkan menjual beras langsung dari petani melalui sistem pre-order. Artinya, kamu juga bisa mengembangkan model bisnis yang lebih transparan dan efisien — dari sawah ke meja makan tanpa perantara panjang.


Penutup: Pasar yang Tak Pernah Mati

Sahabat Wirausaha, bisnis beras bukan sekadar jual beli bahan pokok. Ia adalah bisnis tentang kepercayaan, konsistensi, dan kualitas.

Selama kamu bisa menjaga tiga hal itu—stok yang stabil, pelayanan yang jujur, dan produk yang terjamin—maka peluang cuan dari bisnis jual beras akan selalu terbuka lebar.

Beras mungkin terlihat sederhana, tapi di balik setiap karungnya, ada potensi besar untuk kesejahteraan dan kemandirianmu sebagai pelaku usaha.

Jika artikel ini bermanfaat, mohon berkenan bantu kami sebarkan pengetahuan dengan membagikan tautan artikelnya, ya!

Bagi Sahabat Wirausaha yang ingin bergabung dengan Komunitas UMKM di bawah naungan kami di UKMIndonesia.id - yuk gabung dan daftar jadi anggota komunitas kami di ukmindonesia.id/registrasi. Berkomunitas bisa bantu kita lebih siap untuk naik kelas!

Referensi:

  • Badan Pusat Statistik (BPS) – Produksi dan Konsumsi Padi Nasional 2024–2025

  • Badan Pangan Nasional (Bapanas) – Harga Beras Nasional per Oktober 2025

  • PT Food Station Cipinang – Data Harga Grosir Pasar Induk Cipinang

  • Bloomberg Technoz (2025) – “Harga Beras Masih Tinggi Meski Beras Asia Turun

  • Antaranews (Oktober 2025) – “Harga Beras Medium Turun Jadi Rp13.747/kg