Dampak Kenaikan Beras – Sahabat Wirausaha, kenaikan harga beras yang melonjak beberapa pekan lalu cukup meresahkan masyarakat dan para pedagang. Bukan hanya itu, pemerintah pun turut dilema dalam menghadapi persoalan ini. Pasalnya jika harga beras naik, para petani senang sementara ibu rumah tangga dan pedagang menjerit. Jika harga beras turun, ibu rumah tangga dan pedagang senang sementara para petani mengeluh.
Namun demikian, menurut sumber suara.com, harga beras sudah turun terhitung hari ini (17/03) meskipun masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah. Nah, kira-kira seperti apa yah dampak kondisi harga beras terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP)? dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi para pelaku usaha di bidang kuliner? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.
Mengenal Tentang Harga Pokok Penjualan
Sahabat Wirausaha, beras memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Oleh sebab itu, perubahan harga beras (naik dan turunnya harga) dapat secara langsung mempengaruhi pola belanja konsumen dan harga pokok penjualan usaha di berbagai sektor. Lantas, apa yang dimaksud dengan Harga Pokok Penjualan (HPP)?
Dilansir dari sumber Investopedia, Harga Pokok Penjualan atau Cost of Goods Sold (COGS) adalah semua biaya dan pengeluaran yang berhubungan langsung dengan produksi barang, seperti biaya bahan baku dan tenaga kerja yang langsung digunakan untuk membuat produk usaha. Namun HPP tersebut tidak termasuk biaya overhead seperti biaya tenaga penjualan, serta biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penjualan dan pemasaran.
Mungkin Sahabat Wirausaha bertanya-tanya, mengapa HPP itu penting? Sederhananya, HPP merupakan biaya yang digunakan untuk menjalankan bisnis. Dalam laporan laba rugi, HPP biasanya dicatat sebagai beban bisnis. Dikatakan penting karena HPP dapat membantu analis, investor, dan manajer untuk memperkirakan keuntungan perusahaan. Selain itu, HPP dapat membantu para pelaku usaha untuk menentukan harga jual produk usahanya.
Perlu diketahui bahwa jika HPP meningkat, maka laba bersih akan menurun. Nilai HPP yang tinggi biasanya disebabkan oleh meningkatnya harga pokok produksi seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Jika HPP menurun, maka laba bersih akan meningkat. Nilai HPP yang rendah biasanya disebabkan oleh meningkatnya tingkat produksi serta biaya produksi per unit yang rendah. Oleh sebab itu, sangat penting bagi para pelaku usaha untuk menjaga HPP Usaha tetap rendah agar laba bersih yang diperoleh menjadi lebih tinggi.
Dampak Kondisi Harga Beras Terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP) Usaha
Kondisi harga beras dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi cuaca, tren pasar global, kebijakan pemerintah, dan/atau tingkat produksi beras dalam negeri. Dampak dari kondisi harga beras tersebut terhadap HPP Usaha cukup signifikan yaitu sebagai berikut.
- Naik-turunnya harga beras dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan daya beli konsumen karena beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia secara khusus. Selain itu, ketika harga beras naik, hal ini dapat mempengaruhi tekanan inflasi perekonomian secara keseluruhan. Pasalnya, hal ini berdampak pada struktur biaya berbagai industri seperti pengolahan makanan (kuliner), restoran, dan perhotelan.
- Naik-turunnya harga beras juga dapat berdampak langsung pada jumlah keuntungan dan strategi penetapan harga jual dari para pelaku usaha di bidang pengolahan makanan (kuliner), perhotelan, atau industri apa pun yang bergantung pada beras sebagai bahan utama. Oleh sebab itu, biaya beras menjadi komponen penting dari HPP Usaha mereka.
- Kenaikan harga beras secara langsung dapat mempengaruhi biaya perolehan bahan baku dari para pelaku usaha di bidang kuliner termasuk para pedagang warung/warteg.
- Kenaikan harga beras biasanya akan meningkatkan biaya produksi pelaku usaha kuliner. Misalnya, pengeluaran yang berkaitan dengan bahan bakar untuk memasak, tenaga kerja, dan bahan-bahan lain yang digunakan bersamaan dengan nasi.
- Jika harga beras naik, pelaku usaha kuliner dihadapkan dengan pilihan yang dilematis. Mereka bisa memilih untuk membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen dengan menaikkan harga bahan makanan mereka. Namun, keputusan tersebut berpotensi menyebabkan berkurangnya permintaan, jika konsumen menganggap harga tersebut mahal atau tidak terjangkau.
- Jika pelaku usaha kuliner tidak mampu membebankan kenaikan biaya kepada konsumen karena tekanan persaingan atau sensitivitas konsumen terhadap kenaikan harga, maka margin keuntungan mereka mungkin akan berkurang. Hal ini dapat membatasi kemampuan para pelaku usaha kuliner untuk berinvestasi kembali dalam bisnis mereka atau mengatasi masalah biaya operasional lainnya.
- Kenaikan harga beras dapat mempengaruhi perilaku konsumen, yang kemudian berdampak pada pendapatan atau jumlah keuntungan dari para pelaku usaha di bidang kuliner. Misalnya, konsumen dapat mengurangi frekuensi makan di luar, memilih alternatif makanan yang lebih murah, atau menyesuaikan ukuran porsi makanan.
- Kenaikan harga beras yang tajam juga dapat mengganggu rantai pasokan bahan pangan lainnya. Misalnya, jika petani atau pemasok padi kesulitan untuk memenuhi permintaan karena tingginya biaya, hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan dan harga produk pertanian lain yang dibutuhkan oleh pelaku usaha kuliner seperti sayuran, daging, hingga rempah-rempah.
Strategi Adaptasi Terhadap Kondisi Harga Beras di Pasar
Menyikapi kondisi harga beras di pasar yang belum stabil bahkan cenderung tinggi, maka para pelaku usaha di bidang kuliner perlu menerapkan strategi bisnis yang tepat agar dapat bertahan atau beradaptasi dengan kondisi pasar yang ada. Apa saja strateginya?
- Sahabat Wirausaha dapat melakukan penyesuaian menu untuk mengakomodasi kenaikan harga beras. Misalnya, mengurangi porsi nasi atau menawarkan menu alternatif yang tidak terlalu bergantung pada nasi.
- Sahabat Wirausaha dapat memitigasi dampak kenaikan harga beras dengan menerapkan langkah-langkah penghematan biaya di bagian operasional lainnya. Misalnya, melakukan negosiasi ulang mengenai kontrak dengan pemasok, mengoptimalkan manajemen inventaris untuk mengurangi limbah, atau mencari sumber bahan baku alternatif.
- Dalam beberapa kasus, Sahabat Wirausaha mungkin harus menaikkan harga produk atau biaya layanan untuk mengimbangi tingginya harga beras. Namun opsi ini perlu diterapkan secara hati-hati agar bisnis Sahabat Wirausaha tidak kehilangan daya saing di pasar.
- Sahabat Wirausaha dapat melakukan diversifikasi produk/menu makanan. Misalnya, menyajikan menu baru dengan berbahan dasar ubi-ubian, biji-bijian, atau bahan alternatif lainnya yang tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga beras.
- Untuk mempertahankan loyalitas pelanggan dan menarik perhatian pelanggan baru, Sahabat Wirausaha mungkin dapat melakukan promosi atau kampanye pemasaran untuk menampilkan nilai dan kualitas produk atau layanan bisnis Sahabat Wirausaha, meskipun harga beras meningkat.
- Saat kondisi harga beras tidak stabil, Sahabat Wirausaha perlu membangun hubungan yang kuat dengan pemasok. Misalnya, bekerja sama dengan pemasok beras untuk menemukan solusi kreatif dalam mengelola biaya.
- Dalam menghadapi kondisi harga beras yang tidak stabil, Sahabat Wirausaha perlu selalu melakukan pemantauan tren pasar, mencari solusi inovatif, dan bersikap fleksibel dalam menyusun strategi bisnis.
Nah, secara keseluruhan, dampak beras terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP) Usaha di Indonesia sangat signifikan dan cukup beragam. Pasalnya, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola konsumsi masyarakat, dinamika pasar, hingga kebijakan pemerintah.
Oleh sebab itu, pelaku usaha kuliner di Indonesia perlu memantau secara ketat harga beras dan faktor-faktor terkait lainnya, agar dapat mengelola HPP Usaha secara efektif dan tetap kompetitif di pasar. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sahabat Wirausaha.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi Web : Investopedia, suara.com, alona.co.id.