Pendiri Samsung – Pada suatu hari musim gugur tahun 1938, di kota kecil Daegu, Korea, seorang pria berdiri memandangi tumpukan bahan makanan kering—ikan, mie, dan sayur-sayuran kering—di gudang kecil yang baru disewanya. Namanya Lee Byung Chul. Pria kelahiran 12 Februari 1910 ini mungkin tidak menyangka bahwa langkah kecilnya saat itu akan menjadi cikal bakal dari konglomerat teknologi terbesar di dunia.
Tapi dari gudang sederhana itulah, pendiri Samsung, Lee Byung-Chul memulai perjalanannya. Simak kisah lengkapnya membangun salah satu raksasa elektronik dunia berikut ini.
Mewarisi Tanah, Menanam Mimpi
Lee Byung Chul lahir di klan Gyeongju Lee, keluarga bangsawan kaya raya dari Uiryeong. Ayahnya adalah pemilik lahan besar—status yang memberinya kemewahan di masa muda. Ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Waseda di Tokyo, namun tidak sampai lulus. Pendidikan formal bukan jalan utama Lee. Ia lebih tertarik pada dunia nyata: perdagangan, pergerakan barang, dan potensi ekonomi.
Setelah kembali ke Korea, Lee mencoba berbagai bisnis: penggilingan beras, usaha pengangkutan, bahkan peternakan. Tapi semua itu gagal. Ia nyaris bangkrut. Namun seperti karakter-karakter klasik dalam narasi tokoh besar, kegagalan tak menghentikannya. Ia melihat peluang dalam hal sederhana : logistik pangan.
Dari Produk Makanan Kering ke Kerajaan Elektronik
Pada 1 Maret 1938, pendiri Samsung ini resmi mendirikan "Samsung Sanghoe", sebuah perusahaan ekspor kecil yang bergerak di bidang pengiriman makanan kering ke Manchuria dan Beijing. Kata Samsung sendiri berarti “tiga bintang”, simbol harapan Lee agar bisnisnya abadi, kuat, dan terang. Tiga kata itu kemudian menjadi takdir.
Setelah Perang Dunia II dan berakhirnya penjajahan Jepang, bisnis Samsung terus berkembang. Namun jalan Lee tidak mulus. Saat Perang Korea pecah pada tahun 1950, ia harus mengungsi ke Busan. Tapi di sanalah Lee mulai membangun kembali. Di era pasca perang, ia mengalihkan perusahaannya ke bidang tekstil dan membuka pabrik wol terbesar di Korea tahun 1954.
Samsung kemudian melebarkan sayap ke berbagai sektor: asuransi, konstruksi, dan bahkan media. Tapi langkah terbesarnya datang di tahun 1969, saat Lee Byung-Chul mendirikan Samsung Electronics. Saat itu, Korea Selatan bukan negara yang diasosiasikan dengan teknologi. Jepang dan Amerika jauh lebih dominan. Tapi Lee melihat potensi besar. Ia bukan hanya ingin membuat produk; ia ingin membentuk masa depan.
Obsesi Pada Kontrol dan Kesempurnaan
Lee Byung Chul adalah sosok yang kompleks. Ia karismatik, pendiam, namun perfeksionis. Karyawan mengenalnya sebagai pemimpin dengan standar tinggi. Ia bahkan dikenal sering mencoret produk atau proyek hanya karena desainnya tak sesuai selera estetika pribadi.
Ia membentuk budaya kerja keras di Samsung. Baginya, “Made in Korea” bukan sekadar label, tapi pernyataan harga diri nasional. Ketika Korea masih dikenal sebagai negara pasca-konflik dengan ekonomi pas-pasan, pendiri Samsung menanamkan ambisi global ke dalam DNA perusahaannya.
Mengendalikan Politik dan Ekonomi
Pada era pemerintahan Park Chung Hee, Lee Byung Chul menjadi tokoh penting dalam pembangunan ekonomi Korea. Pemerintah Korea Selatan saat itu menjadikan chaebol—konglomerat keluarga seperti Samsung—sebagai alat pembangunan. Lee punya akses ke elite kekuasaan, dan seringkali dikritik karena hubungan eratnya dengan pemerintah otoriter.
Ia memang memanfaatkan kedekatan politik itu untuk membangun Samsung menjadi raksasa. Tapi tak bisa dipungkiri, kontribusinya pada ekonomi nasional sangat besar. Dalam beberapa dekade, Samsung tumbuh bukan hanya sebagai perusahaan, tapi simbol nasional.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Warisan, Krisis, dan Kebangkitan Kembali
Lee Byung Chul wafat pada 19 November 1987. Setelah kematiannya, warisan Samsung sempat goyah. Konflik internal keluarga hampir memecah perusahaan. Namun putranya, Lee Kun Hee, berhasil melanjutkan warisan sang pendiri Samsung, membawa Samsung Electronics menjadi pemimpin global dalam semikonduktor, ponsel, dan teknologi layar.
Kini, Samsung bukan sekadar perusahaan teknologi. Ia adalah lambang transformasi Korea Selatan dari negara pasca kolonial menjadi salah satu ekonomi digital terbesar dunia. Dan semua itu bermula dari visi seorang pria yang hanya ingin mengirim makanan kering ke Tiongkok.
Inspirasi dari Lee Byung Chul untuk Wirausaha Saat Ini
Ada beberapa pelajaran kunci yang bisa dipetik dari perjalanan hidupnya:
1. Mulailah dari Hal Kecil, tapi Pikirkan Besar
Lee Byung Chul memulai Samsung sebagai perusahaan dagang kecil yang mengekspor ikan kering dan mie ke Tiongkok. Ia tidak langsung melompat ke industri teknologi atau manufaktur besar. Tapi ia selalu punya visi besar: membangun perusahaan yang abadi dan kuat.
Inspirasi untuk wirausaha: Jangan takut memulai dari usaha sederhana. Yang penting adalah mindset jangka panjang dan keberanian untuk bermimpi besar.
2. Adaptif dan Berani Pivot
Lee berkali-kali mengganti arah bisnisnya. Setelah penggilingan berasnya gagal, ia pindah ke logistik makanan, lalu ke tekstil, dan akhirnya elektronik. Ia tidak terpaku pada satu bidang, tapi selalu mencari peluang baru sesuai zaman. Dalam buku Big Business, Strong State, dijelaskan bagaimana Samsung tumbuh dengan cepat karena fleksibilitas strategis pendirinya dalam merespons perubahan politik dan ekonomi.
Inspirasi untuk wirausaha: Dunia bisnis berubah cepat. Kemampuan untuk adaptif, membaca tren, dan tidak takut mengubah arah adalah kunci bertahan.
Baca Juga: Perjalanan Santoni Mengembangkan Bumbu Desa: Resep Sukses yang Tak Hanya Soal Rasa
3. Bangun Bisnis dengan Tujuan Lebih Besar dari Sekadar Untung
Lee Byung Chul bukan hanya ingin meraih keuntungan, tapi juga membangun simbol nasional kebanggaan Korea. Samsung menjadi bagian dari pembangunan Korea Selatan di masa pasca perang. Dikutip dari Forbes Asia (2020): “Lee melihat Samsung bukan hanya sebagai bisnis, tapi sebagai penggerak modernisasi Korea.”
Inspirasi untuk wirausaha: Bisnis yang sukses seringkali adalah bisnis yang punya nilai, misi, dan kontribusi sosial jangka panjang.
4. Investasi dalam Kualitas dan R&D
Sejak awal, Samsung berinvestasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D). Di tahun 1980-an, Lee mendirikan pusat riset teknologi untuk Samsung Electronics, bahkan saat banyak perusahaan Korea belum melihat pentingnya inovasi. Harvard Business Review (2011), budaya inovasi di Samsung ditanamkan sejak era Lee Byung Chul.
Inspirasi untuk wirausaha: Jangan hanya fokus jualan. Investasi di kualitas, desain, dan inovasi bisa jadi pembeda utama dalam jangka panjang.
Baca Juga: Kerja Keras, Mimpi Besar, dan Internet: Kisah Inspiratif William Tanuwijaya dan Tokopedia
5. Kegagalan Adalah Guru Terbaik
Lee mengalami banyak kegagalan sebelum sukses: bisnis penggilingan berasnya bangkrut, bisnis truknya ditutup, bahkan Samsung sempat mendapat kritik keras dari pemerintah. Tapi ia terus mencoba.
Dikutip dari The Korea Times (2010): “Lee bukan orang yang langsung berhasil. Tapi justru kegagalan itu yang membentuk karakternya sebagai pebisnis visioner.”
Inspirasi untuk wirausaha: Kegagalan itu biasa. Yang luar biasa adalah mereka yang tidak menyerah dan terus belajar.
Dalam dunia bisnis modern yang didominasi oleh unicorn dan startup, kisah Lee Byung Chul terasa seperti dongeng klasik: tentang visi jangka panjang, keberanian mengubah arah, dan kegigihan dalam menghadapi kegagalan. Ia bukan pendiri yang langsung sukses. Ia bangkit, jatuh, dan bangkit lagi. Bisnisnya bukan disruptif di awal, tapi adaptif, strategis, dan sangat tahan banting.
Lebih dari itu, ia membuktikan bahwa sebuah perusahaan bisa tumbuh bukan hanya untuk keuntungan, tetapi juga untuk mengubah citra sebuah bangsa. Dari gudang kecil di Daegu, hingga markas besar futuristik di Seoul, langkah-langkah pendiri Samsung menjadi tapak awal perjalanan besar. Sebuah cerita yang tak hanya menginspirasi para pengusaha Korea, tapi juga seluruh dunia.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- Kim, H. (2014). The Samsung Way: Transformational Management Strategies from the World Leader in Innovation and Design. McGraw-Hill.
- Lee, J.Y. (2015). The Story of Samsung. Seoul: Hankyoreh Media.
- Kim, E. M. (1997). Big Business, Strong State: Collusion and Conflict in South Korean Development, 1960–1990. SUNY Press.
- Samsung Newsroom. (2023). “About Lee Byung Chul and the Origins of Samsung.” https://news.samsung.com
- The Korea Times. (2010). “Remembering Samsung's Founder.”
- Forbes Asia. (2020). “The Legacy of Lee Byung Chul: Founder of Samsung.”
- Harvard Business Review. (2011). “How Samsung Became a Design Powerhouse.”