C:\Users\Public\Videos\Downloads\krispy yammy babeh.jpg

Sumber gambar : Katalog Krispy Yammy Babeh

Keripik singkong bukan lagi produk kuliner yang asing bagi masyarakat Indonesia. Hampir setiap daerah memiliki produsen makanan ini, baik skala lokal maupun nasional. Berbisnis di area ini bisa jadi tantangan besar lantaran jumlah pesaing yang begitu banyak. Meski begitu, Krispy Yammy Babeh berhasil mengatasi hal tersebut dan menjadi salah satu produk unggul di pasar keripik. Tidak main-main, di tengah pandemi, produk UKM lokal ini mampu mengekspor produk hingga ke Australia dan Kanada. Mau tahu kisah sukses bisnis ini? Sahroni dan Ade Soelistyawati, pemilik usaha Krispy Yammy Babeh, membagi cerita mereka di sini.

Berawal Dari Jajanan Keripik Rumahan

Di awal tahun 2019, Sahroni, seorang pengusaha properti di Sukabumi, mengalami kebangkrutan. Proyek pembangunan salah satu sekolah swasta yang dikerjakannya mangkrak dan tidak dibayar. Jumlah kerugiannya pun tidak kecil. Musibah tak terduga ini membuat Sahroni memutuskan untuk mundur dari dunia properti. Ia kemudian mencari ide bisnis baru untuk menghidupi keluarga kecilnya. Sebagai seseorang dengan kreativitas tinggi, tidak perlu waktu lama baginya untuk kembali menemukan ide bisnis baru yang potensial.

Di akhir tahun tersebut, Sahroni dan istrinya, Ade Sulistyowati nekat mendirikan sebuah usaha yang mengolah keripik singkong lokal. Modal yang hanya berjumlah 50 ribu rupiah mereka gunakan untuk membeli minyak goreng, gas, bumbu rasa keju dan jagung manis, serta plastik kemasan. Dari dapur rumahan yang nyaman, keripik singkong Krispy Yammy Babeh pun lahir. Produk dengan kemasan kecil ini mereka jajakan dari pintu ke pintu di perumahan sekitar tempat tinggal. Tak berhenti di situ, mereka juga menjualnya di salah satu SMP Negeri dan menitipkannya di warung-warung sekitar. Tanpa disangka, produk ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Baca Juga : Peluang Usaha Produk Keripik

Meski begitu, hal ini bukannya tanpa hambatan. Untuk memproduksi keripik singkong andalannya, Sahroni dan istri harus menggunakan mesin manual. Saat produksi masih berjumlah sedikit, hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Namun lain halnya dengan saat pesanan jumlah pesanan semakin besar. Dengan hanya mengandalkan mesin manual, mereka seringkali kewalahan dan terpaksa menambah jangka waktu produksi menjadi lebih lama. Meski begitu, Krispy Yammy Babeh berhasil melewati hambatan ini dengan menambah tenaga kerja di dapur.

Gurihnya Keripik Singkong Yang Jadi Produk Andalan

Dilansir dari website resmi mereka, Krispy Yammy Babeh mendefinisikan produknya sebagai hasil inovasi dari keripik singkong konvensional. Keripik mereka diolah secara berbeda sehingga menghasilkan camilan sehat dengan sensasi gurih yang khas. Produk ini memiliki sembilan varian rasa, yaitu original, keju, keju pedas, jagung, jagung pedas, ayam bakar, sapi panggang, balado ijo, dan rendang.

Ade Sulistyowati, yang merupakan co-owner dari bisnis ini, menjelaskan bahwa singkong dipilihnya sebagai bahan utama lantaran murah dan mudah ditemukan di pasar. Selain itu, proses penanaman dan pengolahannya pun tergolong sederhana. Dengan begitu, mereka tidak akan kesulitan mendapat bahan baku produk dan bisa menjualnya dengan harga yang terjangkau.

Baca Juga : Mengumpulkan Data Untuk Inovasi Bisnis Kuliner

Saat ditanya tentang bagaimana usaha ini sukses berkembang seperti sekarang, Bunda Elis menjawab bahwa salah satu rahasianya adalah inovasi. Ya, terus berinovasi dengan produk, strategi bisnis, dan kemasan baru adalah kunci suksesnya Krispy Yammy Babeh. Secara konsisten, bisnis ini terus mengevaluasi kinerja dan selera pasar setiap tahunnya.

Dalam lima tahun belakangan, telah banyak perubahan yang terjadi di dalam bisnis Krispy Yammy Babeh, mulai dari segi pengemasan hingga pemasaran produk. Saat pertama muncul, produk ini menggunakan kemasan plastik bening sederhana. Seiring dengan semakin apiknya strategi branding mereka, Bunda Elis juga memperkenalkan kemasan baru dengan bahan alumunium foil dan desain yang lebih menarik. “Hampir setiap awal tahun Yammy Babeh melakukan revisi kemasan,” ujarnya.

Diakuinya, setiap akhir tahun tim Krispy Yammy Babeh melakukan evaluasi internal sekaligus riset untuk strategi bisnis di tahun selanjutnya. Riset ini dilakukan secara eksternal kepada para pelanggan tetap, dengan menggunakan Google Form dan interview langsung. Salah satu hal yang selalu mereka lakukan adalah merevisi kemasan dan berinovasi dalam varian rasa. “Di tahun ini ada desain kemasan yang baru dann ada rasa baru yaitu telur asin. Kami juga menghilangkan tiga varian rasa yang lama. Tujuannya tentu agar semakin fresh dan menarik,” papar Bunda Elis.

Strategi berjualan dan pemasarannya juga semakin maju. Meskipun saat awal merintis mereka fokus pada pemasaran dan penjualan offline dari rumah ke rumah, di awal tahun 2017 Krispy Yammy Babeh memilih beralih ke penjualan online.

Baca Juga : Tips Desain Kemasan Untuk Menonjolkan Keunggulan Produk dan Citra Brand

Mengatasi Pandemi dengan Ekspor Produk

Bunda Elis mengakui bahwa dalam melalui pandemi, Krispy Yammy Babeh banyak bergantung pada penjualan produk yang diekspor. “Tahun 2020 kami tetap ekspor ke Australia, Republik Dominika, dan Kanada,” jelasnya. Meskipun kegiatan ekspor ini hanya dalam jumlah kecil, namun menurutnya sangat membantu dalam bertahan di kala pandemi.

Menurut Bunda Elis, mereka memang sudah aktif mengekspor produk ke luar negeri sejak tahun 2018. “Awalnya belajar ekspor di bulan September 2018 bersama dengan UKM Indonesia,” jelasnya.

Hal ini juga dibarengi dengan semakin rajinnya Krispy Yammy Babeh mengikuti pameran-pameran berskala internasional. Pada tahun tersebut, dengan menggunakan jasa agen, mereka mengikuti pameran di Australia, Pakistan, India, Bangladesh, Malaysia, Hongkong, Singapura, hingga Thailand. “Pernah juga ekspor ke Jepang dengan bantuan teman orang Indonesia yang tinggal di sana,” papar Bunda Elis.

Meski begitu, di tahun 2021 mereka memutuskan untuk absen sementara dari pasar ekspor global. Sebagai gantinya, Krispy Yammy Babeh berpartisipasi mengikuti Dubai Expo di Arab Saudi yang juga menarik banyak pelanggan mancanegara. “Walau tidak ekspor, kami tetap fokus pada pemasaran dan pengembangan pasar lokal,” papar Bunda Elis.

Selama pandemi, strategi bisnis mereka pun sedikit banyak berubah. Diakui Bunda Elis, sepanjang 2020 mereka juah lebih fokus memaksimalkan penjualan di marketplace online. Hal ini karena pasar online jauh lebih potensial bagi produk makanan kemasan selama pandemi. Guna meningkatkan penjualan, mereka juga lebih sering mengadakan promosi menarik dan menjual produk-produk berupa hampers atau paket. Sedikit banyak, peralihan ini membantu mereka melalui hampir dua tahun terakhir.

Baca Juga : Potensi Ekspor Produk Keripik

Membangun Bisnis Yang Sustain Dengan Pemberdayaan Masyarakat

Guna mendukung produksi dan menjamin ketersediaan bahan baku, Krispy Yammy Babeh bekerja sama dengan kurang lebih empat puluh petani singkong yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten Sukabumi. Tak hanya itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan beberapa percetakan di Sukabumi untuk memproduksi kemasan. Begitu pula dengan supplier bumbu yang digunakan untuk memperkuat rasa keripik singkong mereka. Ini adalah salah satu usaha Sahroni dan istri dalam memberdayakan para petani dan pebisnis kecil di Sukabumi.

“Dari awal, memang kami fokus pemberdayaan petani singkong dan karyawan juga dari sekitar,” jelas Bunda Elis. Ia mengakui bahwa jalan bisnis yang sustain mereka pilih karena banyak SDM potensial yang tersebar di area Sukabumi. Tak berhenti di situ, mereka juga kerap mengadakan pelatihan untuk anak-anak yang putus sekolah. Belakangan, Krispy Yammy Babeh pun menerima mahasiswa riset atau magang yang tengah menjalani tugas akhir di kampusnya.

Menurut Bunda Elis, mimpinya adalah untuk memiliki dan mengembangkan Krispy Yammy Babeh hingga sebesar pabrik-pabrik produsen makanan raksasa, seperti Indofood dan Wings Food. Tak hanya itu, Sahroni dan Bunda Elis juga bercita-cita agar produk mereka bisa mendunia dan terus memperluas jangkauan ekspor ke banyak negara. Sementara di bidang pemberdayaan masyarakat, mereka berencana ke depannya untuk memberikan bimbingan dan pendampingan pada siswa-siswa pesantren agar mengerti dasar-dasar dalam berbisnis.

Tentunya, model bisnis berkelanjutan yang digeluti Bunda Elis dan Sahroni patut dicontoh oleh teman-teman UKM yang ingin memulai bisnis dengan bahan baku produk lokal. Terbukti, dengan melanggengkan pasokan bahan dari petani singkong lokal, Krispy Yammy Babeh mampu mengekspor produk ke benua lain. Tak hanya membantu petani mendapatkan harga yang pantas, mereka juga melebarkan sayap ke pasar mancanegara.

Baca Juga : Hj Nonoh Snack, Si Cemilan Lokal yang Go International


Referensi :

Wawancara langsung via chat WhatsApp dengan Ade Soelistyowati a.k.a Bunda Elis, Co-Owner Krispy Yammy Babeh.