Membangun bisnis dari nol memang menantang, apalagi jika kamu menyasar sektor yang tergolong padat modal dan kompetitif seperti toko bangunan. Tapi justru di situlah letak peluang besarnya. Di tengah pesatnya pembangunan rumah, gedung, hingga proyek infrastruktur di Indonesia, kebutuhan akan bahan bangunan tidak pernah surut. Itulah sebabnya, memulai usaha toko bangunan bisa menjadi langkah cerdas—asal dijalankan dengan perencanaan matang dan strategi jitu.

Artikel ini akan memberi inspirasi ide terstruktur untuk kamu, tahap demi tahap untuk memulai usaha toko bangunan, mulai dari riset awal hingga proyeksi keuntungan. Kita juga akan membahas kebutuhan modal, pengelolaan stok, kerjasama dengan supplier, dan tips agar bisnismu bertahan dalam jangka panjang.


Memahami Peluang Pasar Toko Bangunan di Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor konstruksi tumbuh sebesar 5,12% pada triwulan I 2025 (y-o-y), menunjukkan tren positif pasca pandemi. Pertumbuhan sektor ini secara langsung mendorong permintaan terhadap material bangunan seperti semen, besi, cat, keramik, hingga alat pertukangan. Selain itu, proyek perumahan skala kecil hingga besar tetap menjadi motor penggerak ekonomi di daerah.

Dengan demikian, memulai usaha toko bangunan bukan hanya tentang menjual semen atau paku, tetapi juga melayani kebutuhan masyarakat yang sedang membangun kehidupan baru—secara harfiah.


Langkah Awal: Riset Pasar dan Lokasi

Langkah pertama yang tidak boleh dilewatkan adalah riset. Sebelum kamu membuka toko, pahami terlebih dulu:

  • Apakah di daerahmu sudah ada toko bangunan?
  • Barang apa saja yang paling banyak dicari?
  • Siapa target pelangganmu? Tukang bangunan? Kontraktor? Pemilik rumah?

Kamu juga perlu melakukan survei kompetitor: berapa harga barang di toko lain? Apa layanan unggulan mereka? Dengan begitu, kamu bisa menawarkan nilai tambah yang lebih menarik.

Lokasi menjadi kunci. Usahakan mencari tempat strategis—misalnya di pinggir jalan besar, dekat perumahan, atau kawasan proyek. Kalau belum memungkinkan untuk sewa ruko besar, kamu bisa mulai dari garasi rumah dan fokus pada barang-barang esensial dulu.


Perencanaan Produk dan Manajemen Stok

Memulai usaha toko bangunan berarti kamu harus siap dengan banyak variasi produk. Menurut data dari Kementerian PUPR, kategori material bangunan yang paling dibutuhkan oleh proyek konstruksi adalah semen, baja ringan, keramik, cat, dan alat kelistrikan ringan. Artinya, kamu perlu menyesuaikan jenis produk dengan permintaan yang paling umum di wilayahmu.

Secara umum, toko bangunan menyediakan:

  • Material utama: semen, pasir, batu bata, batu split
  • Peralatan: palu, gergaji, meteran, bor
  • Besi dan baja ringan
  • Cat dan perlengkapannya
  • Perlengkapan sanitasi: pipa, keran, WC
  • Barang finishing: keramik, genteng, lem

Agar tidak overstock atau malah kehabisan, kamu perlu sistem manajemen stok yang baik. Saat awal buka, pilih barang yang paling cepat terjual dan sering dibutuhkan. Gunakan aplikasi kasir atau software stok seperti iReap POS, Majoo, atau sistem sederhana berbasis spreadsheet Google.

Sebaiknya lakukan rotasi stok setiap 3 bulan sekali dan pantau tren produk melalui pemasok atau komunitas usaha lokal. Misalnya, di musim hujan, permintaan akan semen tahan lembab dan penutup atap meningkat, sedangkan di musim kemarau, barang seperti besi dan pasir banyak dicari untuk proyek bangunan besar.


Menjalin Kerja Sama dengan Distributor

Kunci utama dalam memulai usaha toko bangunan adalah menjalin kerja sama dengan pemasok atau distributor yang terpercaya. Barang-barang seperti semen dan besi memiliki banyak merek, dengan harga yang fluktuatif mengikuti tren pasar bahan konstruksi. 

Menurut Asosiasi Semen Indonesia yang dilansir dari Kompas.com, harga semen nasional sempat naik 5–10% pada awal 2025 akibat kenaikan biaya energi dan distribusi. Maka dari itu, kita harus mengantisipasinya dengan langkah:

  • Mencari distributor resmi (bukan pengecer) untuk mendapatkan harga grosir
  • Memastikan kecepatan dan konsistensi pengiriman
  • Menyepakati sistem pembayaran (tunai, tempo, atau konsinyasi)

Contoh distributor bahan bangunan besar yang bisa dijajaki antara lain PT Semen Indonesia Distributor (SID), PT Bina Mega (untuk cat), dan perusahaan besi baja seperti Krakatau Steel. Bagi toko bangunan skala kecil, jalur yang paling realistis yaitu melalui agen atau distributor resmi tingkat regional. Selain lebih sesuai dengan kapasitas modal dan gudang, agen juga biasanya menawarkan fleksibilitas pembayaran serta pengiriman yang lebih cepat.

Meski begitu, jangan hanya bergantung pada satu pihak. Menjalin kerja sama dengan beberapa agen berbeda akan membuat pasokan lebih aman dan bisnismu tetap stabil meski ada gejolak harga dari satu pemasok.

Baca juga: Perjalanan Bisnis Hermanto Tanoko, Dari Hidup Pas-Pasan Hingga Menjadi Bos Perusahaan Cat Avian 


Estimasi Modal Awal dan Biaya Operasional

Berikut ini adalah simulasi analisis modal awal dan biaya operasional untuk memulai usaha toko bangunan skala kecil-menengah:

Modal Awal:

  • Sewa tempat 1 tahun: Rp30.000.000
  • Renovasi dan rak barang: Rp10.000.000
  • Pengadaan stok awal: Rp150.000.000 (tergantung jenis barang)
  • Perizinan dan legalitas usaha: Rp2.000.000
  • Laptop dan software kasir: Rp5.000.000
  • Biaya promosi awal (spanduk, brosur): Rp3.000.000

Total Modal Awal: ± Rp200.000.000

Biaya Operasional Bulanan:

  • Gaji pegawai (2 orang): Rp6.000.000
  • Listrik dan air: Rp1.000.000
  • Transportasi logistik: Rp2.000.000
  • Restock barang (rotasi): Rp50.000.000
  • Biaya promosi digital: Rp1.000.000

Total Operasional Bulanan: ± Rp60.000.000

Proyeksi Keuntungan:

Jika toko kamu mampu menjual Rp3 juta per hari (dengan margin rata-rata 15%), maka:

  • Omzet bulanan: ± Rp90.000.000
  • Laba kotor (15%): Rp13.500.000
  • Laba bersih setelah biaya: ± Rp10.000.000–Rp12.000.000

Estimasi waktu balik modal: 18–20 bulan.


Legalitas dan Izin Usaha

Agar usaha kamu berjalan lancar dan bisa berkembang, jangan lupakan aspek legalitas. Berdasarkan PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Risiko, usaha toko bangunan masuk kategori risiko rendah, sehingga cukup dengan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui sistem OSS (Online Single Submission). Berikut beberapa hal yang perlu kamu urus:

  • NIB (Nomor Induk Berusaha) melalui OSS (oss.go.id)
  • NPWP usaha
  • Asuransi kebakaran dan risiko logistik (opsional tapi penting)

Legalitas yang lengkap akan memudahkan kamu menjalin kerja sama dengan supplier besar dan bisa mengikuti tender proyek.


Tantangan dan Tips Bertahan di Industri Ini

Memulai usaha toko bangunan memang menjanjikan, tetapi bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala yang sering muncul antara lain:

  • Harga bahan baku yang fluktuatif
  • Persaingan harga dengan toko besar atau marketplace
  • Kredit macet dari pelanggan tetap

Untuk menghadapi ini, kamu perlu fleksibel dan tangguh. Buat catatan transaksi secara rapi, tetapkan aturan pembelian tempo, dan pertimbangkan untuk melayani sistem cash and carry alias transaksi tunai “ada uang ada barang” agar lebih aman.


Digitalisasi Transaksi dan Pengelolaan Keuangan untuk Mitigasi Risiko

Usaha toko bangunan adalah bisnis perdagangan yang mengelola banyak jenis stok produk - dari semen, pasir, cat, batu, kayu batangan, dsb. Tanpa digitalisasi, mengelola begitu banyak jenis transaksi - apalagi jika barang-barangnya dibeli dari beberapa pemasok - tentunya sangat rawan dengan risiko salah hitung, bahkan, ditipu karyawan sendiri sehingga stok berkurang tapi tidak diiringi dengan peningkatan penjualan. Dengan digitalisasi, risiko-risiko ini semua bisa ditekan. 

Digitalisasi pengelolaan keuangan dengan menggunakan aplikasi sistem kasir atau Point of Sales (PoS), sistem manajemen stok, dan pengolahan data transaksi menjadi laporan keuangan, amatlah penting agar bisa melancarkan beberapa urusan berikut:

  • Melayani transaksi ke konsumen dengan aneka metode pembayaran: uang fisik, qris, transfer. Jika perlu, pakai mesin EDC juga agar bisa terima pembayaran dengan kartu debit atau kartu kredit.
  • Mencatat rincian pembelian barang dagangan, mencakup harga, jenis barang sesuai SKU (stock keeping unit), dan jumlah unit pembeliannya
  • Mencatat rincian penjualan, sama dengan di atas, mencakup jenis, jumlah, dan harga jualnya. Agar bisa melayani konsumen dengan struk belanja.
  • Update stok dan harga secara berkala, memudahkan pencocokannya dengan saldo di rekening usaha dan di laci toko. 
  • Lebih bagus lagi jika data keuangan yang sudah tercatat rapi di sistem digital, diolah lebih lanjut menjadi Laporan Keuangan Laba Rugi dan Neraca. Lebih baik jika ada Laporan Arus Kas-nya juga.

Digitalisasi keuangan ini akan sangat membantu apabila dalam perjalanan pertumbuhan bisnis toko bangunan Anda nanti, akan membutuhkan dukungan modal atau pembiayaan luar, baik dari bank maupun non-bank. Data transaksi dan laporan keuangan yang baik bisa membangun kepercayaan pemodal, sehingga tak melulu meminta agunan sertifikat tanah atau bangunan sebagai syarat utama pengajuan pinjaman atau dukungan modal dengan skema lainnya.


Penutup: Bisnis yang Tahan Lama Jika Dikelola dengan Cerdas

Memulai usaha toko bangunan adalah langkah besar yang menuntut komitmen, ketekunan, dan modal yang tidak sedikit. Tapi, jika dikelola dengan baik, usaha ini bisa jadi sumber penghasilan jangka panjang yang stabil.

Sektor konstruksi dan renovasi akan selalu berjalan, baik di kota maupun desa. Dan selama masih ada orang membangun rumah, memperbaiki atap, atau mengecat dinding, toko bangunan akan tetap dibutuhkan.

Untuk dukung kelanggengan usaha, lakukan juga langkah ini:

  • Dengarkan keluhan pelanggan dan jadikan bahan evaluasi
  • Rajin mengikuti info proyek pembangunan di sekitar tempatmu
  • Gabung komunitas pengusaha atau UMKM agar terus belajar

Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu kami sebarkan ilmu dengan bagikan konten ini juga.

Bagi yang mau dapat newsletter mingguan melalui email atau gabung ke komunitas UMKM yang kami kelola dan bisa interaksi lebih akrab di WA Grup bersama pelaku usaha lain. Siapa tahu bisa jalin kolaborasi. Silakan gabung jadi member kami disini ya: ukmindonesia.id/registrasi. 

Referensi:

  1. Badan Pusat Statistik. (2025). "Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2025."
  2. Kompas. (2025). "Harga Semen Naik Imbas Energi dan Logistik."
  3. Kementerian PUPR. (2024). “Laporan Kebutuhan Material Proyek Infrastruktur Nasional."
  4. OSS.go.id – Portal Resmi Perizinan Berusaha. https://oss.go.id."
  5. Kementerian Investasi/BKPM. (2025). “Data UMKM Terdaftar NIB."
  6. Ralali.com, Tokban.id – Platform Digital B2B Material Bangunan.
  7. iReap POS dan Majoo – Aplikasi Manajemen Inventori dan Penjualan untuk UMKM.