Sumber Foto: www.foodbev.com

Sahabat Wirausaha, pernahkah terpikir bahwa camilan keripik kentang legendaris seperti Pringles ternyata lahir dari perusahaan yang awalnya membuat sabun dan lilin? Yuk, kita telusuri kisah inspiratif di balik merek dunia ini — dari akar sejarahnya di Amerika, hingga menjadi bisnis bernilai miliaran dolar yang kini dinikmati di lebih dari 140 negara.


Asal-usul Procter & Gamble: Berawal dari Lilin dan Sabun

Nama Procter & Gamble (P&G) berasal dari dua pendirinya, William Procter dan James Gamble.

  • William Procter adalah pembuat lilin asal Inggris,

  • sementara James Gamble adalah pembuat sabun asal Irlandia.

Keduanya adalah imigran yang mencari kehidupan baru di Amerika Serikat dan sama-sama menetap di Cincinnati, Ohio. Karena menikahi dua saudara perempuan — Olivia dan Elizabeth Norris — keduanya menjadi ipar. Atas saran ayah mertua mereka, Alexander Norris, mereka pun bergabung dan mendirikan Procter & Gamble pada tahun 1837.

Awalnya, bisnis mereka hanya menjual sabun dan lilin untuk rumah tangga. Namun karena inovasi dan keuletan, P&G berkembang pesat dan bahkan mendapat kontrak besar dari pemerintah AS untuk memasok sabun serta lilin selama Perang Saudara Amerika (1860-an).

Seiring berjalannya waktu, P&G dikenal sebagai pelopor inovasi produk rumah tangga dengan peluncuran sabun Ivory (1879), deterjen Tide (1946), dan popok Pampers (1961). Tidak berhenti di situ, perusahaan ini akhirnya memasuki industri makanan ringan melalui produk Pringles pada 1967.

Baca Juga: Ide Bisnis Keripik Sayur Kreatif yang Bikin Produk Dicari Pasar


Lahirnya Pringles: Inovasi dari Laboratorium P&G

Kisah Pringles bermula pada tahun 1956, ketika banyak konsumen mengeluhkan keripik kentang biasa yang mudah hancur dan cepat melempem. Untuk menjawab tantangan itu, P&G menugaskan ilmuwan Fredric J. Baur untuk menciptakan keripik yang “lebih pintar”.

Hasil risetnya melahirkan dua inovasi penting:

  1. Bentuk keripik yang seragam dan kuat, yaitu hyperbolic paraboloid (lekukan ganda) yang memungkinkan tumpukan chip saling menopang.

  2. Kemasan tabung silinder yang menjaga chip tetap renyah dan tidak hancur.

Produk ini akhirnya diperkenalkan pada tahun 1967, dan resmi masuk pasar global pada 1970-an. Meskipun awalnya mendapat kritik karena rasanya yang unik dan bentuknya yang “tidak seperti keripik biasa”, strategi pemasaran ulang P&G sukses mengubah Pringles menjadi simbol inovasi dan gaya hidup modern.

Sebagai kisah menarik, Fredric Baur sangat mencintai kreasinya hingga saat meninggal, sebagian abunya dimakamkan dalam tabung Pringles — bukti betapa ikoniknya produk ini. Ini adalah contoh bahwa karya besar memang dilahirkan oleh seseorang yang sangat mencintai proses penciptaan dan pembuatannya, sehingga produk yang tercipta pun memiliki makna yang sangat tinggi di hatinya, dan akhirnya tersampaikan ke hati konsumen. 

Dari Produk Eksperimen Jadi Brand Global yang Diperebutkan 

Dalam beberapa dekade berikutnya, Pringles berkembang pesat dengan berbagai rasa dan desain kemasan yang kreatif. P&G menjadikannya salah satu produk global andalan di sektor makanan ringan.

Namun, setelah lebih dari 40 tahun mengelola bisnis snack, P&G mulai berfokus kembali pada lini produk inti di bidang kebersihan dan perawatan pribadi. Akhirnya, perusahaan ini memutuskan untuk melepaskan bisnis Pringles ke pihak lain.

Pada 31 Mei 2012, Kellogg Company — raksasa makanan asal Amerika Serikat yang dikenal lewat sereal Corn Flakes dan Pop-Tarts — resmi membeli Pringles dari P&G dengan nilai US$ 2,7 miliar. Langkah ini menjadikan Pringles sebagai merek snack global utama dalam portofolio Kellogg, sekaligus memperkuat posisi perusahaan di pasar makanan ringan internasional.

Lebih dari satu dekade kemudian, pada tahun 2023, Kellogg melakukan restrukturisasi besar dengan memisahkan bisnisnya menjadi dua:

  • WK Kellogg Co untuk lini sereal, dan

  • Kellanova untuk lini snack dan makanan siap saji (yang menaungi Pringles).

Tak berhenti di situ, pada 2024, muncul kesepakatan bahwa Mars Inc. (perusahaan global di bidang makanan dan permen) akan mengakuisisi Kellanova senilai sekitar US$ 35,9 miliar. Jika disetujui regulator, Pringles pun akan segera menjadi bagian dari keluarga besar Mars — rumah bagi merek seperti M&M’s, Snickers, dan Pedigree.

Baca Juga: Renyahnya Bisnis Keripik Tempe, Mudah Diolah Hingga Populer di Kalangan Konsumen


Jejak Distribusi dan Estimasi Nilai Penjualan Pringles di Dunia

Pringles kini diproduksi di berbagai lokasi strategis untuk memenuhi pasar global:

  • Jackson, Tennessee (Amerika Serikat)

  • Mechelen, Belgia

  • Kutno, Polandia

  • Johor Bahru, Malaysia

  • Fujian, Tiongkok

Dengan jaringan produksi di berbagai benua, Pringles dapat menyesuaikan rasa dan kemasannya sesuai preferensi lokal. Produk ini kini dijual di lebih dari 140 negara, dan setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 2,3 miliar kaleng Pringles dikonsumsi di seluruh dunia.

Menurut laporan industri makanan global (FoodDive, 2024), Pringles berkontribusi lebih dari US$ 3 miliar per tahun terhadap pendapatan bersih Kellanova. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat sejak akuisisi oleh Kellogg pada 2012. Dalam laporan keuangan kuartal III 2024, Kellanova bahkan mencatat total penjualan bersih sekitar US$ 3,23 miliar, di mana Pringles menjadi salah satu kontributor terbesarnya.

Posisi ini menempatkan Pringles di jajaran top brand snack dunia, bersaing dengan merek besar seperti Lay’s dan Doritos, baik dari sisi penjualan maupun loyalitas konsumen.

Baca Juga: Potensi Cuan dari Bisnis Keripik Singkong, Bisa Dirintis dengan Modal Terbatas


Pelajaran untuk Sahabat Wirausaha UMKM

Kisah panjang Procter & Gamble, Kellogg, dan Pringles memberi banyak pelajaran berharga untuk para pelaku usaha:

  1. Inovasi berawal dari keinginan untuk menyelesaikan masalah nyata. Fredric Baur menciptakan Pringles untuk menjawab keluhan konsumen.

  2. Kemasan bisa jadi kekuatan merek. Bentuk tabung Pringles adalah ikon yang tidak tergantikan, walau bahkan telah diikuti oleh brand lain.

  3. Bisnis yang peduli dengan agenda riset untuk inovasi adalah yang bisa tumbuh lintas generasi. Dari lilin dan sabun, ke snack global — semua berawal dari keberanian mencoba hal baru, serta kerelaan dan keberanian untuk mengalokasikan sumber daya (dana dan pikiran) untuk riset.  
  4. Produk dengan brand yang kuat dapat menjadi aset perusahaan dengan nilai jual fantastis. Pringles adalah sedikit contoh dari suatu lini produk yang telah memiliki “3 orang tua”. Orang tua kandung yang melahirkannya adalah Perusahaan P&G, kemudian dipinang oleh Kellogg, dan kemudian dijual lagi ke Kellanova. 

Jadi Sahabat Wirausaha, brand itu bukan hanya bertaut pada brand perusahaan kita saja ya! Masing-masing produk yang kita kembangkan, juga bisa dibangun brand atau reputasi citranya. 

Jika artikel ini bermanfaat, mohon berkenan bantu kami sebarkan pengetahuan dengan membagikan tautan artikelnya, ya!

Bagi Sahabat Wirausaha yang ingin bergabung dengan Komunitas UMKM di bawah naungan kami di UKMIndonesia.id - yuk gabung dan daftar jadi anggota komunitas kami di ukmindonesia.id/registrasi. Berkomunitas bisa bantu kita lebih siap untuk naik kelas!

Daftar Referensi: 

    1. Procter & Gamble Official Websitehttps://us.pg.com/pg-history/ 
    2. Britannica: “Procter & Gamble Company” – Overview of founders, origins, and global growth https://www.britannica.com/topic/Procter-and-Gamble-Company 
    3. SupplySide Journal: “Kellogg Finalizes $2.7 Billion Pringles Acquisition” https://www.supplysidesj.com/business-resources/kelloggs-finalizes-2-7-billion-pringles-acquisition 
    4. The Guardian: “Mars Agrees Deal to Buy Pringles-maker Kellanova” https://www.theguardian.com/business/article/2024/aug/14/mars-agrees-deal-to-buy-pringles-maker-kellanova
    5. Reuters: “Pringles-maker Kellanova Beats Sales, Profit Estimates” https://www.reuters.com/business/retail-consumer/pringles-maker-kellanova-beats-quarterly-sales-profit-estimates-steady-demand-2024-10-31/