C:\Users\Public\Videos\Downloads\IMG_20211028_182940_HHT-01.jpeg

Sumber gambar : Hasan Agus Wiratomo via WhatsApp chat

Sudah sejak lama, Yogyakarta dikenal sebagai kota seni dan budaya. Banyak perupa, pelukis, maupun pematung ternama berasal dari sana. Tak pelak, bisnis-bisnis yang muncul dari wilayah Kesultanan ini punya produk yang erat kaitannya dengan seni maupun budaya khas Nusantara. Salah satunya adalah Citramata, sebuah usaha kecil yang didirikan oleh Hasan Agus Wiratomo.

Citramata menawarkan produk yang cukup menarik : boneka kayu yang dilukis dengan baju adat dari berbagai wilayah Nusantara. Dibandrol dengan harga yang bersahabat, produk ini dengan cepat menjadi souvenir dan buah tangan yang populer di banyak kalangan. Berawal dari coba-coba, perjalanan bisnis Hasan bisa jadi inspirasi tersendiri bagi para Sahabat Wirausaha.


Memulai Bisnis Sebagai Perupa Lokal

Hasan Agus Wiratomo sudah aktif di dunia seni sejak menempuh pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Mengambil jurusan Seni Rupa Patung, ia mengasah kemampuannya selama berkuliah sebagai pematung lokal dan mulai belajar tentang dunia bisnis. “Dari situ saya memotivasi diri sendiri, kalau nanti lulus kuliah, aku tidak akan mencari kerja. Tapi mau bikin lapangan kerja,” tutur Hasan.

Baca Juga : Azza Urbancraft, Brand Kerajinan Lokal Bertema Khas Yogyakarta

Setelah merampungkan studinya di tahun 2016, ia pun sepakat untuk memulai bisnis kecil bersama seorang teman dari jurusan Seni Lukis. Proses riset pun mereka mulai dengan menelusuri berbagai referensi seni yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Setelah beberapa waktu, keduanya sepakat untuk membuat boneka kayu kecil yang dihiasi lukisan. Produk ini dimaksudkan untuk dipasarkan dalam kategori souvenir, kado, dan oleh-oleh.

“Awalnya, kita memang riset dulu, produk seni yang lagi rame itu apa,” papar Hasan. Dalam prosesnya, mereka menemukan boneka patung kayu berukuran kecil khas negara Jepang dan Rusia. Dari sosial media dan berbagai website, Hasan dan temannya mengamati berbagai foto kedua benda tersebut. Boneka kayu khas Jepang dibuat dengan teknik ukir sederhana, berbentuk manusia kecil berkepala bulat, dan dilukis bagian wajah serta tubuhnya dengan pakaian tradisional negara tersebut.

Baca Juga: Tips Melakukan Riset Pasar Bagi UMKM

Sementara itu, boneka kayu dari negara Rusia dibuat dalam bentuk karikatur wanita bertubuh gemuk dan gempal dengan wajah tersenyum ramah. Satu set terdiri atas tiga hingga lima boneka, yang masing-masing berbeda ukuran dan memiliki rongga kosong di dalam tubuhnya. Boneka-boneka dalam set yang sama dapat diisi sesuai dengan masing-masing ukuran mereka. Setiap boneka dilukis dengan pakaian tradisional Rusia. Kedua jenis boneka kayu ini sudah lama terkenal sebagai souvenir khas dari masing-masing negara.

Hasan kemudian menggunakan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) untuk mengadopsi konsep ini. Ia mulai membuat boneka kayu berukuran persis dengan boneka dari Jepang. Hanya saja, ia melukisnya dengan pakaian adat khas Nusantara. Ia kemudian membuat akun Instagram khusus dan mengunggah boneka-boneka kayu buatannya. “Setelah itu, langsung ada saja yang pesan,” ujar Hasan.

Baca Juga : Menentukan Unique Selling Proposition

Citramata, Boneka Kayu Khas Indonesia

Sumber gambar : Hasan Agus Wiratomo via WhatsApp Chat

Boneka kayu buatan Hasan menyasar pasar kategori kado, baik untuk ulang tahun, kado pernikahan, hingga wisuda. “Kalo bentuknya, masih yang bulat-bulat, itu ciri khas yang membedakan kita dengan produk sejenis lainnya,” papar Hasan. Ke depannya, ia berharap bisa terus berinovasi dan membuat desain unik lain untuk boneka kayunya.

Setelah awalnya sempat memakai nama MODUST sebagai nama brand, ia kemudian merubahnya menjadi Citramata di awal tahun 2021 lalu. “Citramata punya arti khusus. Kata citra berarti gambaran atau visual, sedangkan mata adalah indera penglihatan. Jadi Citramata, artinya sesuatu yang indah atau menarik jika dilihat,” jelas Hasan dengan bangga.

Awalnya, mereka menggunakan resin sebagai bahan baku utama pembuatan patung. Namun setelah beberapa bulan, Hasan dan partner bisnisnya beralih menggunakan bahan kayu. “Agar lebih mudah proses pembuatannya,” ujar Hasan.

Baca Juga : Menghadapi Pandemi Dengan Riset Berbasis Data

Kayu-kayu yang mereka gunakan didapatkan dari limbah produksi dari tukang bubut kayu. Hal ini bukan tanpa alasan. Keduanya ingin memanfaatkan limbah kayu agar produk yang mereka buat tetap ramah lingkungan. Potongan-potongan kecil kayu tersebut, Hasan akan mengukir bentuk boneka dan memulai proses pembuatannya secara sederhana.

Di sini, tantangan sempat muncul dalam bentuk getah. Jika bahan kayu yang mereka gunakan langsung diolah saat masih basah, akan muncul getah yang merusak cat lukisnya. Hal ini sempat menghambat produksi cukup lama, sebelum Hasan menemukan solusinya. Ia membeli oven dan mengeringkan kayu basah di dalamnya sebelum diolah.

Sumber gambar : Hasan Agus Wiratomo via WhatsApp Chat

Sejak berdiri, varian boneka kayu yang dibuat oleh Hasan juga makin beragam. “Tadinya kami cuma membuat boneka kayu custom untuk kado, tapi sekarang sudah punya beberapa dengan baju adat khas Indonesia,” papar Hasan. Tak hanya itu, ukuran produk pun mulai banyak macamnya. Awalnya, Citramata juga hanya produk boneka yang menggunakan frame khusus. Namun saat ini, Hasan juga menggunakan bahan akrilik.

Baca Juga : Homeware International Indonesia, Merambah Pasar Ekspor Lewat Kerajinan Berprinsip Sustainability

Untuk saat ini, jangkauan pasar Citramata pun cukup berkembang. Bisnis yang dimulai hampir tanpa modal ini, sekaran berhasil menjual produknya ke berbagai kota di Indonesia. Hal ini dicapai melalui penjualan online, baik dari marketplace seperti Shopee dan Tokopedia, maupun dari media sosial. Sebelum pandemi menyerang, produk Citramata juga sempat masuk ke beberaa toko cinderamata di Yogyakarta. “Sekarang kami juga lagi mengembangkan website untuk penjualan,” ujar Hasan.


Hantaman Pandemi Tidak Menyurutkan Mimpi

Diakui Hasan, pandemi cukup keras menghantam bisnisnya yang terbilang masih muda. Di awal tahun 2020, setelah beberapa lama membuat produk kado, ia akhirnya mulai mencoba membuat boneka untuk souvenir. “Mulai bikin souvenir dua bulan sebelum pandemi dan sempat ada pesanan besar untuk souvenir pernikahan sebanyak 400 buah,” cerita Hasan.

Sayangnya, saat COVID-19 masuk ke Indonesia di bulan Maret, berbagai pembatasan acara sosial dilakukan pemerintah. Pesanan besar tadi dibatalkan oleh konsumen, yang kemudian hanya memesan 100 buah boneka. “Beberapa pesanan lain juga di-cancel karena memang nggak boleh ada acara keramaian,” ujar Hasan.

Baca Juga : Tips Menjalani Bisnis di Tengah Pandemi Ala Tugu Bakery

Di tahun itu, ia juga sempat menerima pesanan dari Dinas Pariwisata Jakarta sebanyak 20 pasang boneka. “Nah, setelah itu mereka ingin pesan lagi, tapi terbentur pandemi, jadinya malah cancel,” cerita Hasan.

Dipepet pandemi, Hasan akhirnya beralih menggunakan sistem pre-order (PO) guna mengurangi beban biaya produksi. Pasalnya, pesanan yang masuk belum stabil dan belum ada kerjasama dengan pihak lain untuk meringankan beban produksi. Pemasukan mereka pun turut macet selama beberapa bulan.

Meskipun saat ini kondisi bisnis Citramata masih setengah vakum, ia tak pernah kehilangan harapan untuk tetap bertahan. Selama pesanan produk minim, Hasan mengikuti berbagai kelas-kelas online untuk menambah ilmunya di bidang bisnis. Di bulan Januari nanti, Hasan juga memutuskan untuk pulang kampung ke Magelang, dan memindahkan seluruh tempat produksi Citramata ke sana.

Baca Juga : Strategi Bertahan dan Bangkit di Kala Pandemi

Belakangan, kondisi pesanan juga mulai membaik. Di bulan Oktober lalu, Citramata mengikuti kurasi pengadaan merchandise untuk event Moto GP di sirkuit Mandalika. “Alhamdulillah Citramata lolos, dan ini tinggal menunggu info penandatangan kerjasamanya,” papar Hasan.

Kedepannya, ia berharap bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun yang baik bagi Citramata. Penjualan offline di toko cinderamata pun akan diaktifkan kembali seiring membaiknya situasi pandemi di Indonesia. Ia percaya bahwa saat Citramata bangkit, jangkauan pasarnya akan lebih luas lagi. Hasan juga berencana membawa brand Citramata sebagai salah satu souvenir khas Indonesia sekaligus menjadi produk promosi dan edukasi untuk mengenalkan adat serta budaya negeri ini. “Tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, namun juga ke mancanegara,” pungkas Hasan dengan optimis.

Tetap bersikap positif dan yakin adalah salah satu sikap yang bisa dicontoh Sahabat Wirausaha dalam menghadapi pandemi. Dari Hasan dan Citramata, kita bisa belajar bahwa kesempatan tidak akan hilang jika tetap yakin dengan bisnis yang dijalankan. Yuk, waktunya Sahabat Wirausaha juga bangkit. Dan saatnya UKM Naik Kelas!

Baca Juga : Naruna Ceramic, Strategi Survive di Saat Pandemi

Referensi :

Wawancara langsung dengan Hasan Agus Wiratomo, Founder dan Owner Citramata, via WhatsApp sepanjang bulan Desember 2021.