
Sahabat Wirausaha, kamu pasti pernah merasakan hal ini: usaha sudah berjalan bertahun-tahun, pemasukan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan bahkan kadang terasa lumayan besar. Namun entah mengapa, tujuan finansial besar—renovasi rumah, membeli kendaraan operasional, menambah modal, atau menyiapkan pendidikan anak—tetap terasa jauh di pelupuk mata. Seakan ada tembok tipis namun kuat yang membatasi langkahmu.
Sebagian orang mengira masalahnya ada pada jumlah pendapatan. Padahal, banyak pelaku usaha yang pendapatannya meningkat tetapi posisi finansialnya tetap “seret”. Bukan karena mereka tidak bekerja keras, tetapi karena kebiasaan kecil yang mengalir setiap hari ternyata tidak pernah diarahkan untuk mendukung masa depan.
Keuangan yang sehat bukan dibangun dari uang besar, tetapi dari pola yang tepat. Pola itu adalah kebiasaan—yang sering kali tak kita sadari, namun menentukan apakah tujuan besar bisa tercapai atau terus tertunda.
Ketika Hidup Sehari-Hari Menghabiskan Energi untuk Berpikir Jangka Pendek
Penelitian Haushofer dan Fehr di jurnal Science menjelaskan bagaimana kondisi serba terbatas—waktu, uang, bahkan energi mental—membentuk apa yang disebut scarcity mindset. Ketika seseorang hidup dalam ritme pendapatan harian seperti UMKM, fokus pikirannya secara otomatis tertarik ke kebutuhan hari ini. Keputusan jangka panjang terasa tidak mendesak, tidak penting, atau bahkan tidak relevan.
Inilah alasan mengapa menabung sering “lupa”, pencatatan keuangan terasa berat, dan memisahkan uang usaha–pribadi tampak seperti pekerjaan tambahan. Bukan karena pelaku UMKM tidak disiplin, tetapi karena kapasitas mental mereka sudah habis untuk memastikan hari ini berjalan baik. Sangat manusiawi, tetapi berdampak panjang.
Dalam keadaan seperti ini, rencana sebesar apa pun akan kalah oleh kebiasaan kecil yang sudah otomatis terbentuk.
Masalah Utama UMKM Bukan Tidak Bisa Menabung, tetapi Tidak Memiliki Struktur Kebiasaan
Richard Thaler, ekonom peraih Nobel, menjelaskan konsep mental accounting—cara manusia mengotak-kotakkan uang di kepalanya. Jika kotaknya jelas, keputusan keuangan menjadi sehat. Jika kotaknya kabur, keputusan ikut kabur.
Pada UMKM, kotak ini hampir selalu campur aduk. Uang yang masuk ke laci kas bisa dipakai seketika untuk kebutuhan rumah tangga. Pengeluaran kecil lupa dicatat karena “ah cuma segini”. Tabungan muncul hanya kalau ada sisa, padahal sisa jarang sekali terjadi. Lama-lama, arus kas tidak menunjukkan arah, hanya mengikuti arus hidup.
Di titik ini, kita perlu menyadari satu hal penting:
Sahabat Wirausaha bukan gagal menabung. Kebiasaan finansialnya saja yang belum diarahkan.
Kabar baiknya, kebiasaan bisa dibentuk—pelan-pelan, konsisten, dan realistis untuk kehidupan UMKM sehari-hari.
Kebiasaan Kecil yang Mampu Mengubah Masa Depan Finansial
Dalam ilmu habit formation, perubahan besar berasal dari tindakan kecil yang dilakukan setiap hari. James Clear menyebutnya small wins—langkah sederhana yang membentuk identitas baru.
UMKM tidak membutuhkan kebiasaan yang rumit. Yang dibutuhkan justru kebiasaan sederhana yang mudah dilakukan bahkan ketika sedang lelah, sibuk, atau omzet menurun.
Ada tiga kebiasaan inti yang sangat menentukan:
- Menyisihkan uang di awal, bukan menunggu sisa.
Menabung Rp5.000–20.000 di pagi hari membuat tujuan masa depan mendapat “haknya” lebih dulu, sebelum godaan pengeluaran muncul. - Mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap hari.
Tidak perlu rumit—cukup tiga baris: berapa masuk, berapa keluar, berapa saldo. Kebiasaan ini mengurangi kebocoran kas yang sering terjadi tanpa sengaja. - Memisahkan rekening usaha dan pribadi.
Pemisahan sederhana ini memberi struktur mental baru: uang usaha hidup di jalurnya, uang pribadi hidup di jalurnya.
Ketiga kebiasaan ini bukan aturan, tetapi struktur. Sebuah “rel” yang membantu uang bergerak ke arah yang tepat.
Baca juga: Transaksi Cashless Bisa Bikin Penghasilan UMKM Lebih Stabil? Begini Cara Kerjanya
Mengapa Hidup UMKM Sangat Rentan Menghabiskan Tabungan?
Ekonom Angus Deaton menyebut bahwa rumah tangga berpendapatan fluktuatif akan cenderung mengalami “gelombang kecil pengeluaran” yang sering menghancurkan rencana besar. Anak sakit, harga bahan naik, peralatan rusak, pengiriman telat—hal-hal ini terjadi lebih sering pada kelompok pendapatan harian.
Di sinilah pentingnya kebiasaan kecil. Tanpa kebiasaan, tabungan akan hilang secepat ia muncul. Tetapi jika kebiasaan tertata, tabungan kecil akan menemukan jalan untuk bertahan. Pelan-pelan ia tumbuh menjadi modal penting untuk masa depan.
Membuat Tujuan Finansial Menjadi Lebih Dekat Secara Emosional
Kebiasaan sulit bertahan jika tujuan finansial terasa datar dan teknis. Women’s World Banking menemukan bahwa pelaku usaha akan lebih disiplin ketika tujuannya bersifat emosional: keluarga, pendidikan anak, rasa aman, dan keberlangsungan usaha.
Bukan “tabungan Rp20 juta”, tetapi:
- ingin usaha punya kendaraan operasional agar tidak tergantung sewa,
- ingin cadangan modal agar tidak panik saat sepi,
- ingin anak sekolah dengan lebih baik tanpa memikirkan biaya.
Ketika tujuan menyentuh emosi, kebiasaan lebih mudah dijaga. Setiap Rp10.000 yang disisihkan terasa bukan angka, tetapi langkah menuju kehidupan yang lebih layak.
Baca juga: Cara Menabung yang Menguntungkan agar Nilai Uang Tidak Tergerus Inflasi
Digitalisasi: Penjaga Kebiasaan Agar Tetap Konsisten
World Bank dan OJK menemukan bahwa penggunaan rekening digital meningkatkan keberhasilan menabung karena membantu kebiasaan menjadi otomatis. Fitur auto-save, pencatatan transaksi otomatis, dan pemisahan rekening membuat proses pengelolaan keuangan tidak lagi bergantung pada ingatan atau motivasi.
Digitalisasi bukan pengganti kebiasaan, tetapi penjaganya. Ia membuat kebiasaan kecil bekerja bahkan ketika kamu sedang sibuk melayani pelanggan atau menghadapi hari yang berat.
Bagi UMKM, hal ini sangat penting. Ketika sistem otomatis bekerja, kamu tidak perlu energi ekstra untuk mengingat apa yang harus dilakukan.
Mengelola Godaan Konsumtif dengan Cara yang Lebih Realistis
Dalam ekonomi perilaku, keputusan impulsif sering muncul ketika seseorang lelah secara emosional atau mental. UMKM tentu sering berada dalam posisi ini—long shift, pelanggan banyak, atau justru sepi.
Salah satu teknik sederhana adalah menunda 24 jam untuk pembelian yang tidak mendesak. Penundaan kecil ini memberi ruang bagi otak untuk berpikir jernih dan menilai apakah pengeluaran itu benar-benar perlu.
Teknik sederhana, tetapi banyak UMKM yang berhasil mengurangi pengeluaran tidak penting hanya dengan kebiasaan ini.
Kebiasaan Sehat adalah Pondasi, Bukan Tambahan
Keuangan yang sehat tidak lahir dari sekali dua kali keputusan besar. Ia lahir dari kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari tanpa kita sadari. Seperti air menetes yang perlahan membentuk batu, kebiasaan keuangan membentuk masa depan finansial.
Kebiasaan menyisihkan uang, mencatat, memisahkan rekening, menunda pembelian, dan menjaga tujuan tetap hidup di hati—semua itu adalah pondasi yang menopang langkah besar yang ingin kamu capai.
Sahabat Wirausaha, masa depan finansial bukan sesuatu yang jauh. Ia sedang kamu bangun setiap hari melalui kebiasaan yang kamu pilih. Perubahan kecil hari ini bisa menjadi pintu menuju perubahan hidup yang jauh lebih besar.
Tujuan besar tidak dicapai dengan kekuatan besar. Ia dicapai dengan kebiasaan yang tepat, dijaga sedikit demi sedikit, setiap hari.
Jika artikel ini bermanfaat, mohon berkenan bantu kami sebarkan pengetahuan dengan membagikan tautan artikelnya, ya!
Bagi Sahabat Wirausaha yang ingin bergabung dengan Komunitas UMKM di bawah naungan kami di UKMIndonesia.id - yuk gabung dan daftar jadi anggota komunitas kami di ukmindonesia.id/registrasi. Berkomunitas bisa bantu kita lebih siap untuk naik kelas!
Referensi
- Haushofer, J., & Fehr, E. (2014). On the Psychology of Poverty. Science.
- Thaler, R. (1999). Mental Accounting Matters. Journal of Behavioral Decision Making.
- Deaton, A. (1991). Savings and Liquidity Constraints. Econometrica.
- OJK (2023–2024). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan.
- World Bank (2024). Global Findex Database.
- Women’s World Banking (2019–2023). Financial Inclusion Studies.
- Clear, J. (2018). Atomic Habits.
- Housel, M. (2020). The Psychology of Money.









