Sahabat Wirausaha yang belum memiliki target pasar potensial atau lagi mencari cara untuk mengembangkan bisnis pempek, sebaiknya melirik pasar milenial. Selain karena peluang keuntungannya yang cukup besar, generasi yang lahir antara 1981-1996 ini ternyata lebih menggemari makanan tradisional daripada mengkonsumsi junk food.
Menurut data.goodstats.id, 45% milenial menyukai makanan tradisional, menyusul 28,18% makanan junk food. Alasan generasi milenial menyukai makanan tradisional karena kaya rasa, banyak tersedia di tempat-tempat kuliner dan tempat wisata, serta harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan makanan lain. Sementara pempek, merupakan kuliner tradisional Indonesia yang berhasil menempati posisi ketiga di situs Taste Atlas sebagai street food terbaik di Asia (Maret 2023) sehingga sangat cocok jika menargetkan pasar milenial.
Cara Menemukan Pasar Milenial Untuk Berbisnis Pempek
Menurut Kata Data, brand besar melihat generasi milenial sebagai pelaku utama yang menggerakkan ekosistem transaksi digital. Bahkan, jumlah persentase populasinya lebih besar, menyentuh 34 persen jika dibandingkan dengan generasi lain seperti generasi baby boomer, generasi X, generasi Z sampai generasi alpha. Daya beli generasi milenial juga terbilang paling besar jika dibandingkan dengan generasi lain.
Menurut MarTech Advisor, 54 persen kaum milenial secara rutin melakukan transaksi online dan 40 persen diantaranya kerap mencari online review sebelum bertransaksi. Nah, jika Sahabat Wirausaha berhasil menemukan pasarnya, sudah pasti pendapatan meningkat. Dengan beberapa fakta di atas, sudah saatnya Sahabat Wirausaha bergerak mencari pasar milenial. Lalu, bagaimana caranya menemukan pasar milenial untuk pedagang pempek? berikut tips nya.
1. Mengubah Pola Pikir
Awali tips ini dengan melatih pola pikir ke arah yang lebih maju. Menurut owner Pempek Almira, Nina Junisma yang membagikan kisah perjalanan bisnisnya melalui kanal YouTube, jika tidak mau mengubah pola pikir menuju level paling tinggi bagi seorang pengusaha, dipastikan Sahabat Wirausaha akan kesulitan menemukan pasar milenial, hal seperti itu paling banyak dijumpai pada pedagang pempek yang mengawali usaha dari rumah. Beberapa alasannya karena sibuk mengurus kebutuhan suami, anak, hingga rumah tangga.
Sejatinya, banyak UMKM besar terutama dari kalangan wanita yang memulai karir dari rumah, tentu hal ini baru terjadi setelah mereka melatih pola pikirnya. Beberapa diantaranya seperti Nina Junisma dengan merk Pempek Almira, yang fokus pada penjualan pempek frozen dan hampers pempek ready to eat.
Kemudian Nenden Rospiani dengan merk Restu Mande, menjual rendang dalam kemasan vakum. Berikutnya ada Gina Priadini dengan merek dagang Good Vibes, menjual produk perawatan kulit alami. Terakhir, wanita yang dikenal sebagai Erna Sari, pebisnis Ayam Penyet Bandung, kemudian berkembang hingga akhirnya memiliki 5 cabang di Jabodetabek.
Baca Juga: After Sales Service yang Efektif: Kunci Keberhasilan Bisnis Jangka Panjang
a. Mengubah Rasa Takut Menjadi Rasa Penasaran
Ketika rasa takut gagal datang, terutama dalam menjalankan bisnis pempek, ubah menjadi rasa ingin tahu dengan mengatakan pada diri ‘saya hanya ingin melihat hasil akhirnya setelah berusaha sekuat tenaga’. Jika aktivitas ini dilakukan terus menerus, pikiran menjadi lebih terbuka dan semakin berani melakukan eksperimen untuk mencoba terobosan baru dalam menjalankan bisnis pempek.
b. Banyak Mengambil Risiko
Semakin banyak mengambil risiko mulai dari yang kecil sampai besar, maka semakin baik pula bisnis pempek tersebut. Hal ini bertujuan untuk melatih pikiran stres untuk menghindari kesalahan dan kegagalan. Untuk menghindari kesalahan dari pilihan yang sudah diambil, banyaklah melakukan riset, dan menyusun strategi dalam menjalankan bisnis pempek.
2. Menaklukkan Tantangan Eksternal
Poin kedua ini mewajibkan Sahabat Wirausaha mengubah mindset tentang pempek. Seperti misalnya, kebiasaan pedagang menjual pempek dalam keadaan mentah atau beku, lalu meletakkannya di gerobak, kemudian menggorengnya ketika orderan masuk, dan terakhir mencampurkannya dengan kuah cuko, dikemas menggunakan kemasan styrofoam atau kemasan plastik mika.
Menurut owner Pempek Almira, Nina Junisma, jika hal di atas terus dilakukan, kecil kemungkinan dagangan Sahabat Wirausaha dilirik kalangan milenial. Alasannya karena tidak keren dan sudah ketinggalan zaman. Solusinya:
a. Buat Terobosan Agar Milenial Bangga Membeli Pempek
Terserah dalam bentuk apa pun, misalnya meletakkan pempek dalam kemasan yang menyerupai objek tertentu, bentuk ikan contohnya (kemasan karakter). Memang sedikit mengeluarkan biaya lebih untuk jenis kemasan yang seperti ini, namun hal ini akan menjadi pertimbangan kalangan milenial untuk terus membeli.
b. Pempek dalam Bentuk Hampers
Kemudian, bisa juga menjadikan pempek sebagai hampers ready to eat, atau gift box yang isinya pempek ready to eat, hal yang jarang terpikirkan pedagang pempek. Karena kebanyakan orang membuat hampers atau gift box berisikan kue kering, alat makan, alat ibadah, bunga, kue basah, hingga logam mulia.
c. Buat Platform Digital
Siapkan platform digital untuk menangkap pasar yang lebih besar lagi. Untuk permulaan, Sahabat Wirausaha bisa memulainya dengan berjualan melalui media sosial. Cari satu saja yang paling banyak dipakai, lalu kembangkan. Salah satunya yang dilakukan Marliyani, pemilik usaha Pempek D3BI. Wanita ini berhasil memasarkan pempek melalui platform online, seperti Instagram, WhatsApp, hingga berbagai macam layanan food delivery.
Baca Juga: 8 Tips Bisnis Isi Ulang Air Minum, Biar Berkembang dan Sukses Tarik Pelanggan
d. Ikut Pameran
Menurut owner Pempek Almira, Nina Junisma, hal terakhir yang dia lakukan untuk mendapatkan pasar milenial adalah jangan pernah canggung mengikuti banyak kegiatan. Seperti pameran, workshop, sampai acara-acara olahraga dan live event lainnya. Forbes menyebutkan, hal ini karena generasi milenial besar dan tumbuh karena adanya komunitas. Bahkan Forbes juga mencatat, setidaknya 78 persen generasi milenial mau menghabiskan uang untuk kebutuhan live event. Tentu saja hal ini tak terlepas dari besarnya pengaruh media sosial dan internet.
3. Mengenal Generasi milenial
Jika Sahabat Wirausaha masih kesulitan membedakan generasi milenial dengan yang tidak, berikut perbedaannya menurut lifestyle.bisnis.com:
a. Tak Suka Basa-Basi
Ciri-ciri pertama generasi ini kerap berbelanja secara spontan. Contohnya tak mau menawar belanja, tak mau membanding-bandingkan produk A dengan B, baik dilakukan secara online atau offline. Sehingga dapat disimpulkan, generasi ini kurang perhitungan saat berbelanja. Jika ada uang, apa yang mereka inginkan ya tinggal beli saja.
Hal di atas sudah dibuktikan oleh hasil riset yang dilakukan perusahaan asuransi Aviva, dikutip melalui liputan6.com. Aviva menyebutkan milenial lebih menyukai makanan praktis seperti pempek. Bahkan konsumsinya bisa melebihi 10 kali dalam sebulan. Menurut Daily Meal, hal ini disebabkan karena padatnya jadwal dan kesibukan sehingga milenial lebih memilih mengkonsumsi snack seperti pempek.
b. Lebih Senang dengan Loyalty Personal
Poin kedua ini sudah dilakukan oleh brand-brand besar. Seperti misalnya brand A mengeluarkan program agar konsumen mau menjadi pelanggan royal melalui kartu member, atau membuat program berhadiah berdasarkan sistem poin, makin banyak belanja, tentu peluang mendapatkan hadiah semakin besar. Sahabat Wirausaha juga bisa menerapkannya dalam hal pemasaran bisnis pempek.
c. Lebih Banyak Beraktivitas di Media Sosial
Poin ketiga ini yang cukup menonjol dari generasi milenial. Karena faktanya, hampir seluruh generasi milenial melek media sosial. Alhasil, untuk mencari keberadaanya, Sahabat Wirausaha tinggal berselancar di berbagai platform digital seperti forum, blog, atau media sosial. Sahabat Wirausaha tentu dapat dengan mudah menangkap peluang ini. Caranya, sering-sering update, seperti promosi, dan saling sapa. Jangan lupa juga aktifkan pemberitahuan, serta memperbanyak teman.
d. Senang Teknologi
Generasi milenial juga dikenal menjadi yang pertama mencicipi teknologi baru. Hal ini yang membuat pasar berlomba-lomba mendapatkan perhatian dari kaum milenial dengan mengeluarkan produk-produk baru. Dalam kaitannya dengan bisnis pempek, kegemaran milenial ini bisa menjadi salah satu strategi pemasaran yang menarik. Misalkan ‘pempek snack wajib Android user’, atau mungkin ‘gratis satu porsi pempek untuk kalian yang pakai smartwatch’. Memadukan teknologi dan kuliner? Kenapa tidak!
Baca Juga: Kunci Sukses Waroeng Spesial Sambal SS Bertahan 22 Tahun, Ternyata Terapkan Strategi Ini
e. Menyukai Sat-Set
Maksud dari poin terakhir ini adalah generasi milenial lebih menyukai pembayaran cashless daripada tunai. Beberapa diantaranya seperti e-money, e-wallet, dan tabungan digital. Hanya saja, yang sedang marak saat ini adalah e-wallet, meliputi: QRIS, DANA, OVO, Gopay, ShopePay, LinkAja. Paling sedikit, bisnis pempek Sahabat Wirausaha dapat melayani 5 dari 6 media e-wallet yang disebutkan di atas.
Itulah strategi pasar pempek untuk generasi milenial. Sahabat Wirausaha bisa langsung mempraktekkannya dengan menjual langsung pempek pada generasi milenial. Harapannya dengan mengikuti beberapa tips di atas, laba terus meningkat, mendapatkan pelanggan baru, dan bisa merawat pelanggan lama.
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- https://www.youtube.com/watch?v=fBtNN70v96U
- https://data.goodstats.id/statistic/makanan-tradisional-khas-indonesia-dominasi-selera-anak-muda-x5398
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/06/15/pempek-dan-siomay-masuk-daftar-10-street-food-terbaik-di-asia
- https://katadata.co.id/video/news/5e9a519184890/milenial-motor-penggerak-transaksi-digital
- https://entrepreneur.bisnis.com/read/20200430/88/1235190/8-cara-melatih-pola-pikir-agar-sukses-dalam-berbisnis
- https://lifestyle.bisnis.com/read/20221026/220/1591802/mengenal-generasi-milenial-ciri-ciri-hingga-karakternya