https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/10/03/bocah-13-tahun-punya-restoran-dimsum-sendiri-1.jpeg?w=1080

Sumber gambar : Detik.com

Belakangan, nama Jason Surya Tamin menjadi salah satu pembicaraan hangat di dunia bisnis kuliner kota Surabaya. Di usia yang masih muda, yaitu 13 tahun, Jason sudah sukses membuka dua cabang restoran yang dinamainya Tang Kitchen. Kualitas rasa menu-menunya diakui khalayak banyak sebagai salah satu favorit masyarakat saat ini. Sebenarnya, apa yang membuat para pelanggan ketagihan memesan menu Tang Kitchen? Dan bagaimana perjalanan bisnis Jason hingga mencapai kesuksesan di usia muda? Simak ceritanya berikut di artikel Cerita Inspirasi ini.

Mengawali Bisnis dengan Coba-Coba

Sebelum mendirikan Tang Kitchen, Jason mengawali karir bisnisnya dengan membuka jasa titip dua tahun lalu, dengan niat hanya untuk coba-coba. Ia ingin mendapatkan pengalaman dan pelajaran bisnis lewat bisnis sederhana ini. Sistemnya simpel, saat akan berpergian keluar negeri, Jason akan membuka order jasa titip ke teman-temannya. Saat itu, kunjungan pertamanya yang menawarkan jasa titip adalah perjalanan ke Korea Selatan. Jason mengaku bahwa dirinya mendapat pengalaman dari sini. Pertama, sebagai yang menawarkan jasa titip, Jason harus berani malu dan belajar bicara agar luwes bertanya tentang harga dan produk pada orang-orang Korea. Masalahnya, ia tidak mengerti sama sekali bahasanya. “Padahal, waktu itu titipan ada yang make-up dan itu sangat susah mengatakannya,” ucap Jason. Akhirnya, ia berhasil melancarkan komunikasi dengan memanfaatkan body language dan bahasa Inggris yang hanya sepotong-sepotong. Inilah pengalaman Jason berbisnis pertama kali.

Selanjutnya, Jason memberanikan diri untuk membuka usaha kedai kopi, yang dinamainya Jason Coffee Roaster. Produknya andalannya adalah limbah kulit kopi yang diolah menjadi kaskara, bentuknya seperti teh dan bisa diseduh menjadi minuman hangat. Dengan usaha ini, Jason berhasil menjadi juara di Pelajar Pelopor Surabaya Tingkat Kewirausahaan di tahun 2019. Melalui bisnis kaskara ini pula, Jason belajar cara menawarkan dan menjual produk, tanpa harus gengsi.

Baca Juga: Bangun Customer Engagement Lewat Gimmick Promosi di Media Sosial

Membuka Tang Kitchen, Kuliner Lokal yang Kaya Rasa

Titik yang paling besar dan menentukan dalam perjalanan bisnis Jason adalah membuka Tang Kitchen. Semua dimulai saat masa awal pandemi, yaitu pada tanggal 26 April 2020. Jason dan keluarga yang memang senang memasak, di hari itu membuat siomay dalam jumlah besar. Ternyata jumlah ini terlalu banyak, dan tidak habis meskipun sudah dikonsumsi keluarga. Akhirnya, muncul inisiatif untuk menjual kelebihannya, dan Jason mengiklankannya lewat fitur story Instagram. Tak disangka, setelah sisa siomay ini habis, banyak teman yang menanyakan dan ingin kembali memesan. Jason pun kemudian membuka pre-order (PO) untuk mereka yang berminat. Jumlah pesanan yang cukup besar membuat Jason kembali membuka PO hingga beberapa kali lagi. Saat itu, ia memasak di dapur apartemennya yang cukup sempit untuk pengolahan makanan.

Melihat antusiasme yang besar terhadap produk kulinernya, Jason kemudian tergerak untuk membantu tenaga kesehatan yang kala itu menjadi garda terdepan masyarakat dalam menghadapi pandemi. Ia membuka donasi dan mengirimkan makanan dari Tang Kitchen kepada para tenaga kesehatan di rumah sakit-rumah sakit terdekat. Event ini merupakan salah satu yang terpenting bagi Jason, di mana ia bertemu walikota Surabaya, Tri Rismaharini. “Setelah mengobrol, aku sadar bahwa setiap bisnis harus ada value-nya dan value di Tang Kitchen ini adalah untuk membantu banyak orang dan membantu masyarakat,” tutur Jason. Tujuan awalnya adalah untuk membantu tenaga medis. Namun, sekarang tujuannya menjadi lebih luas, yaitu membantu semua orang. Salah satunya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan dan rejeki untuk ojek online.

Baca Juga : Wirausaha Kuliner Perlu Perhatikan Perizinan Ini

Hingga kini, produk andalan Tang Kitchen masih tetap siomay. Namun, Jason juga sudah menambahkan banyak varian menu lain, seperti bakwan goreng, mie ayam, rice bowl, dan bubur ayam. Nilai unik dari gerai kuliner ini adalah klaim halalnya, citarasa makanan yang diakui sedap, dan proses pengiriman makanan yang menggunakan drone. Seiring makin populernya Tang Kitchen, Jason berani membuka dua gerai, yaitu Ruko San Antonio, Pakuwon City dan di Ruko Gapura Niaga J-Walk, Citraland.

Mengapa memilih siomay sebagai menu utama? Karena banyak orang pastinya senang siomay. Di Surabaya, banyak stand-stand pinggir jalan jualan siomay. Justin memulai usaha dengan berjualan siomay karena ia memang penggemar siomay. Baginya, jika berbisnis dengan produk yang kita tidak suka, nantinya justru akan merasa terpaksa. Setelah beberapa tahun atau bulan, nanti bisa merasa menyesal mengerjakan sesuatu yang kita tidak suka.

Menjadi Pebisnis Cilik yang Tak Lupa Sekolah

Saat ini, Jason berumur 13 tahun. Kala anak-anak lain masih bermain kelereng dan bola kaki, serta mengerjakan tugas sekolah, ia sudah merintis bisnis kuliner dan mempekerjakan lebih dari 30 orang karyawan. Ia mengambil pilihan-pilihan yang tidak populer untuk anak seusianya. Padahal, tanggung jawab sebagai remaja juga banyak, seperti tugas sekolah, pekerjaan rumah, dan lain-lain. Bagaimana ia membagi waktu di antara semua kegiatan itu?

Baca Juga : Mandainoor, Orbitkan Kuliner Mandai Ke Pasar Nasional

Jason menjelaskan bahwa ia tidak kesulitan mengatur waktu sebab di awal memulai bisnis, ia fokus membangun tim. Setelahnya, Jason bisa dengan mudah mengontrol bisnis sembari tetap fokus ke pendidikan. Tanya-jawab perihal dagang dan bisnis biasa ia lakukan lewat WA. Selain itu, penjualan juga menggunakan media sosial, seperti Instagram dan TikTok agar produk lebih booming. Sementara untuk promosi, ia lakukan dengan menawarkan produk kepada teman-teman terdekat lebih dulu, sehingga berita bisa menyebar dari mulut ke mulut. Membangun bisnis, jika dilakukan semua sendiri, mungkin susah. Namun saat memiliki waktu dan mampu bekerja sama dengan tim sendiri, semua bisa jadi lebih teratur dan terkontrol. Langkah Jason lainnya, adalah dengan membuat daftar prioritas dari hal-hal yang harus diselesaikan.

Keluarga sebagai support system utama

Tentu banyak juga yang bertanya, dari mana datangnya keberanian dan ide-ide bisnis Jason selama ini? Bagi Jason, jawabannya sederhana, orangtuanya adalah sumber inspirasi utama. Sejak kecil, ayah dan ibu Jason sudah menanamkan entrepreneur spirit alias jiwa enterpreneur kepada anak-anaknya. Misalnya saja, saat Jason tengah mengerjakan tugas sekolah dan menemukan kesulitan, ia tentu ingin menyerah. Namun kedua orangtua terus menyemangati dan mengajarinya untuk tidak mudah menyerah agar bisa mendapatkan apa yang kita mau. Ia juga diajarkan untuk selalu percaya diri dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

Ya, bagi Jason, keluarga adalah support system-nya yang paling utama. Selain orangtua, Jason juga banyak diberikan dukungan dan pelajaran bisnis dari kakaknya, Wilson Tirta. Saudara satu-satunya ini sudah lebih dulu terjun ke dunia bisnis, yaitu sejak kelas 3 SD. Ia menjalankan bisnis kue oleh-oleh Surabaya Patata dalam 4 – 5 tahun belakangan. Bagi Jason dan Wilson, yang selalu bahu-membahu, bisnis harus selalu dijalankan dengan ceria. Mereka juga selalu menghadapi tiap masalah dengan semangat, lantara percaya bahwa dengan cara ini, energi positif akan mengalir kencang. Kebetulan, kedua orangtua mereka juga wirausahawan. Sang ayah menjalankan pabrik kecap, sementara ibu mereka mengurus bakery. Saat acara kumpul keluarga, suasana yang dibangun pun tetap menanamkan semangat anak-anak tentang bisnis masing-masing.

Baca juga: Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

Memulai dan Bertahan di Masa Pandemi

Selama pandemi, terbukti bisnis Tang Kitchen justru menerima lebih banyak order, sehingga Jason dan Wilson lebih fokus di bisnis tersebut. Kesusahan yang paling utama adalah kapasitas berjualan dikurangi arena PSBB, dan pendapatan turun sampai 50%. Ini karena PPKM skala Mikro di Surabaya saat Januari-Februari. Alhasil, pengiriman produk keluar kota juga paling terpengaruh. Biasanya, mereka harus mengirim frozen food, dengan paket yang one day shipping lewat Paxel. Tapi hanya terbatas ke kota-kota besar, sehingga delivery ke kota-kota lain jadi terbatas. Saat ini, sudah mulai normal. Pengiriman meningkat, tapi jumlah pelanggan yang makan di tempat berkurang.

Tak hanya itu, Jason juga berusaha memperhatikan customer behaviour secara khusus selama pandemi di masing-masing area gerainya. Tidak seperti banyak pengusaha lain yang hanya memperhatikan secara general. Hasilnya, perilaku pelanggan dalam tiap daerah berbeda-beda, di dua cabang tersebut. Pelanggan di wilayah timur Surabaya lebih banyak yang membungkus makanan daripada makan di tempat. Hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah ojek online yang beroperasi di area tersebut. Sedangkan di bagian Barat, lebih banyak pelanggan yang suka makan di tempat. Selain itu, ada pula masalah rasa. Daerah yang pertama, lebih suka makanan yang rasanya manis, sedangkan di area kedua lebih populer rasa makanan yang pedas. Melalui analisis perilaku konsumen inilah, Jason dan Wilson bisa lebih siap dalam menghadapi tantangan selama pandemi sembari tetap memenuhi apa yang diinginkan pelanggan.

Menjadi seorang pebisnis, apalagi di usia yang sangat muda, tentu banyak jatuh-bangunnya. Namun, Jason bukanlah tipe yang mudah patah semangat. Ia bahkan punya banyak harapan untuk bisnis kedepannya. Jason ingin Tang Kitchen bisa membantu lebih banyak orang. Juga ingin membawa Tang Kitchen sebagai brand kuliner Indonesia yang bisa bersaing di pasar internasional dan membanggakan anak-anak Indonesia. “Seperti yang membanggakan Amerika dengan membawa McD ke negara-negara di seluruh dunia,” pungkas Jason.

Penasaran cerita lengkapnya? Tonton Webinar APINDO UMKM bertajuk “Memulai Bisnis Kreatif Sejak Dini, Kenapa Tidak?” yang bisa diakses lewat link ini.

Baca Juga : Naruna Ceramic, Strategi Survive di Saat Pandemi


Referensi :

instagram.com/tangkitchen.id

liputan6.com