Strategi Promosi Storytelling Story telling yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “bercerita” adalah sebuah aktivitas dimana seseorang menyampaikan cerita. Cerita ini bisa berbentuk apa saja, baik cerita fiksi maupun non-fiksi, pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain, ataupun pendekatan lainnya. Tujuan dari bercerita tersebut adalah untuk menyampaikan nilai yang kita yakini kepada para pendengar maupun pembaca.

Dalam menjalankan usaha, storytelling dapat dimanfaatkan sebagai salah satu strategi untuk mendapatkan perhatian investor dan konsumen. Sahabat Wirausaha dapat menggunakan strategi promosi story telling untuk bercerita sekaligus menambah nilai produk kita. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari cerita ini serta bagaimana cara memaksimalkannya, yuk, kita simak pembahasan di bawah ini.


Menggunakan Cerita sebagai Metode untuk Mempengaruhi Konsumen

Boje dalam salah satu artikel ilmiahnya (1995) menyatakan bahwa cerita sendiri adalah sebuah komunikasi secara tulisan atau oral yang melibatkan dua atau lebih orang dalam menginterpretasikan pengalaman masa lalu ataupun hal yang akan terjadi. Cerita memiliki beberapa tahapan seperti awal cerita, isi cerita dan ending dari cerita tersebut. Dengan bercerita, seseorang bisa mendapatkan pengalaman tanpa harus mengalami kejadian itu dengan sendirinya.

Selain memberikan pengalaman, cerita juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi seseorang atau yang sering dikenal sebagai sebuah fungsi persuasif. Kaufman dalam artikel ilmiahnya di tahun 2003 menyatakan bahwa bercerita adalah salah satu cara paling tua tetapi juga paling kuat dalam mempengaruhi seseorang.

Peran penting dari cerita ini menjadi sangat vital apabila kita melihat bagaimana otak menyimpan berbagai informasi yang didapatkan dalam bentuk cerita. Informasi yang diterima dalam bentuk kisah akan lebih mudah diterima oleh otak dan akan lebih lama tersimpan. Disinilah strategi promosi storytelling menjadi lebih unggul.

Salah satu teori yang menyatakan mengenai seberapa kuatnya sebuah cerita dalam mempengaruhi keputusan seseorang adalah narrative transportation theory. Teori ini menjelaskan bahwa pengolahan sebuah narasi cerita di otak bersifat lebih dominan dibandingkan pengolahan dari analisis data.

Baca Juga: Word of Mouth Marketing, Strategi Bikin Produkmu Diperbincangkan Banyak Orang

Pengolahan data dari narasi cerita sendiri sering menghasilkan pengambilan keputusan yang cenderung tidak logis, sedikit akan sentimen negatif dan lebih banyak respons yang melibatkan emosi. Hal ini yang kemudian dapat membuat seseorang mengambil keputusan tanpa harus menggunakan logika seutuhnya.

Dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut, cerita dapat menjadi sebuah alat penting dalam melakukan pemasaran dan branding. Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa cerita menjadi sebuah pembeda bagaimana seorang investor dan konsumen membedakan produk yang berkualitas dan tidak. Sebuah brand yang bagus cenderung menggunakan cerita yang emosional dan dekat dengan pembaca sehingga mereka merasa terkait dan berkeinginan untuk mengonsumsi produk tersebut.

Beberapa bisnis besar sudah menerapkan strategi promosi storytelling ini dengan cerita yang kuat. Sebagai contoh, kecap Bango menggunakan narasi cerita dalam salah satu iklan ikonik mereka. Mereka mengangkat kisah kecap kedelai yang kemudian diberi nama Malika. Iklan tersebut memiliki narasi sebagai berikut:

Ini anak kami. Ada juga yang di kebun. Namanya Malika. Malika itu kedelai hitam dari Bango yang saya besarkan sepenuh hati, seperti anak sendiri.”

Dalam iklan tersebut, Bango membangun sebuah narasi bagaimana produk mereka dihasilkan dari sebuah bahan yang terpilih dan memiliki kualitas terbaik melalui narasi tersebut. Iklan tersebut jadi salah satu faktor merek Bango berhasil mendominasi pasar kecap di Indonesia. Kesuksesan ini merupakan salah satu contoh bagaimana narasi dari sebuah cerita di strategi promosi storytelling ternyata sangat efektif.


Melihat Elemen Cerita Yang Baik Dalam Membangun Brand

Dalam mengembangkan sebuah cerita yang dapat menarik konsumen, Ballester dan Fernandez-Sabiote pada artikel ilmiahnya di tahun 2016 mengatakan bahwa kita harus memperhatikan 4 elemen. Keempat elemen tersebut terdiri dari:  

1. Orisinalitas

Elemen pertama yang terdapat pada strategi promosi storytelling yang baik adalah orisinalitas. Orisinalitas sendiri adalah suatu ide yang didapatkan oleh pembaca melalui materi cerita yang membuat mereka percaya dan menghubungkan cerita tersebut dengan realitas. Suatu narasi cerita yang orisinal akan membuat penikmatnya merasakan hal baru dan tertarik mendengarkan. Elemen ini juga membuat pembacanya mampu mengaitkan antara cerita dan kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh yang orisinal adalah iklan shampo Rejoice yang dibintangi oleh Kiki Saputri. Iklan ini membawa peran Kiki yang cenderung unik untuk merepresentasikan produk kecantikan. Hal ini menjadi sebuah pendekatan yang menarik dan orisinal sehingga membuat konsumen tertarik dengan iklan mereka. Iklan itu juga memberikan kesan bahwa produk tersebut bisa digunakan bagi seluruh kalangan.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!

2. Keringkasan

Elemen kedua yang penting pada suatu cerita yang baik adalah keringkasan. Suatu cerita yang ringkas dapat merepresentasikan versi lengkap dari ide yang dibawa dengan kalimat yang singkat tetapi memenuhi seluruh poin penting. Hasilnya, konsumen mampu mengingat dengan baik mengenai pesan yang disampaikan dibalik cerita tersebut.

Salah satu contoh yang efektif adalah iklan Tolak Angin. Tolak Angin memiliki tagline sederhana, yaitu “orang pintar, minum tolak angin”. Tagline yang singkat tersebut dilakukan berkali-kali dan begitu melekat dengan produk Tolak Angin sendiri.

Dalam menggunakan elemen ini, Sahabat Wirausaha dapat menemukan sebuah konsep sederhana untuk menggambarkan produk yang dimiliki. Sebagai contoh, jika kita memiliki produk minuman tebu bisa saja membuat tagline minum tebu, alami dan segar untukmu”. Melalui tagline singkat ini, kita  dapat menyampaikan kelebihan utama berupa kesegaran dan kealamian dari minuman sari tebu.

3. Plot twist

Belakangan ini, terdapat banyak iklan yang banyak menggunakan elemen cerita bersifat plot twist sebagai strategi promosi storytelling mereka. Cerita ini biasanya disertai dengan alur yang tidak terduga dimana tindakan yang diceritakan dari awal cerita tidak sesuai dengan akhir cerita. Pada iklan ini, biasanya disertai dengan unsur yang lain seperti orisinalitas dan humor.

Salah satu contoh cerita dengan elemen ini adalah iklan Teh Pucuk. Pada iklan Teh Pucuk tersebut, terdapat dua ekor ulat yang berjalan menuju pucuk daun teh. Saat menonton iklan tersebut, penonton mungkin berasumsi kedua cacing ini akan berhasil mencapai pucuk dan mungkin mempromosikan rasa dari pucuk untuk teh tersebut.

Akan tetapi, ternyata daun tersebut dipetik oleh petani teh yang pada akhirnya akan menjadi bahan dari Teh Pucuk. Plot twist ini menjadi sebuah hal yang menarik dan memberikan perasaan tersendiri bagi penikmat cerita. Mereka juga dapat mengambil kesimpulan mengenai inti dari cerita tersebut dengan cara yang tidak biasa.

Untuk mengadopsi konsep ini, Sahabat Wirausaha harus pintar mencari ide. Aspek plot twist mampu memberikan kedekatan dan ledakan perasaan yang dapat membuat konsumen tertarik dengan produk yang kita pasarkan.

Baca Juga: Kunci Sukses Memasarkan Produk di Era Digital, Menggabungkan Teknologi dan Humanitas Jadi Strategi Terampuh?

4. Humor

Elemen cerita terakhir yang dapat digunakan dalam strategi promosi storytelling adalah humor. Humor merupakan salah satu elemen paling favorit bagi berbagai cerita. Aspek ini dapat disampaikan melalui candaan, sindiran,  perumpamaan dan berbagai bentuk lainnya. Sebuah cerita humor akan mampu membuat penikmatnya tersenyum atau bahkan tertawa ketika memahami cerita yang disampaikan.

Belakangan ini, berbagai cerita dari suatu brand juga telah mengakomodasi aspek humor tersebut. Sebagai contoh, iklan Ramayana pada tahun 2018 dimana terdapat beberapa ibu-ibu sedang menyanyikan qasidah dengan lirik humor berupa “kerja lembur bagai kuda”. Iklan tersebut memberikan humor yang dinikmati oleh berbagai kalangan karena konsepnya yang memperkenalkan belanja sebagai salah satu hiburan setelah bekerja keras.

Unsur humor ini bisa diadopsi oleh sahabat wirausaha dengan berbagai cara. Sahabat wirausaha dapat mengadopsi cerita lucu dalam proses usaha untuk kemudian memberi kesan identik antara produk dengan cerita tersebut.

Dengan berbagai elemen penting untuk menyusun cerita tersebut, Sahabat Wirausaha diharapkan mampu memaksimalkan strategi promosi storytelling dalam keperluan pemasaran. Jangan buru-buru,  sebuah cerita dibutuhkan pengalaman dan kebiasaan untuk mendapatkan sense dalam membuatnya berkesan di hati audiens.

Oleh karenanya, tidak apa-apa jika di awal masih belum berhasil dengan cerita yang disusun. Sahabat Wirausaha hanya perlu terus mencoba dan berlatih untuk semakin kreatif. Jadi, yuk, tunggu apalagi!

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.