Strategi Pemasaran Bisnis Kuliner di Bulan Ramadhan, Sederet Trik Bikin Konsumen Melirik - Bisnis kuliner menjadi salah satu sektor yang paling merasakan dampak perubahan perilaku konsumen selama Ramadhan, khususnya di Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah muslim. Ada bisnis kuliner yang mengalami penurunan, tetapi ada juga yang justru mengalami peningkatan karena perubahan perilaku itu.
Tahukah Sahabat Wirausaha, ternyata rata-rata nilai belanja konsumen meningkat paling sedikit 13% selama Ramadhan dibandingkan bulan lainnya? Fakta ini tentu memancing rasa penasaran Sahabat Wirausaha yang ingin bisnis kulinernya tetap eksis, bahkan naik penjualannya, selama Ramadhan.
Ternyata ada strateginya lho Sahabat Wirausaha? Mari kita simak dalam artikel berikut.
Strategi Pemasaran Bisnis Kuliner di Bulan Ramadhan, Ketahui 5 Trik Pemasaran Berikut
Sahabat Wirausaha, terdapat 5 trik pemasaran yang bisa dilakukan agar membuat konsumen melirik bisnis kuliner kita, yaitu:
1. Berikan Nilai pada Produk
Selama Ramadhan, umumnya konsumen cenderung menaruh perhatian pada pengembangan spiritualitas melalui kegiatan agama. Karenanya, konsumen cenderung mementingkan nilai (value) dari suatu produk dibanding sekedar harga dan kualitasnya.
Sahabat Wirausaha bisa menerapkan strategi pemasaran produk yang mengusung aspek dan nilai ibadah, misalnya menyediakan layanan jasa delivery makanan sahur dan memberikan promo spesial terkait amal, sedekah, dan berkah.
2. Self Reward
Saat berbuka, konsumen memiliki kecenderungan menilai dirinya telah berhasil melaksanakan puasa selama satu hari penuh. Karenanya, konsumen cenderung akan memberikan self reward atau penghargaan diri, salah satunya dengan mengonsumsi makanan yang mereka sukai dan manis.
Sahabat Wirausaha bisa membuat paket bundling yang berisi makanan utama dan dessert seperti pudding, es krim, dan es buah sehingga menjadi daya tarik bagi konsumen.
3. Food Claim
Sahabat Wirausaha juga bisa melakukan promosi dengan menjelaskan khasiat dari mengonsumsi produk tersebut, misalnya minuman berbahan dasar kunyit yang bisa menambah stamina selama berpuasa. Nah, strategi ini bisa digunakan dalam konteks pemasaran melalui lisan dan tertulis, tetapi tidak boleh sembarang mencantumkannya dalam label kemasan. Jika ingin mencantumkan pada label kemasan, Sahabat Wirausaha perlu melakukan uji lab resmi.
4. Food Experience
Selama Bulan Ramadhan, konsumen menganggap jika makan bukan sekadar memenuhi kebutuhan, tapi juga suatu pengalaman berharga. Sebab, konsumen memanfaatkan momen tersebut sebagai sarana berkumpul dengan kerabat atau keluarga yang jarang bertemu pada bulan lainnya.
Sahabat Wirausaha bisa memanfaatkan momentum ini dengan menyediakan fasilitas pendukung bagi konsumen yang ingin berbuka, misalnya menyediakan meja lebih besar untuk tamu yang hadir secara berkelompok dan menyediakan tambahan minuman gratis.
5. Anywhere, Anytime
Bagi Sahabat Wirausaha yang memiliki bisnis kuliner di kota besar, sediakan layanan delivery makanan online. Sebab, umumnya konsumen yang hidup di kota besar cenderung memilih menikmati santapan sahur dan berbuka tanpa harus memasak.
Sahabat Wirausaha bisa menggeser jam operasional bisnis, misalnya dari pagi hingga sore hari menjadi sore hingga malam hari. Jasa delivery online membuat konsumen merasa bisa Kapan saja dan dimana saja dapat menikmati santapan yang diinginkannya.
Strategi Pemasaran Kuliner pada Bisnis Food Service
Sahabat Wirausaha, secara umum industri kuliner terbagi menjadi dua jenis yaitu food service dan food retail. Kedua kategori ini memiliki karakteristik yang berbeda. Food service adalah kuliner yang mengedepankan pelayanan serta manfaat yang dirasakan konsumen ketika berkunjung ke tempat tersebut sehingga sifat kategori bisnis ini berkaitan dengan excellent service (pelayanan prima), fast food (cepat saji), self service (prasmanan).
Bagaimana strategi penerapan yang tepat di masing-masing sifat kategori bisnis, berikut penjelasannya:
1. Excellent Service
Kategori ini diperuntukkan bagi bisnis kuliner seperti restoran dan kafe. Sahabat Wirausaha yang bisnisnya masuk dalam kategori ini bisa mengoptimalkan jam operasional bisnisnya dalam rentang tertentu selama Ramadhan, yaitu pukul 16.00-19.00 (momen berbuka) dan 01.00-04.00 (momen sahur).
Sebab, berdasarkan data dari Go-Food, terdapat kenaikan hingga 1,5x lipat penjualan pada momen tersebut. Sementara itu di sisi lain, ada penurunan penjualan dari 53% ke 39% pada rentang 05.00-16.00.
Selain mengoptimalkan jam operasional usaha pada saat Ramadhan, jangan lupa membuat inventory planning agar ketersediaan bahan untuk menu jualan tidak terganggu; serta mengatur jam kerja dan buka-tutup outlet agar tidak terjadi penumpukkan atau kekurangan karyawan outlet pada momen peak hour.
Sahabat Wirausaha juga bisa mengutamakan penyediaan menu comfort food, makanan utama berbasis masakan rumah, seperti bakmi, makanan berkuah, sate, menu berbasis ayam, nasi goreng, dan lainnya. Sebab, menu ini banyak dicari konsumen untuk berbuka dan sahur.
Hal lain yang dapat dilakukan Sahabat Wirausaha yang menggunakan jasa delivery online adalah membuat paket “traktir driver”, sebab konsumen cenderung tergerak mencari keberkahan di momen tersebut. Pesan atau kata-kata “berkah” memiliki makna yang tinggi sehingga dapat menjadi brand awareness dari usaha tersebut.
Jangan hanya fokus pada waktu berbuka, momen sahur pun jadi salah satu hal yang potensial untuk digarap. Layanan pesan antar katering untuk makan sahur juga bisa menjadi salah satu opsi meski membutuhkan effort yang lebih. Waktu sahur ini relatif singkat, tetapi Sahabat Wirausaha bisa siasati dengan fokus menyediakan layanan delivery di radius terdekat yang kurang dari 5 KM.
2. Fast Food (Cepat Saji)
Jika Sahabat Wirausaha memiliki bisnis gorengan, tahu isi, minuman boba, jus, atau sop buah, maka bisnis Sahabat Wirausaha masuk dalam kategori ini. Strategi penjualan bagi bisnis kuliner yang berkonsep fast food tentu berbeda dengan excellent service.
Kalau diperhatikan, momen antara buka puasa dan makan malam, konsumen cenderung memilih untuk melaksanakan shalat tarawih terlebih dahulu dan berbuka puasa dengan mengkonsumsi makanan-minuman manis untuk mengembalikan energi.
Sahabat Wirausaha bisa menjual aneka cemilan seperti gorengan serta aneka kue dengan membuka booth kecil yang menampilkan brand sendiri di tempat yang mudah dilihat orang. Jika Sahabat Wirausaha punya usaha utama seperti restoran, booth yang menjual aneka cemilan dan minuman siap saji ini sebaiknya dipisahkan.
Untuk startegi pemasaran, Sahabat Wirausaha bisa menggunakan media sosial dan WhatsApp Business. Tawarkan paket donasi “tebar iftar” yaitu layanan mengirimkan aneka makanan atau cemilan yang didistribusikan ke mushola yang terletak dalam gang kecil di pemukiman padat karena jarang terjamah atau masjid yang banyak disinggahi oleh pekerja maupun driver online untuk berbuka puasa; dan pesantren yang memiliki beberapa santri/anak yatim. Hal ini penting mengingat pesan tentang “donasi” menjadi hal salah satu hal yang bernilai tinggi nilainya di bulan Ramadhan.
3. Self Service (Prasmanan)
Restoran yang mengusung konsep All You Can Eat (AYCE) termasuk dalam kategori ini. Restoran AYCE pada umumnya menawarkan harga yang relatif tinggi untuk memitigasi pengunjung yang mengambil makanan berlebih. Namun selama bulan Ramadhan, lambung diistirahatkan lebih dari 12 jam sehingga kemungkinan pengunjung akan cepat kenyang dan makan lebih sedikit.
Sahabat Wirausaha yang memiliki bisnis kuliner dengan konsep AYCE pada saat Ramadhan bisa mengedepankan satu menu utama dan menyediakan semaksimal mungkin makanan pendamping seperti dessert dan cemilan.
Jika harga makanan yang ditawarkan relatif murah, bermainlah dengan durasi waktu makan bagi pengunjung. Bila harga relatif tinggi, tidak perlu memberi batasan waktu dan cukup dari set up menu unggulan serta cemilan dan dessert yang membuat cepat kenyang.
Strategi Pemasaran Kuliner pada Bisnis Food Retail
Food Retail merupakan kuliner yang mengedepankan jangkauan area distribusi yang luas untuk diedarkan. Berbeda dengan food service yang mengedepankan pelayanan di tempat, food retail identic dengan produk. Umumnya produk yang disediakan memiliki masa simpan minimal selama tujuh hari.
Jika Sahabat Wirausaha memiliki bisnis hampers dan parsel, maka bisnisnya masuk dalam kategori food retail. Strategi pemasaran pada bisnis food retail tentu berbeda dengan food service. Karenanya, mempengaruhi strategi pemasaran yang diterapkan.
1. Hampers
Sahabat Wirausaha yang memiliki bisnis berbasis produksi bisa berkreasi dengan produk kue kering sebagai menu utamanya. Sebab, di media sosial konten pesan “kebersamaan” menjadi sebuah nilai yang tinggi selama Ramadhan. Hal ini membuat antar individu ingin berbagi dengan keluarga, kerabat, dan sebagainya.
Untuk mempromosikan bisnis ini, buatlah paket limited edition untuk produk tertentu agar memberikan kesan eksklusif. Jangan lupa juga menawarkan bonus kartu ucapan kepada konsumen jika produknya diperuntukkan bagi kerabat dan teman.
2. Parsel
Sahabat Wirausaha yang bermain pada lini non-produsen bisa berkreasi dengan produk retail Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang sudah ada di pasaran seperti biskuit, sirup, snack, dan lainnya. Umumnya produk ini dicari konsumen untuk diberikan sebagai hadiah kepada relasinya.
Untuk memasarkan produk ini, cobalah memberikan kartu ucapan dan membuat parsel mini gratis. Misalnya, konsumen memesan parsel kareem (paket parsel komplit dengan berbagai varian produk FMCG) senilai Rp1,5 juta, lalu bonusnya adalah parsel mini senilai Rp150 ribu.
Margin keuntungan bisnis ini mungkin tipis, tetapi dapat mengejar kuantitas volume penjualan parsel yang banyak. Hal ini akan membuat konsumen berpikir bahwa parsel mininya dapat dijadikan buah tangan untuk asisten rumah tangga di rumah dan sebagainya.
Selain itu, pastikan Sahabat Wirausaha sudah memeriksa masa kadaluarsa produk. Pastikan produk aman untuk dikonsumsi selama satu tahun ke depan.
Yuk, bagi Sahabat Wirausaha yang bisnisnya sudah berjalan maupun baru memulai dapat mengambil salah satu peluang dari dua kategori utama industri kuliner tersebut. Jangan berusaha menggarap semua peluang, ambilah peluang yang sumber dayanya tersedia, memungkinkan untuk dijangkau, dan produknya sudah kita kuasai.