Strategi Bittersweet by Najla– Belakangan bisnis makanan dessert berkembang dengan cukup masif. Salah satu jenis produk yang sedang berkembang tersebut adalah dessert box yang pertama kali dipopulerkan oleh Bittersweet by Najla. Usaha ini belakangan memang menjadi viral dikarenakan rasa dan bentuk makanan yang unik bagi masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kepiawaian Najla Farid Bisyir dalam membuat produk makanan dessert. Dengan kelebihan tersebut, Bittersweet saat ini selalu kebanjiran pemesan yang ingin mencicipi makanan lezat buatan Najla.

Yuk, kita pelajari lebih lanjut bagaimana Najla membuat bisnis Bittersweet terus berkembang seperti sekarang. Dengan mempelajari perjalanan bisnis Najla ini, sahabat wirausaha diharapkan mampu juga mengaplikasikan strategi bisnis tersebut pada bisnis yang dimiliki.


Menjaga Kualitas Mutu dan Gencar Berinovasi 

Pada tahun 2017, Najla memutuskan untuk mendirikan bisnis Bittersweet by Najla dan memulai pemasaran secara masif. Pada masa tersebut, Tiktok sedang cukup hits dan Najla mulai masuk ke sana sebagai pelopor dessert box. Konsep ini mendapat sambutan yang luar biasa dari pengguna sosial media. Pesanan dessert box tidak kurang dari 100 pesanan setiap harinya.

Kesuksesan di awal pemasaran ini tidak terlepas dari komitmen kuat Najla untuk menjaga kualitas produk. Najla berkomitmen untuk selalu menggunakan bahan-bahan terbaik, meskipun harus berasal dari produk impor. 90% dari produk Bittersweet memang menggunakan bahan impor demi menjaga kualitas produk yang masuk kategori premium. Sebagai contoh, untuk keperluan cokelat, Najla menggunakan coklat Belgia. Tak hanya itu, ia juga menggunakan krimer dari Selandia Baru untuk menambah kelezatan produknya.

Selain dari aspek bahan baku, Najla juga secara aktif menjaga kualitas proses produksi dari Bittersweet. Ia tidak akan segan-segan menegur karyawannya apabila proses produksi yang mereka jalankan tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Menurutnya, ketegasan dari pemilik akan menjadi kunci dalam menjaga kualitas produk yang dihasilkan.

Strategi lain yang menonjol adalah kegemaran Bittersweet juga secara aktif mengevaluasi penjualan produk mereka. Hingga saat ini Bittersweet telah memiliki 40 hingga 50 varian produk. Beberapa produk tersebut telah menjadi produk favorit dari para konsumen seperti Turkish Dessert Box, Lava Nutella Dessert Box dan Durian Dessert Box. Meskipun begitu, terdapat beberapa produk pula yang memang tidak cukup laku di kalangan konsumen, seperti fruit punch dan cendol cake. Produk-produk tersebut pun kemudian dikeluarkan dari menu dan diganti dengan menu baru. Hal ini untuk menjaga daya tarik menu yang diberikan oleh Bittersweet.

Sebagai kompensasi dari kualitas produknya, harga Bittersweet tergolong tinggi untuk produk sejenis. Harga dessert box dibanderol pada harga 60 ribu hingga 70 ribu rupiah. Sedangkan untuk minuman yang berbahan baku Nutella asli dibanderol dengan harga 15 ribu hingga 25 ribu rupiah.

Melalui praktik ini, Sahabat Wirausaha bisa belajar  tentang bagaimana Najla memiliki komitmen yang kuat untuk selalu menghasilkan produk terbaik dengan secara konsisten menjaga kualitasnya. Padahal, dalam beberapa kasus bisnis, perusahaan terkadang menurunkan kualitas produknya ketika harus mengejar kuantitas produksi. Hal ini turut memperkuat positioning merek Bittersweet sebagai produk premium.

Strategi yang dilakukan oleh Najla dapat juga direplikasi oleh sahabat wirausaha, khususnya sahabat wirausaha yang memang membuat produk untuk kalangan menengah ke atas. Dalam pembuatan sebuah produk yang cukup mewah, kualitas produk harus pasti akan disertai dengan biaya produksi yang tinggi. Hal ini mungkin terkesan beresiko karena akan meningkatkan biaya produksi. Akan tetapi, biaya ini akan terkompensasi dengan harga penjualan yang bisa dinaikkan.

Hal yang perlu dipahami ketika Sahabat Wirausaha ingin bermain pada kategori menengah ke atas adalah kesiapan modal. Salah satu konsekuensi dari penetrasi pada sektor usaha ini adalah kemampuan untuk membangun sebuah produk yang berkualitas, bukan hanya pada sisi produknya saja tetapi juga dari bagaimana konsumen melihat produknya.

Sebagai contoh, sahabat wirausaha ingin membuat sebuah baju yang kekinian dan cocok dikenakan pada kalangan menengah ke atas. Selain memastikan produk tersebut berkualitas, sahabat wirausaha juga harus mampu mempromosikan produk ini sebagai produk yang layak untuk dibeli dengan harga tinggi. Hal ini yang Najla contohkan dalam menjalankan Bittersweet.


Membangun Jaringan Pemasaran dengan Melihat Pola Unik Bittersweet

Salah satu aspek penting dalam menjalankan aspek usaha adalah pemasaran dan distribusi. Hal ini juga diperhatikan dengan baik oleh Bittersweet dimana mereka memiliki setidaknya 40 reseller yang tersebar di beberapa kota, seperti Jakarta, Bgoro, Cilegon, Bandung, Semarang, Surabaya, Banyuwangi, Samarinda, Banjarmasin, Balikpapan dan Palembang. Bahkan di beberapa daerah seperti Jakarta, reseller tersebut dapat dibagi untuk setiap kecamatan. Hal ini untuk menunjang ekspansi penjual yang dilakukan oleh Bittersweet itu sendiri.

Dalam menjalankan bisnis reseller, Bittersweet melakukan sentralisasi produksi produk-produk dessert. Kondisi ini membuat reseller hanya memiliki peran pemasaran tetapi tidak untuk produksi. Najla memberikan wewenang pada reseller untuk melakukan penjualan melalui Instagram sebagai representatif dari Bittersweet. Bagi reseller yang berlokasi di luar Jakarta, pengambilan produk juga dapat dilakukan di tempat reseller tersebut. Sebagai bentuk misi sosial, Bittersweet hanya menerima perempuan dan ibu-ibu sebagai reseller. Hal ini bertujuan untuk mendorong kemampuan ekonomi perempuan supaya dapat menjadi lebih berdaya dan tidak bergantung terhadap suaminya. 

Pada tahun 2019, Bittersweet mulai mendirikan beberapa offline store dalam bentuk cafe di beberapa lokasi di Jakarta dan hingga saat ini, sudah terdapat 6 lokasi toko lainnya di daerah Rawamangun, Depok, Kalibata, Kemang, Sunter dan Bali. 

Dalam mengembangkan pemasaran produk, Sahabat Wirausaha dapat mereplikasi strategi yang dilakukan oleh Najla. Kegiatan pemasaran dapat dimulai dengan biaya yang paling murah melalui sosial media. Tujuan dari strategi ini adalah untuk membangun kesadaran konsumen selagi mencoba untuk melihat respon pasar terhadap produk yang dibuat. 

Setelah mendapatkan cukup perhatian dari konsumen, Sahabat Wirausaha dapat menggunakan mekanisme reseller untuk memperluas jaringan pemasaran dengan menggunakan sistem dari mulut ke mulut. Strategi ini juga dapat memperluas jaringan distribusi produk. Strategi menarik yang sahabat wirausaha dapat contoh dari najla adalah bagaimana Bittersweet sangat mempertimbangkan jaringan reseller-nya. Beliau mengkhususkan reseller bagi perempuan dan mempertimbangkan jarak antar reseller-nya. Najla baru membangun toko fisiknya setelah berhasil dengan jaringan reseller yang dimiliki.


Pelatihan dan Pengembangan Diri untuk Kesuksesan Usaha

Najla memulai bisnisnya dengan membuat kue cinnamon roll pada tahun 2015. Pada saat itu, antusiasme terhadap kue cinnamon roll cukup tinggi di beberapa negara, meskipun di Indonesia belum terlalu tinggi. Sebenarnya, Najla awalnya membuat kue tersebut untuk konsumsi pribadi. Akan tetapi dikarenakan tingginya minat kerabat dan kenalannya, beliau pun tertarik untuk menjual produknya dengan melalui sistem pre-order.

Dengan kualitas produk Bittersweet yang baik, adik dari Najla pun mendorong kakaknya untuk melakukan ekspansi pemasaran dengan melakukan penjualan melalui platform lainnya. Alhasil, pada tahun 2016, Najla mencoba memasarkan produk dessert-nya melalui Instagram. Pesanan dari para konsumen pun terus meningkat dari waktu ke waktu. Meskipun begitu, Najla juga masih menghadapi tantangan berupa kesulitan dalam melakukan manajemen usaha dan penjagaan kualitas produknya.

Hal ini yang kemudian membuat Najla belajar keluar negeri dengan mengambil program sertifikasi. Beliau mengambil kursus certified baker di Singapura dan Malaysia. Selama masa studi tersebut, Najla menutup usaha Bittersweet-nya terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan beliau tidak bisa fokus untuk mengelola bisnis ketika sedang mengambil kursus. Namun, ia kembali dengan membawa ide dessert box.

Pada saat itu, kebanyakan dessert menggunakan cake jar sebagai wadahnya. Akan tetapi, Najla tidak setuju dengan ide itu. Beliau menilai, ukuran jar terlalu kecil untuk sebuah dessert. Beliau juga memilih penggunaan kotak mika dengan pertimbangan estetika dalam mengeksploitasi warna dan bentuk dari dessert yang dibuat. Di luar dugaan, ide tersebut mendapatkan respon positif dari pasar. Penyajian dalam bentuk dessert box pun menjadi viral dan banyak direplikasi oleh beberapa produsen dessert lainnya.

Kisah bisnis yang dijalankan Najwa dalam mendirikan Bittersweet dapat dijadikan sebagai inspirasi oleh sahabat wirausaha. Pembelajaran dapat terlihat dari bagaimana Najwa mendirikan usahanya. Kisah tersebut menunjukan bahwa hobi saja tidak cukup untuk menjadi landasan mendirikan usaha. Najwa sebagai pemilik usaha masih harus belajar dan memperdalam kemampuannya dalam menjalankan usaha hingga menempuh kursus di luar negeri. Kondisi ini menjadi inspirasi bagi sahabat wirausaha untuk terus memperdalam kemampuan mengenai produk dan usahanya.

Dampak dari belajar ini sendiri dapat terasa dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Dalam kasus Bittersweet, pembelajaran yang dilakukan oleh Najwa yang kemudian menjadi sumber inspirasi untuk membuat sebuah produk baru yang diterima oleh pasar. Dengan segala pembelajaran tersebut, Sahabat Wirausaha dapat menyesuaikan kembali proses produksi yang diinginkan. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki dan menjaga kualitas produk, khususnya apabila produk tersebut ditargetkan sebagai produk premium. Jadi, yuk, tunggu apa lagi. Mari bersama memperbaiki kualitas produk agar mendapat kepercayaan konsumen seperti yang didapatkan oleh Bittersweet by Najla!