Sumber: Freepik
Mungkin sulit dibayangkan bagaimana sebuah usaha menghimpun masyarakat kecil yang bermata pencaharian sebagai petani untuk menggunakan teknologi dan membuat usaha yang menerapkan prinsip berkelanjutan. Namun, tidak ada yang tidak mungkin. Salah satunya adalah PT Sosial Bisnis Indonesia atau lebih dikenal sebagai SOBI.
Awal Mula Terbentuknya SOBI
SOBI lahir pada tahun 2016 yang didirikan oleh sebuah Komunitas Telapak yang sejak tahun 90an telah menghimpun para petani kecil untuk selalu menggunakan metode pengelolaan hutan berkelanjutan atau sustainable logging.
Melalui kampanye-kampanyenya, Telapak menyentuh dan menyosialisasikan bagaimana sebagai petani kayu, bisa berkontribusi terhadap keberlanjutan. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan edukasi pengelolaan hutan berkelanjutan yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai standar internasional Forest Stewardship Council atau lebih dikenal FSC.
Hal ini bukan saja menyelamatkan lingkungan kita dari penebangan liar, namun juga dapat meningkatkan pendapatan para petani kecil tanpa harus merusak alam. Dari menghimpun para petani-petani kecil ini, Telapak membimbing hingga mereka dapat bisa menyelenggarakan organisasi dan mengelola aktivitas bertaninya serta pemasarannya melalui sebuah keanggotaan koperasi.
Sampai akhirnya, Telapak membuat gagasan untuk mendirikan sebuah perusahaan dengan nama PT Social Business Indonesia dengan menggandeng beberapa pihak agar dapat mendanai perusahaan baru berdiri tersebut. Akhirnya PT SOBI dapat berdiri dengan kepemilikan modal yang terbagi atas empat unsur yaitu: 10% saham dimiliki oleh Komunitas Telapak sebagai komunitas yang telah berbadan hukum untuk perkumpulan berbadan hukum, 40% dimiliki oleh koperasi petani yang sebelumnya diberdayakan oleh Komunitas Telapak, 10% kepemilikannya dikuasai tim manajemen kunci PT SOBI, dan 40% sisanya dimiliki oleh tim investor yang memiliki pengetahuan di bidang teknologi, rekayasa, jaringan, dan dana.
Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Dengan Modal
Minim
Berbagai kegiatan dan aktivitas dilakukan oleh PT SOBI dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan dimulai dengan melakukan agregasi pengurusan sertifikasi internasional Forest Stewardship Council (FSC) secara berkelompok untuk seluruh lapisan petani anggota koperasi yang digagas oleh Komunitas Telapak dan pemegang saham PT SOBI.
Kemudian, setelah sertifikasi dilakukan, pengecekan kualitas yang sesuai dan pengawasan implementasi pertanian kayu oleh para petani kecil. Semua ini dapat dibantu dengan adanya teknologi digital yang membantu semua kegiatan dalam digitalisasi. Kayu-kayu yang telah siap untuk dipanen dibeli oleh PT SOBI dengan harga yang layak bagi kedua belah pihak.
Baca Juga: Mengenal Sertifikasi ISO dan Manfaatnya untuk Bisnis
Kayu-kayu yang bersertifikasi FSC ini harga jualnya jauh lebih tinggi daripada kayu-kayu tanpa sertifikasi atau tanpa identitas yang jelas. Selanjutnya, kayu-kayu tersebut dikemas dan dipoles kembali menjadi kayu-kayu yang siap untuk diekspor ke berbagai belahan dunia. Secara tidak langsung, PT. SOBI merupakan seorang pembeli yang melakukan pengawasan langsung kepada pemasoknya. Pemasoknya sendiri adalah koperasi petani yang tidak lain dan tidak bukan merupakan pemiliknya sendiri melalui kepemilikan saham PT. SOBI oleh koperasi petani tersebut.
Laba perusahaan PT. SOBI ini juga sangat unik untuk dicermati. Kepemilikannya yang berlapis menjadikan PT. SOBI ketika memutuskan untuk membagikan labanya atau dividen kepada pemilik saham maka otomatis terdapat 40% dividen yang akan menjadi bagian dari koperasi petani kecil. Dividen ini akan menjadi sebuah pemasukan atau surplus hasil usaha (SHU) bagi koperasi. Kemudian, pada koperasi surplus tersebut akan dibagikan kembali kepada para anggotanya sesuai dengan kontribusinya dalam memasok kayu-kayu untuk PT. SOBI.
Baca Juga: Tips Membaca Laporan Laba Rugi
Selain itu, laba ditahan yang dimasukkan kembali ke perusahaan dapat digunakan sebagai dana penelitian dan pengembangan yang akhirnya akan memperbesar usaha dari PT SOBI ini dengan menghimpun lebih banyak petani kecil di berbagai kota di Indonesia. PT SOBI berkembang dari 2 lokasi pada tahun 2018, sampai saat ini PT SOBI memiliki 8 lokasi di Indonesia yaitu Cirebon, Ciamis, Purworejo, Kulon Progo, Sragen, Karanganyar, dan Ngawi.
Mitra petani yang bergabung dalam PT SOBI ini sudah mencapai puluhan ribu petani. Para petani ini senantiasa menaati standar FSC yang telah menjadi standar operasional dan prosedur koperasi petani kecil tersebut. Tak heran jika kesuksesan kini diraih oleh mereka-mereka yang menaati prosedur yang telah ditentukan untuk menjaga kualitas kayu-kayu mereka yang dijual di pasar internasional.
Baca Juga: Semut Nusantara, Membuka Peluang Naik Kelas Untuk Petani dan Komunitas Lokal
Teknologi, Kunci Sukses Pengembangan
Pemanfaatan teknologi sebagai kunci utama PT SOBI bisa sukses sampai sebesar ini. PT SOBI yang dari awal sudah berkomitmen untuk melakukan kerja sama strategis dengan investor yang dapat mendukung visi serta misinya yaitu menjalankan pertanian hutan yang berkelanjutan. Dari investor-investor tersebut PT SOBI dapat melakukan inovasi dan pengembangan teknologi digital yang dapat memperlancar jalannya usaha pertanian kayu tersebut.
Teknologi tersebut memperkenankan para petani untuk mengumpulkan sebuah basis data pohon-pohon yang dimiliki oleh para petani mitra yang tersebar di 8 lokasi. Data-data tersebut di antaranya berisikan foto dari batang pohon-pohon kayu dan sebuah cip kecil yang sengaja ditempelkan pada batang-batang pohonnya sebagai sebuah alat ukur untuk melihat perkembangan pohon mulai dari tinggi hingga diameternya dan juga sebagai pemetaan lokasi dari pohon tersebut.
Baca Juga: Tips Menambah Basis Data Kontak Konsumen dan Menyimpannya Dengan Google Contact
Data-data tersebut terintegrasi dan menjadi basis data dalam sebuah aplikasi SOBI yang dapat memberikan data komprehensif yang bisa difilter dan diurutkan sesuai dengan permintaan seperti usia pohon, tinggi pohon, dan juga lebar diameter. Selain itu, data tersebut juga berisi petani siapa yang memiliki pohon tersebut dan foto pemiliknya, titik lokasi yang sangat presisi, sampai jenis kayunya. Dengan pemanfaatan ini, jelas adanya jika perusahaannya bisa berkembang pesat dengan memanfaatkan teknologi sambil merawat alam yang dapat memberikan segalanya bagi manusia.
Melalui aplikasi SOBI ini juga, data ratusan ribu pohon dapat dikategorisasi dengan mudah. Para manajemen sudah bisa melihat pohon mana yang sudah boleh ditebang dan pohon mana yang belum cukup umur untuk ditebang. Ketika pohon-pohon yang sudah cukup umur, SOBI dengan mudahnya dapat mengirimkan sebuah pesan kepada petani tersebut untuk melakukan penebangan. Semua ini dapat diakses oleh para petani mitra serta pengurus koperasi melalui ponsel pintar mereka dengan mudah.
Teknologi ini juga membantu SOBI dalam melakukan aktivitas pengawasan seperti aktivitas penanaman kembali, setiap ada pohon baru yang ditanam maka diperlukan pemasukan data yang baru ke basis data agar bisa menjadi bagian dari PT SOBI. Pemasukan data ini dilakukan oleh tim lapangan SOBI. Pelaksanaan FSC juga lebih mudah dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan karena data-data laporan hasil panen dapat diraih dengan mudah oleh sistem. Laporan hasil pemanenan juga dapat dengan mudah diakses oleh perusahaan. Dengan sistem teknologi ini juga, pembeli kayu SOBI nantinya dapat dengan mudah menelusuri dari mana kayunya berasal hingga lokasi spesifik di mana kayunya ditanam.
Ternyata, tidak ada yang tidak mungkin. Merawat alam dengan menggunakan teknologi justru sangat memudahkan dan menguntungkan. Ditambah dengan model usaha yang mementingkan komunitas menjadikan usaha berkelanjutan, mengedepankan digitalisasi, dan menyejahterakan masyarakat dan komunitas sekitar. Itulah dia, SOBI.