Kuliner Nusantara bisa dibilang tidak ada habisnya. Masakan khas dari Sabang sampai Merauke silih berganti menjadi tren selama beberapa tahun belakangan. Salah satu yang paling anyar adalah Se’i Sapi Kana, restoran yang mengusung menu daging asap Se’i khas Kupang, Nusa Tenggara Timur. Citarasa sedap kuliner khas timur Indonesia menjadi kekuatan bisnis waralaba kuliner yang satu ini.

Se’i Sapi Kana berkembang dengan cepat di waktu yang singkat. Baru setahun berdiri, brand ini sudah sukses mendirikan 88 gerai daging asap di pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Apa kira-kira rahasia keberhasilan mereka? Andra Lesmana, Owner Se’i Sapi Kana menjawab pertanyaan tersebut lewat ulasan Wirausaha Inspirasi berikut.

Baca Juga: APINDO UMKM Akademi Seri Industri Kuliner Seni Membangun Jaringan Reseller untuk Perluas Distribusi


Berawal Dari Kecintaan Terhadap Kuliner Nusantara

Kisah membangun Se’i Sapi Kana tidak lepas dari kegemaran Andra Lesmana menjelajahi Indonesia. Saat libur lebaran tahun 2019, ia pulang ke kampung halaman ibunya, Papua. Sekembalinya dari sana, Andra yang memang gemar berwisata kuliner memutuskan untuk singgah di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di sinilah ia kemudian mencicipi kuliner daging sapi Se’i untuk pertama kali.

Setelah melalui pertimbangan matang, Andra akhirnya mantap untuk membuka usaha kuliner dengan menu utama Se’i Sapi khas Kupang di bulan Agustus 2019. “Waktu itu, benar-benar belum banyak yang berjualan menu ini,” ujar Andra.

Restoran pertamanya yang berlokasi di Yogyakarta dengan cepat menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Pasalnya, mereka memang masih asing dengan rasa kuliner se’i sapi yang khas dan baru. Menu utama disajikan dengan berbagai varian sambal khas Nusantara yang enak di lidah menambah daya tariknya.

Baca Juga: Jenis-Jenis Promosi Paling Pas Untuk Bisnis Kuliner

Di bulan Maret tahun 2020, akhirnya Andra membuka cabang kedua Se’i Sapi Kana di Yogyakarta. Saat itu juga ia memberanikan diri untuk menjadikan Sei Sapi Kana sebagai bisnis waralaba. Siapa sangka, meskipun saat itu adalah masa awal pandemi, bisnisnya justru benar-benar berkembang pesat. Padahal, kebanyakan bisnis kuliner lain justru mangkrak omzetnya akibat pagebluk sepanjang tahun.

Andra yang memang jeli membaca situasi, langsung memfokuskan bisnisnya di platform online seperti Gojek dan GrabFood. Tidak butuh waktu lama bagi Se’i Sapi Kana untuk mendirikan cabang-cabang selanjutnya, bahkan hingga berkembang di luar kota. Hari ini, mereka sudah memiliki 88 cabang di seluruh Indonesia. Mengesankan, bukan?


Tiga Variabel Sukses Untuk Waralaba Ala Andra

Kesuksesan Andra Lesmana dalam mengembangkan waralaba Se’i Sapi Kana tidak akan tercapai tanpa rencana yang matang. Saat memilih kuliner tersebut sebagai menu utama, Andra melalui serangkaian pertimbangan. Menurutnya, suatu ide bisnis bisa diwujudkan sebagai bisnis waralaba jika memiliki 3 variabel berikut :

1. Bisnis tersebut harus sudah eksis sebelumnya

Andra kerap enggan memilih ide bisnis yang benar-benar baru atau belum pernah ada sebelumnya. Ia lebih senang pada ide bisnis yang memang sudah terbukti disenangi pelanggan dalam wilayah tertentu. Artinya, ia harus sudah yakin bahwa pasarnya memang ada. Di Kupang, ia tertarik dengan Se’i Sapi saat melihat betapa populernya kuliner tersebut di kalangan masyarakat asli maupun wisatawan.

Baca Juga: Tang Kitchen: Usaha Kuliner yang Dirintis di Usia Muda

2. Cabangnya tidak boleh banyak

Baginya, saat ide bisnis yang sudah eksis tersebut hanya memiliki sedikit cabang dan terbatas di sedikit tempat, berarti sasaran pasar masih luas. Masih sangat potensial untuk dikembangkan ke jangkauan yang lebih luas. Misalnya saja, Se’i Sapi yang meskipun sangat enak, namun masih terbatas di wilayah NTT. Hanya sedikit tempat yang menjual menu ini di luar daerah.

3. Dari segi penjualan, secara penjualan harus sehat

Di Kupang, Andra mendatangi rumah makan yang menyajikan Sei di jam-jam makan malam dan makan siang. Dari situ, ia bisa menebak berapa omzet yang masuk dalam sehari, dan untuk Sei, berdasarkan pengamatannya, saat itu sudah mencapai omzet 10 juta per hari.

Inilah variabel terakhir yang menguatkan tekad Andra untuk mengelola bisnis kuliner Se’i. “Artinya kan, pasarnya sudah terbentuk. Peminatnya jelas, dan menjadi bukti bahwa produk ini memang bisa laku,” ujarnya mantap.

Baca Juga: Membangun Diferensiasi Produk Pada Bisnis Kuliner


Mengedepankan Mutu Masakan Dalam Berbisnis

Sumber: Traveloka

Kelihaian Andra dalam berbisnis tidak datang dalam sekejap. Ia telah menghadap banyak cobaan dalam perjalanannya. Saat masih berumur 19 tahun, ia sudah memiliki hutang sebesar 240 juta rupiah lantaran ditipu seorang teman dalam berbisnis.

Yang membuat Andra bertahan saat itu, adalah mimpi dan cita-citanya. Ia bisa bangkit semata-mata karena memiliki tujuan yang jelas, yaitu ingin menjadi pebisnis yang sukses. Inilah yang membuatnya lebih gigihan teliti dalam menjalankan usaha.

Baca Juga: Membangun Bisnis Kuliner Dari WhatsApp

Sebelum mendirikan Se’i Sapi Kana, Andra sebenarnya sudah berpengalaman di bidang kuliner. Ia memiliki setidaknya dua brand kuliner lain, yaitu Warung Papeda dan Sego Sambal Surabaya Iwak Pei.

Dua-duanya sama-sama mengusung masakan khas daerah yang saat itu memang belum cukup dikenal oleh masyarakat. Dalam berbisnis, peraih Best of The Best Challenger di program Diplomat Success Challenge dari Wismilak Foundation tahun 2017 itu juga tidak setengah-setengah dalam menjaga mutu produk.

Warung Papeda, contohnya, adalah usaha kuliner bertema makanan khas Papua yang ia dirikan pada 2014. Sebagai putra daerah Papua yang merantau di Yogyakarta, Andra ingin mempublikasikan Papeda, kuliner asli Papua, di skala nasional. Untuk menjaga mutu masakan kuliner khas Papua, ia sampai membawa juru masak khusus dari wilayah paling timur Indonesia tersebut.

Baginya, hal-hal semacam ini tidak merepotkan, selama kualitas dan resep masakan asli terjaga. Bahan baku pun diimpor langsung dari Papua, meskipun bisa saja mereka menggunakan sagu yang dijual bebas di pulau Jawa. Tidak lupa, ia juga membuat SOP khusus sebagai standar untuk menjaga mutu masakan.

Baca Juga: Percepat Pertumbuhan UMKM Kuliner Dengan Cloud Kitchen

Di samping itu, ia juga ingin pelanggannya merasakan pengalaman (experience) dalam mencicipi masakan asli Papua dan Ikan Pari khas Surabaya.


Menjalankan Usaha Kuliner Meskipun Tidak Bisa Masak

Andra bukanlah seorang chef. Namun kenyataannya, ia berkecimpung di bisnis Food and Beverages yang melibatkan berbagai citarasa makanan Nusantara. Dalam menjalankan usaha, ia hanya bermodal kegemarannya mencicipi berbagai kuliner khas berbagai daerah.

Ia menyadari bahwa kekuatan dan kemampuannya ada di bidang marketing. Ya, salah satu alasan suksesnya Se’i Sapi Kana adalah kelihaian Andra dalam berpromosi. Mengemas suatu kuliner tradisional dengan konsep dan konten yang menarik hingga menjadi viral adalah keahliannya. Alhasil, usahanya diterima baik di semua kalangan, dari anak muda hingga paruh baya.

Baca Juga: Tren-Tren Dalam GoFood/GrabFood yang Penting Bagi Digital Marketing

“Karena saya tahu di mana kekuatan saya, saya pun mengenali juga kekurangan saya,” ujar Andra. Artinya, ia butuh orang lain yang ahli dalam meracik resep. Maka ia pun berkolaborasi dengan beberapa temannya untuk mendirikan sebuah ide bisnis.

Kuncinya, menurut Andra, adalah di cara kita berkolaborasi. Kadang, orang memiliki konsep yang salah tentang kolaborasi “Banyak yang takut untuk berkolaborasi, sebab menurut mereka hal ini akan mengurangi jatah pendapatannya,” papar Andra.

Ini adalah pola pikir yang salah. Sebab saat berkolaborasi, artinya kita membagi tugas sesuai dengan keahlian masing-masing. Dan justru dengan melakukan hal ini, omzet kita bisa bertambah besar, bukan malah berkurang. Asalkan kerjasama dan pengelolaannya dilakukan dengan baik.

Menurut Andra, jika teman-teman merasa punya keterbatasan dalam berbisnis, akan jauh lebih baik menggaet pihak lain untuk diajak bekerjasama. Misalnya saja., teman sejawat ataupun orang lain yang sudah berpengalaman di bidang kuliner. Namun, perjanjian di awal harus jelas dulu, hitam di atas putih harus diikat omongan masing-masing dan kesepakatan bersama.

“Sebab, bisnis yang kecil mungkin hanya akan ada sedikit masalah. Namun, saat bisnis semakin besar, akan semakin banyak masalah, dan bisa saja menimbulkan konflik dengan partner atau teman sendiri,” jelas Andra. Saat hal seperti itu terjadi, baginya yang terpenting adalah pengelolaan manajemen tim. Dengan manajemen yang solid, masalah seberat apapun pasti bisa dilalui.

Baca Juga: Peluang Pasar Produk Frozen Food

Nah, lewat pengalaman Andra Lesmana, tentunya teman-teman UKM bisa belajar banyak hal soal kuliner dan waralaba. Mulai dari menjaga mutu produk hingga menjalin kerjasama yang baik dengan pihak lain. Tak lupa, strategi marketing yang apik juga harus diterapkan. Yuk, sudah saatnya UKM naik kelas!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

Webinar bertajuk Mengenal Standar Mutu Menuju Perusahaan Waralaba yang dapat diakses melalui link berikut https://www.topkarir.com/article/detail/webinar-mengenal-standar-mutu-menuju-perusahaan-waralaba

Artikel Kompas.com : https://www.kompas.com/food/read/2020/07/07/180800...