Sambal Bu Rudy: Produk Kuliner Lokal yang Ikut Berkembang Secara Digital – Sahabat Wirausaha, setiap bisnis atau usaha tentunya memiliki rintangan dan tantangan tersendiri dalam setiap perjalanannya. Namun, saat berhasil melewatinya, maka bisnis tersebut akan mampu bertahan dan bisa melayani kebutuhan konsumen secara berkelanjutan.

Kira-kira, seperti apa ya bisnis yang tangguh dan mampu melewati segala rintangan yang ada? Bagaimana cara pelaku usaha untuk bangkit dan tetap bertahan demi memenuhi kebutuhan pelanggan? Mungkin Sahabat Wirausaha bertanya-tanya, oleh karena itu artikel ini akan membahas jawabannya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bisnis Sambal Bu Rudy, produk kuliner lokal yang menawarkan beragam jenis sambal dan makanan tradisional Indonesia lainnya. Selain itu, kita juga akan mempelajari bagaimana cara Sambal Bu Rudy menggunakan teknologi digital dalam bisnisnya, yang dirangkum dari Sesi Inspirational Talks: WhatsApp MSME Summit 2023 bersama ownernya langsung yaitu Bu Rudy. Yuk kita cari tahu kisahnya!


Profil Bu Rudy (Lanny Siswadi): Sudah Bekerja Sejak Umur 10 Tahun

Memiliki nama lengkap Lanny Siswadi, perempuan tangguh yang sekarang lebih akrab dengan sapaan Bu Rudy ini lahir di Madiun, tepatnya pada 10 Oktober 1953. Pada umur 10 tahun, beliau sudah belajar mencari nafkah untuk keluarganya. Meskipun hanya tamatan SD kelas 3, namun ia tetap bersyukur karena berkat kerja kerasnya, adik-adiknya bisa menempuh pendidikan hingga SMP dan SMA. Di masa depan, keterbatasannya dalam mengakses pendidikan formal tidak menjadi halangan bagi Bu Rudy untuk bekerja demi menghidupi keluarganya.

Awalnya, Bu Rudy memulai bisnis dengan berjualan sepatu di Pasar Turi. Sayangnya, pada sekitar tahun 1965, pasar tersebut mengalami musibah kebakaran, dan dagangan sepatu Bu Rudy menjadi salah satu korban. Akan tetapi, beliau tetap semangat dan pantang menyerah. Bu Rudy kembali bangkit dengan mendirikan usaha kuliner di tahun 1995, tepatnya 2 Juli 1995.

Baca Juga: Mengapa Produk Lokal Belum Jadi Pilihan Konsumen?

Wanita tangguh ini memulai usaha kulinernya dengan berjualan nasi pecel seharga 1.000 rupiah per porsi. Mulanya, nasi pecel tersebut diberi tambahan sambal buatan tangannya sendiri, yang kemudian dijual bersamaan dengan nasi udang. Lalu, seiring waktu banyak permintaan dari pelanggan untuk membeli sambalnya saja. Ia menamakan produknya Sambal Bu Rudy, mengambil nama suaminya, Pak Rudy yang senantiasa mendukung usahanya.

Dari sini, Bu Rudy terus berkreasi dan mengembangkan produk kulinernya sendiri dengan menjual sambal bawang khas Bu Rudy hingga hari ini. Dalam perjalanannya, beliau juga mengakui bahwa dinamika bisnis pasti terjadi pada setiap pelaku usaha. Tapi, jiwa muda dan semangat Bu Rudy menjadi alasan baginya untuk tetap bertahan. Salah satunya dengan terus belajar dan menjadi lebih baik setiap harinya (berpikir progresif).


Setia Mempertahankan Kualitas dan Konsistensi Rasa Sambal

Walaupun usianya terbilang sudah tidak muda lagi, Bu Rudy tetap memberikan kesan positif dan tips agar pelaku usaha terus berkarya dan mendapat penghasilan. “Saat ini saya berumur 70 tahun. Tapi, karena jiwa semangat saya, akhirnya banyak orang yang bilang kalau saya ini masih seperti umur 50 tahun.” tuturnya. Beliau juga mengatakan jika setiap pekerjaan tentunya memiliki titik lelah dan jenuhnya sendiri. Namun, jika dilakukan dengan niat dan senang hati, rasa lelah tersebut akan sirna dengan sendirinya.

Setiap hari, Bu Rudy bangun pukul 4 pagi untuk mempersiapkan produk sambalnya. Memang, dalam bisnisnya Bu Rudy mengakui bahwa ia juga menemukan kesulitan dan tantangan. “Awalnya saya juga cuma bisa menjual beberapa botol sambal saja per hari. Tapi sekarang, saya sudah bisa menjual hingga ribuan botol per harinya. Jadi sekarang saya sudah resmi jadi wong sugih (orang kaya),” ujarnya sambil tersenyum.

Sampai saat ini, setiap harinya Bu Rudy masih memantau produk bisnisnya di depot kontrol kualitas makanan, karena beliau juga menjual makanan tradisional khas Indonesia seperti nasi rawon dan nasi tumpeng. Selain itu, beliau juga rutin memperhatikan kinerja setiap karyawannya, menyapa pelanggan di meja-meja makan, hingga melayani rombongan yang melakukan reservasi.

Menurut Bu Rudy, kunci dari kesuksesan bisnis adalah kualitas yang harus tetap dipertahankan dan jangan sampai mengalami penurunan. Misalnya, ketika mengalami situasi sulit seperti naiknya harga cabai, ia berprinsip untuk tidak menggantinya dengan bubuk cabai atau bahan lainnya yang bisa merusak konsistensi rasa. Bu Rudy memilih untuk tetap mempertahankan kualitas, meskipun keuntungan yang dihasilkan berkurang.

Baca Juga: Herbali: Memberdayakan Petani Lokal Melalui Minuman Herbal

Gambar: Contoh Produk Sambal Bu Rudy (Sumber: Depot Bu Rudy)


Pengalaman Bu Rudy Dalam Menggunakan WhatsApp untuk Mengelola Bisnis

Sejalan dengan era digitalisasi saat ini, usaha Sambal Bu Rudy juga menyadari perlunya menyesuaikan diri dengan kecanggihan dan kemajuan teknologi yang ada, seperti penggunaan aplikasi WhatsApp Business untuk pelaku usaha. Bu Rudy mengakui bahwa peran WhatsApp Business sangat besar bagi bisnis sambalnya.

Melalui aplikasi ini, pelanggan bisa mencari dan memesan produk sambalnya dengan mudah. Bu Rudy juga menambahkan foto dari kemasan produk sambal yang ciamik di katalog WA Bisnis miliknya, agar menarik perhatian pembeli untuk order sambalnya. Selain itu, WhatsApp Business juga sangat memudahkan usaha Bu Rudy untuk berhubungan dengan supplier, pelanggan, saudara, serta untuk mempromosikan produk sambalnya.


Tantangan Digitalisasi Bisnis yang Dihadapi Bu Rudy: Terus Belajar dan Berkolaborasi

Kemudian, pada sesi Inspirational Talks ini Bu Rudy juga dihadapkan pada fenomena umum di kalangan pelaku UMKM Indonesia, di mana masih banyak pelaku usaha yang belum menerapkan digitalisasi dalam berbisnis. Alasannya sangat beragam, seperti penggunaan yang terlalu rumit, malas membalas pesan/chatnya, dan sebagainya. Maka dari itu, Bu Rudy membagikan sedikit motivasinya dalam menyegerakan digitalisasi melalui aplikasi WhatsApp Business untuk mendukung penjualan.

Ya….. kalau saya pribadi lebih senang mengejar rezeki dengan cara seperti “menjemput bola”. Namun, perlu kita pahami di sini bahwa cara menjemput bola jaman dulu, dengan jaman sekarang sudah sangat berbeda jauh. Dengan adanya kecanggihan teknologi, kita bisa selangkah lebih maju, lebih cepat dan peluang tersebut bisa kita dapatkan dengan mudah,” ungkapnya.

Baca Juga: Citarasa Sambal Minang Dalam Semangkuk Sambal Lauk Mak Fau

Jadi, meskipun di usianya yang sudah tidak muda lagi, Bu Rudy tetap bertekad untuk mempelajari digitalisasi bisnis saat ini, melalui penggunaan WhatsApp Business untuk produk sambalnya. Karena beliau yakin, digitalisasi ini akan sangat membantunya untuk meraih peluang bisnis yang lebih luas.

“Misalnya, kita mau kirim foto nasi tumpeng ke pelanggan, kalau saya tidak mengerti cara mengirimkan fotonya, maka bisa jadi peluang tersebut hilang, karena harus menunggu orang lain (misalnya asisten saya) untuk membantu saya mengirimkan foto tersebut. Jadinya malah kelamaan….. keburu hilang peluangnya karena pelanggan sudah dapat foto tumpeng dari usaha lain,ujarnya sambil tersenyum.

Bu Rudy juga menyarankan untuk setiap pelaku UKM agar tetap ikut mengelola akun digital bisnisnya. Jika bisnisnya sudah sangat besar dan pelanggannya ramai, kita boleh saja memiliki admin dan ada yang handle. Tetapi, sebagai owner pun kita harus tahu dasar-dasar dalam pengelolaan akun tersebut agar bisa memantau cara kerja karyawan setiap waktunya. Misalnya seperti bagaimana mereka membalas chat customer, bagaimana pelayanan karyawan terhadap customer (apakah customer sudah puas/justru ada komplain). Jangan sampai kita sebagai pemilik usaha tidak paham terhadap bisnis yang dijalankan.


Pesan Bu Rudy Terhadap Pelaku UKM di Seluruh Indonesia

Pada sesi akhir Inspirational Talks oleh Bu Rudy, beliau mengatakan bahwa sebagai pelaku usaha, kita jangan patah semangat dan harus tetap terus berusaha. Jika usaha kita mengalami kegagalan, jangan menyerah untuk mencoba lagi usaha yang lainnya. Harus tetap fokus dan ikut riset ke target konsumen kita untuk terus mempertahankan kualitas, dan jangan sampai lengah.

“Dalam berbisnis, harus terus semangat, ya. Lakukan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) dalam bisnis kita jika diperlukan untuk terus berinovasi. Terus memperbaiki diri dan evaluasi produk yang ditawarkan agar bisnis kita bisa semakin berkembang. Kemudian, yang paling penting adalah jangan lupa bersyukur terhadap hidup yang sedang kita jalani. Dengan WhatsApp Business, usaha saya bisa lebih maju.” ujar Bu Rudy yang disambut oleh tepuk tangan peserta yang hadir.

Melalui bisnis Sambal Bu Rudy, kita belajar bahwa dinamika bisnis tentunya akan selalu ada, dan rintangan juga akan terus dihadapi oleh pelaku usaha tanpa terkecuali. Namun, dengan semangat tinggi dan jiwa yang pantang menyerah, serta dukungan dari pihak terdekat semua hal tersebut dapat dilewati untuk bisnis yang lebih baik. Semoga artikel ini bisa menginspirasi kita agar mau dan mampu meningkatkan kualitas usaha dengan digitalisasi ya, serta terus belajar dan ekspansi usaha untuk jangka panjang. Tetap semangat dan sehat selalu!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, silahkan bagikan atau share kepada teman dekat atau kerabat Anda. Jangan lupa juga untuk like dan berikan komentar pada artikel ini ya, Sahabat Wirausaha.