Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung - Ketika menyebut kata Pondok Pesantren hal pertama yang terlintas adalah lembaga pendidikan agama. Namun, berbeda dengan kebanyakan pondok pesantren, Pondok Pesantren Al Ittifaq menggabungkan kurikulum pendidikan agama dan pertanian. Kolaborasi kedua bidang ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung

Selain memberi bekal ilmu pertanian kepada para santri, bisnis pertanian yang dikelola Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung memungkinkan ponpes ini memiliki penghasilan sendiri dan tak bergantung dari donatur. Penghasilan ini tak hanya mencukupi kebutuhan operasional pesantren tetapi juga membiayai 500 orang santri yang berasal dari keluarga tidak mampu. 

Sahabat Wirausaha, mari kita simak lebih jauh seluk beluk Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung dan mengetahui bagaimana pesantren ini mengelola program pertanian yang terintegrasi dengan kurikulum pembelajaran.


Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung, Bekali Para Santri Kemampuan Bertani dan Beternak

K.H. Mansyur mendirikan Pondok Pesantren Al Ittifaq pada 1 Februari 1934 di kampung Ciburial Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Bandung, Jawa Barat. Berada di ketinggian 1.250 mdpl, ponpes berdiri di atas tanah yang subur sehingga cocok dikembangkan jadi lahan pertanian. Pada mulanya Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung bernama Pondok Pesantren Ciburial, tetapi mengalami perubahan nama dan sistem pendidikan seiring berjalannya waktu. 

Ketika ponpes diteruskan ke KH. Fuad Affandi, Beliau membawa perubahan besar, terutama dalam proses pengajaran dan pemberdayaan para santri di bidang pertanian. Di pesantren ini, para santri dibekali kemampuan bertani melalui kurikulum agribisnis bagi seluruh santri. K.H Fuad Affandi meyakini bahwa tidak semua lulusan pondok akan menjadi ulama dan mengajar. Karenanya, mereka perlu dibekali kecakapan hidup untuk mandiri secara ekonomi dengan belajar bertani. 

Ponpes ini mempekerjakan para santri di unit usaha agribisnis untuk mempelajari dan melakukan praktik langsung sehingga para santri memiliki keterampilan untuk bekal mencari nafkah selepas lulus dari pondok.  

Sumber: kompasiana.com

Sebagai unit usaha agribisnis, Ponpes Al Ittifaq memiliki kegiatan yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, dan perkebunan sehingga materi pendidikan agribisnis di lini produksi dikaitkan pada tiga bidang tersebut. 

Sementara itu, ada juga materi di luar lini produksi yang diajarkan, seperti pelajaran marketing, pengolahan pasca panen berupa standarisasi mutu dan pengemasan, pengolahan limbah-limbah pertanian, dan tata niaga usaha pertanian.

Baca Juga: Mau Untung dari Bertani? 6 Ide Bisnis Pertanian Kekinian yang Menjanjikan


Praktik Langsung di Lapangan untuk Mengasah Kemampuan Santri

Materi pendidikan agribisnis di Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung tidak berlangsung di dalam kelas, melainkan turun langsung ke lapangan. Para santri diterjunkan langsung mengelola lahan pertanian, kandang ternak, dan terlibat dalam pengolahan pasca panen. 

Kegiatan pertanian ini seluruhnya dikelola para santri dengan sistem kemandoran dimana ada seorang santri senior yang ditugaskan sebagai mandor untuk memimpin beberapa santri mengelola tugas di lapangan. 

Sistem kemandoran ini tersebar di beberapa wilayah perkebunan, di antaranya Kebun Rawabogo dengan empat kemandoran, Kebun Sukahaji dengansatu kemandoran, Warung Tungtung dengan satu kemandoran, Pasirhoe dengan satu kemandoran, Hanjung Beureum dengan satu kemandoran, dan  Ciburial dengan satu kemandoran. 

Di bawah bimbingan para mandor, santri belajar segala hal mengenai pertanian mulai dari cara mencangkul hingga cara memanen yang perlu mereka lakukan sehari-hari.

Pembentukan kelompok kemandoran dan penempatannya didasarkan atas minat, tingkat pendidikan, dan keterampilan khusus yang dimiliki santri. Misalnya, santri lulusan Sekolah Dasar biasanya ditempatkan di kebun atau kandang, santri lulusan Sekolah Menengah Pertama bekerja di pengolahan pasca panen atau pun di kebun, sedangkan santri lulusan Sekolah Menengah Atas dapat bekerja di kebun, pasca panen, atau di bagian administrasi dan marketing. 

Setiap kelompok tersebut akan mendapatkan tugas masing-masing, ada yang bertugas sebagai pengurus inti organisasi, kesekretariatan, mandor kebun, pengemasan, pemasaran, pekerja lapangan, dan pengadaan.

Sistem kemandoran juga berlaku pada pembelajaran di bidang peternakan. Mandor peternakan bertugas mengatur tugas santri memberi pakan ternak setiap hari sesuai kebutuhan. Santri yang bertugas memberi pakan ternak akan mengambil rumput, mengumpulkan limbah sayuran, dan mengolahnya menjadi pakan ternak.


Mengoptimalkan Hasil Pertanian Pasca Panen  

Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung menerapkan sistem pertanian organik terpadu sehingga semua bahan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pada lini pasca panen, santri belajar memilah produk berdasar kelas atau grade sesuai target pasarnya. 

Kegiatan pasca panen berlangsung malam hari seusai santri shalat Isya. Terdapat 5 proses pasca produksi, yaitu proses sortasi atau pemilahan, grading atau penilaian, packing atau pengemasan dan labelling atau pemberian label keterangan produk dan proses kelima yaitu servicing yang ditangani oleh bagian pemasaran.

Produk sayuran kelas satu yang berkualitas prima dikemas dan diberi label menarik akan dikirim ke supermarket, sedangkan kelas satu namun tanpa kemasan yang menarik akan dikirim ke hotel dan restoran. Sayuran kelas dua dengan kualitas baik dikirim ke pasar tradisional dan pasar induk. 

Sementara itu, sayuran kelas tiga yang masih baik kualitasnya, namun tidak memenuhi standar untuk dijual ke pasar akan menjadi bahan konsumsi pondok pesantren. Sayuran kelas empat menjadi bahan pakan ternak dan kelas lima akan menjadi pakan ikan atau dibuat pupuk.

Limbah sayuran dicampur dengan beberapa bagian kotoran hewan ternak untuk diolah menjadi pupuk kompos, sementara itu beberapa bagian lainnya digunakan untuk membuat biogas.

Dalam prosesnya, kelompok santri yang mengelola hasil pertanian pasca panen akan mengalami rotasi agar semua merasakan, mengalami dan mengetahui jenis kegiatannya. Khusus bagi santri putri hanya mendapatkan tugas pengemasan, garmen dan kerajinan. 

Para santri yang terjun dalam agribisnis disarankan untuk membentuk kelompok tani selepas lulus dari pondok pesantren. Hasil pertanian mereka selanjutnya dikirim ke Ponpes Al Ittifaq untuk dibant proses pemasarannya. Saat ini sudah banyak lulusan Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung yang telah membuka bisnis pertanian dan menyerap tenaga kerja.

Baca Juga: Modal Pas-Pasan? Inilah 8 Cara Memulai Usaha dengan Modal Sedikit


Dirikan Koperasi Pesantren 

Pada perkembangannya, aktivitas agribisnis yang semakin pesat membutuhkan pengelolaan yang lebih serius sehingga Ponpes Al Ittifaq memutuskan untuk mendirikan Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq atau biasa dikenal dengan “Kopontren Alif” pada 1997. Kehadiran Kopontren ini diharapkan dapat meningkatkan usaha pertanian yang pengelolaannya terpisah dengan manajemen pesantren. 

Sumber: bisnis.tempo.co

Saat ini, Kopontren Alif mengelola 130 hektar lahan pertanian milik 270 petani yang tergabung dalam 5 kelompok tani di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Para petani tersebut menjalankan pola tanam di atas lahan seluas 14 hektar dan menanam berbagai sayuran sesuai kebutuhan pasar sehingga hasil panen sudah pasti ada pembelinya. 

Keuntungan yang diperoleh Kopontren selanjutnya digunakan untuk menyantuni 500 santri yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung. Para santri tersebut umumnya berasal dari keluarga kurang mampu dan terlantar. 


Membangun Jaringan Pemasaran Terintegrasi

Bisnis pertanian organik mengantarkan Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung menjadi pusat pengembangan model pertanian organik. Saat ini terdapat kurang lebih 90 orang petani binaan yang tergabung dalam sembilan kelompok tani dan ternak di wilayah sekitar pesantren. 

Sembilan kelompok tani pendukung utama pertanian Ponpes Al Ittifaq adalah kelompok tani Alif, kelompok tani Kiara, kelompok tani Jampang Endah, kelompok tani Tunggul Endah, kelompok tani HMS ( Hasil  Melak Sayur ), kelompok tani Tambaga Indah, kelompok tani Yakuris, kelompok tani Sae, dan kelompok tani Baitunnajah. 

Para petani yang tergabung dalam kelompok tani jaringan Ponpes Al Ittifaq mendapatkan kemudahan pemasaran produk pertanian mereka. Para petani juga mendapatkan fasilitas pengembangan usaha dengan pinjaman modal usaha.

sumber: jabar.suara.com

Setiap pekan Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung mengirimkan 3-4 ton sayuran ke berbagai tempat di Jakarta dan Bandung secara bertahap sebanyak 3 kali dalam sepekan. Hasil pertaniannya dipasarkan ke berbagai pasar modern dan tradisional. 

Pemasaran di wilayah Jakarta menyasar rumah sakit, restoran dan Lotte Mart, sedangkan pemasaran di wilayah Bandung menyasar ke rumah sakit, cook food dan supermarket seperti Griya Yogya (Yogya) dan Lion Super Indo (LSI).

Selain itu, Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung juga membangun relasi terutama dengan pemerintah dan swasta. Jaringan relasi ini membawa Ponpes Al ittifaq menjadi lembaga ekonomi dengan jalinan bisnis cukup luas. Jaringan bisnis Ponpes Al Ittifaq menjamah berbagai supermarket modern, rumah sakit, hotel-hotel, pasar-pasar induk, dan badan usaha lainnya sebagai penyedia sayuran.  

Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung juga membangun relasi dengan para alumni, kenalan, keluarga, hingga para pengunjung dari berbagai macam lembaga pendidikan dan instansi pemerintah. 

Sementara itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pertanian, Ponpes Al Ittifaq bekerjasama dengan lembaga penelitian bertaraf nasional dan internasional. Baru-baru ini Ponpes Al Ittifaq bekerjasama dengan  Japan International Corporation Agency (JICA) dalam upaya pengembangan budidaya jeruk Dekopon.

Baca Juga: Punya Potensi Pasar yang Besar! Begini Cara Memulai dan Mempersiapkan Bisnis Budidaya Jamur


Apresiasi Pemerintah terhadap Model Bisnis Pertanian di Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung

Dengan langkah-langkah inovatif yang sudah dilakukan, Ponpes Al Ittifaq berhasil meraih penghargaan Kalpataru pada tahun 2003 atas usahanya menjaga kelestarian alam dengan sistem pertanian organik dan menjadi salah satu model eco-pesantren serta menjadi pionir dalam program kemandirian ekonomi pesantren yang digagas Gubernur Jabar Ridwan Kamil yaitu One Pesantren One Product (OPOP).

Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung juga mendapat pujian dari Presiden dan Wakil Presiden RI. Pada Maret 2023 lalu, Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi terhadap model bisnis pertanian yang diterapkan Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung. Presiden mendorong ponpes lain di Indonesia untuk mengadopsi sistem agribisnis tersebut, bahkan Presiden menyebut Ponpes Al Ittifaq sebagai induk bisnis pertanian di Indonesia. 

Pada kesempatan lain, Wakil Presiden Ma’ruf Amin meresmikan Ponpes Al ittifaq sebagai percontohan nasional pengelolaan digitalisasi pertanian dan korporatisasi pertanian digital dalam mendukung rantai ekosistem halal value chain berbasis koperasi. 

Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung mampu membuktikan bahwa tidak perlu menjadi korporasi besar untuk dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Berawal dari langkah kecil yang terus berkembang, konsisten dan kerjasama yang baik menghasilkan langkah besar dan bermanfaat. Ponpes Al Ittifaq berhasil melakukan pemberdayaan pertanian organik, pemanfaatan lahan secara efektif, dan peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Sumber:

  1. https://bappeda.jabarprov.go.id/ponpes-al-ittifaq-bandung-percontohan-nasional-digitalisasi-pertanian/
  2. https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-apresiasi-model-bisnis-pertanian-di-ponpes-al-ittifaq/
  3. https://www.laduni.id/post/read/74475/biografi-kh-fuad-affandi.html