Modus Hoax dan Penipuan – Meningkatnya penggunaan internet di kalangan pelaku UMKM di Indonesia ternyata turut melambungkan pula berbagai isu-isu bohong atau hoax. Bahkan jika dibiarkan, serangan hoax alias hoaks ini akan membuat pelaku UMKM mengalami kerugian lantaran kebingungan informasi. Belum lagi ancaman penipuan digital, membuat setiap pelaku bisnis kecil harus menambah literasi mereka soal internet.

Bahkan berdasarkan siaran pers yang dirilis di website resmi Kominfo, ada 1.615 konten modus hoaks dan penipuan UMKM beredar di internet dan berbagai platform digital sepanjang tahun 2023. Jumlah kabar hoaks ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2022 yang ‘cuma’ sebanyak 1.528 berita bohong. Dengan UMKM masih jadi target utama para pelaku kejahatan siber baik lewat hoaks atau penipuan internet, maka penting bagi Sahabat Wirausaha untuk memahami informasi dalam artikel berikut ini.


Kenapa UMKM Berpeluang Jadi Korban Modus Hoax dan Penipuan?

foto: Hartono Creative Studio/UNSPLASH

Penyebaran hoaks yang begitu masif memang sangatlah merugikan, terutama jika itu dalam lingkup UMKM. Sebagai sektor usaha terkecil, UMKM pada dasarnya berjalan dengan modal dan aset yang pas-pasan sehingga membuat pelakunya harus benar-benar mampu mengelola finansial bisnis dengan sangat efektif. Namun ketika kabar bohong itu disebarkan dan berujung pada aksi penipuan yang dialami pelaku UMKM, maka bisnis yang dijalani bukan tak mungkin bakal bermasalah hingga bangkrut.

Baca Juga: 8 Hal yang Wajib Dilakukan Untuk Menjamin Keamanan Transaksi Digital

Untuk itulah penting bagi Sahabat Wirausaha yang juga pelaku UMKM, lebih waspada modus hoaks dan penipuan seperti kejahatan siber. Bahkan menurut perusahaan keamanan siber yakni Kaspersky pada 2023, UMKM masih jadi sasaran empuk para penjahat dunia maya. Menurut laporan yang dikutip dari Liputan6, Kaspersky bahkan mengungkapkan jika para penjahat siber tak segan-segan menggunakan taktik canggih untuk menyerang pebisnis UMKM.

Kondisi ini tentu cukup miris dan jelas tak bisa dibiarkan karena penyebaran berita bohong bisa merusak hubungan di masyarakat. Apalagi dengan pebisnis UMKM yang kini makin go digital, membuat mereka lebih cepat dalam menyebarkan kabar hoaks baik melalui WhatsApp atau media sosial populer lainnya. Lantas kenapa korban modus hoax dan penipuan UMKM bisa jadi sasaran empuk?

Laras Sekarasih, PhD selaku Dosen Psikologi Media dari UI seperti dilansir Kompas menjelaskan bahwa orang-orang yang cenderung mudah percaya terhadap hoaks itu karena informasinya sesuai dengan pendapat atau sikap mereka. Sehingga saat ada informasi yang bisa menguatkan pendapat atau harapan mereka, orang-orang tersebut akan mudah tertipu hoaks dan jadi korban penipuan.

Dalam lingkup UMKM, penyebar hoaks biasanya paham kalau kecenderungan para pebisnis skala mikro ini kesulitan dengan permodalan usaha. Sehingga mereka dengan mudah menyebarkan isu bohong soal bantuan usaha, tapi si pelaku UMKM harus menyetorkan sejumlah uang. Lantaran meyakini kalau bakal benar-benar ditolong, pengusaha mikro bisa dengan mudah mengikuti anjuran penyebar hoaks sampai tanpa sadar telah tertipu sudah menyetorkan data-data pribadi hingga sejumlah uang.


Modus Hoax dan Penipuan Digital yang Menyerang Pelaku UMKM

Ancaman kejahatan siber terhadap para pelaku UMKM dalam bentuk kabar hoaks hingga penipuan digital memang sangatlah besar dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data statistik tahun 2022 yang dilansir Antara, setidaknya lebih dari 60% korban kejahatan siber adalah para pengusaha kecil dan sisanya pebisnis level perusahaan. Supaya Sahabat Wirausaha bisa lebih waspada, berikut beberapa modus kejahatan siber, modus hoax dan penipuan UMKM secara digital yang wajib diwaspadai di tahun 2024:

1. Kebocoran Data Internal

Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan sejak tahun 2020 hingga 2022, sedikit banyak membuat konsep bisnis UMKM berubah drastis. Jika dulu mungkin penjualan dilakukan di pusat keramaian, wabah corona memaksa pelaku UMKM bermigrasi ke ranah digital. Menawarkan produk di media sosial dan e-commerce akhirnya dilakukan lantaran keterbatasan sosial. Perubahan konsep bisnis ini sangatlah positif mengingat internet kini menjadi kebutuhan masyarakat, tapi juga berdampak pada ancaman siber.

Kenapa begitu? Karena saat pelaku UMKM jadi go digital, seluruh data usaha akan diolah juga ke komputer maupun smartphone yang bisa diakses internet mulai dari stok barang, laporan finansial, hingga data-data pribadi pemilik. Hanya saja data-data tersebut bisa saja bocor karena kesalahan internal, seperti tak sengaja mengunduh program dan game ilegal yang akhirnya membuat pelaku UMKM terancam jadi korban penipuan akibat kebocoran data pribadi.

Baca Juga: 5 Tips Investasi Emas Untuk Pengusaha UMKM, Aman dan Menguntungkan

2. Serangan DDos

foto: Hartono Creative Studio/UNSPLASH

Serangan modus hoax dan penipuan UMKM yang selanjutnya adalah dalam bentuk DDos. Masih berkaitan dengan UMKM go digital, keberadaan website memang sangat membantu pelaku usaha mikro untuk mengenalkan produk dan pencarian di search engine internet. Saat ini membangun situs bisnis tidaklah rumit, hanya saja yang wajib dipahami Sahabat Wirausaha adalah tingkat kenyamanan website. Ada banyak cerita situs-situs bisnis yang diretas atau menjadi korban serangan DDos.

Sekadar informasi, serangan DDos akan membuat website bermasalah karena mendadak banyak diakses secara bersamaan. Jika pebisnis UMKM gugup atas serangan ini, bukan tak mungkin si pelaku kejahatan siber bisa melancarkan modus penipuan seperti meminta bayaran dalam jumlah besar sebagai ganti akses normal ke website. Untuk itulah penting bagi kalian membangun situs yang aman dari serangan DDos.

3. Malware

Seperti yang sudah Sahabat Wirausaha ketahui, persoalan modal adalah masalah yang sering dialami pelaku UMKM. Karena terbatasnya modal bisnis inilah, mereka mayoritas menggunakan program-program gratisan bahkan cenderung ilegal untuk menjalankan kebutuhan digital usaha. Kebiasaan ini justru tidak baik karena software bajakan misalnya, bisa saja mengandung file-file berbahaya yang terkontaminasi malware dan merusak sumber daya bisnis.

4. Rekayasa Sosial

Pernahkah Sahabat Wirausaha menemukan situs marketplace yang ternyata palsu dan sudah direkayasa sedemikian rupa oleh penjahat siber? Modus penipuan seperti ini ternyata sering dialami pebisnis UMKM yang biasanya disebarkan melalui tautan-tautan tidak jelas atau email pishing. Sehingga jika pengusaha kecil tidak cukup memiliki literasi digital baik, mereka bisa saja percaya dengan situs palsu dan melakukan transaksi keuangan yang berujung pada modus hoax dan penipuan UMKM.

5. Hoax Event Palsu

Mendapat tawaran untuk terlibat dalam sebuah event yang digelar institusi besar memang kesempatan menggiurkan bagi UMKM untuk memperkenalkan produk. Tak jarang mereka rela mengeluarkan uang DP terlebih dulu untuk mengamankan kesempatan berjualan tersebut, tanpa sadar kalau bisa saja info event itu palsu alias hoaks. Kasus penipuan seperti itulah yang dialami setidaknya 55 pelaku UMKM di Solo pada Juli 2023 silam.

Dilansir Solopos, puluhan pelaku UMKM itu bahkan masing-masing sudah melakukan transfer dana sebanyak Rp200 ribu kepada penyelenggara event yang mengaku sebagai Lokananta agar memperoleh stan jualan. Sekadar informasi, Lokananta sendiri adalah bekas BUMN yang bergerak di bidang rekaman musik. Padahal menurut In Magma selaku project manager Lokananta, pihaknya melakukan open submission untuk calon tenant secara mandiri di akun media sosial resmi.

Baca Juga: Waspada Lebih Baik, Berikut 10 Tips Aman Transaksi dengan QRIS

6. Penipuan Transaksi Digital

Sahabat Wirausaha tentu sadar bahwa tidak semua pelaku UMKM memahami fitur-fitur keuangan yang disediakan perbankan maupun platform e-wallet. Hal ini justru jadi celah para penjahat siber seperti yang dialami Yuni Widyastuti, seorang pebisnis UMKM di Depok, Jawa Barat. Dilansir Kompas, Yuni bahkan kehilangan Rp9,2 juta pada tahun 2020 silam lantaran mengikuti arahan penipu asal Tangerang Selatan yang memperdayai dirinya lewat fitur e-wallet sehingga dana pribadinya berpindah tanpa sadar.Ini adalah salah satu contoh di mana kita harus berhati-hati dalam bertransaksi karena kenyataannya, modus hoax dan penipuan UMKM mengintai pula dari kegiatan pembayaran.

7. Hoax Bantuan Pemerintah

Bisa dibilang ini adalah salah satu jenis hoaks paling banyak memperdaya pelaku UMKM. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, masalah terbesar pebisnis UMKM adalah permodalan. Sehingga saat ada info bantuan modal terutama dari pemerintah, akan banyak pelaku UMKM yang percaya begitu saja. Terbaru pada April 2024 silam, beredar pesan berantai di WhatsApp mengenai bantuan sebesar Rp125 juta dari BI untuk para pengusaha kecil sebanyak 1,9 juta pelaku, berupa bansos produktif.

Tak ingin kabar hoaks semakin tersebar, BI pun akhirnya angkat bicara melalui akun Instagram resminya. Bank sentral milik Indonesia itu menegaskan bahwa BI bukanlah penyalur bansos. Hanya saja karena hoaks sudah tersebar, tentu ada pelaku UMKM yang sudah menyetorkan dokumen pribadi sehingga kewaspadaan tinggi memang sangat diperlukan.

Nah, bagaimana Sahabat Wirausaha? Sangat berbahaya sekali bukan penyebaran modus hoax dan penipuan UMKM? Untuk itulah kalian sebagai pelaku usaha kecil ada baiknya melakukan pengecekan ulang terhadap seluruh informasi yang ada, termasuk meningkatkan literasi digital dan finansial supaya tidak jadi korban penipuan, serta tentunya kabar bohong. Jika pebisnis UMKM semakin paham, maka usaha yang dijalankan juga dapat berjalan lancar dan omzet terus meningkat.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di-share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.