Siapa Itu Jack MaPada suatu malam tahun 1995 di kota Hangzhou, Tiongkok, seorang guru bahasa Inggris yang kurus dan penuh rasa ingin tahu memandangi layar komputer dengan mata berbinar. Ini adalah pertama kalinya dia mengakses internet. Diketiknya satu kata sederhana: beer. Layar menampilkan hasil dari Amerika, Jerman, Jepang hingga seluruh dunia. Tapi, tidak satu pun hasil pencarian dari Tiongkok. Penasraan, ia mencoba kata "China". Lagi-lagi, tak ada hasil.

Baginya, hal ini bukan sekadar kekosongan data. Itu adalah lubang hitam di mana potensi negaranya tenggelam. Dan di malam yang sunyi itu, seorang pria yang gagal lebih dari 30 kali dalam hidupnya, memutuskan untuk menantang dunia. Namanya Jack Ma. Dan inilah ceritanya.


Seorang Pecundang yang Tak Mau Menyerah

Siapa itu Jack Ma? Untuk memahami jawabannya, kita harus kembali ke masa mudanya—sebuah kisah tentang kegagalan, penolakan, dan keuletan yang tak masuk akal.

Lahir pada 10 September 1964 di Hangzhou, sebuah kota yang saat itu belum menjadi pusat teknologi, Jack Ma hidup dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Ma Laifa, adalah seorang musisi dan pendongeng tradisional Pingtan. Sementara orang lain menganggap seni itu kuno, Jack kecil tumbuh dalam dunia cerita, puisi, dan imajinasi.

Tapi kenyataan hidup jauh dari puisi. Jack gagal dalam ujian masuk sekolah dasar dua kali. Dia gagal ujian SMA. Dia gagal tiga kali masuk universitas—dan ketika akhirnya dia masuk, itu pun di perguruan tinggi lokal dengan jurusan bahasa Inggris.

Jack Ma bukan anak ajaib. Dia tidak jenius. Dia juga tidak punya koneksi. Ketika lulus dan melamar pekerjaan, dia ditolak di lebih dari 30 tempat. Termasuk KFC, yang saat itu baru masuk ke China. Dari 24 pelamar, hanya satu yang ditolak: Jack Ma. Dia juga pernah melamar menjadi polisi. Dan lagi-lagi, dia ditolak. Lalu siapa itu Jack Ma kalau bukan seorang pecundang yang gigih?

Baca Juga: Soichiro Honda: Anak Pandai Besi yang Menaklukkan Dunia


Dari Pemandu Turis ke Jutawan

Pada awal 1990-an, Jack Ma bekerja sebagai pemandu turis lepas bagi wisatawan asing, demi melatih bahasa Inggrisnya. Dari sinilah ia mulai memahami dunia luar—dunia yang lebih bebas, lebih terbuka, dan lebih digital.

Ketika bepergian ke Amerika pada tahun 1995 sebagai penerjemah, ia mengenal internet. Penemuan itu membuatnya terobsesi.

Sepulang dari Amerika, dia membuat website pertamanya, "China Pages", sebuah direktori bisnis China secara online. Akan tetapi, gagasan itu terlalu dini. China belum siap. Namun bibitnya tertanam.

Empat tahun kemudian, pada 1999, bersama 17 temannya dan dengan modal US$60 ribu yang ia kumpulkan sendiri, Jack Ma mendirikan Alibaba di apartemennya. Visi awalnya sederhana: menghubungkan produsen kecil di China dengan pasar global. Tak ada yang menyangka bahwa  platform kecil itu akan mengguncang dunia.


Alibaba dan Kebangkitan Tiongkok Digital

Alih-alih menyaingi Amazon atau eBay secara langsung, Jack Ma memilih untuk melayani pasar yang sering terabaikan: UMKM, pengusaha kecil, dan petani desa. Ia menciptakan sistem yang ramah bagi penjual rumahan. Dia mendirikan Alipay, sebuah sistem escrow payment yang sempat ditertawakan bank konvensional. Tapi Ma tahu: di China, kepercayaan adalah barang langka. Maka ia ciptakan sistem kepercayaan itu sendiri.

Alibaba tumbuh pesat. Pada 2014, ketika melakukan IPO di New York Stock Exchange, Alibaba mengumpulkan $25 miliar—menjadikannya IPO terbesar dalam sejarah. Kini, Alibaba bukan sekadar e-commerce. Ia merambah cloud computing, logistik, hingga AI. Jack Ma sendiri menjadi simbol transformasi China dari negara manufaktur menjadi kekuatan teknologi global.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


Sosok Yang Penuh Kontradiksi

Jack Ma adalah pria yang menyebut dirinya sebagai "bodoh dalam matematika", tapi berhasil membangun kerajaan teknologi. Ia pengagum kungfu, sering mengutip Bruce Lee dan Jet Li, dan bahkan pernah membuat film pendek tentang dirinya sebagai jagoan bela diri.

Dia tampil di atas panggung seperti bintang rock. Pernah menari ala Michael Jackson di acara perusahaan. Pernah tampil dengan wig punk di pesta Halloween. Namun di balik panggung, dia juga seorang filsuf amatir. Dia membaca puisi, menyukai kaligrafi, dan sering berbicara tentang pentingnya karakter dan kebajikan dalam bisnis.

Jack Ma adalah kombinasi aneh antara seorang motivator, badut, guru, dan pebisnis jenius.Tapi mungkin inilah alasan mengapa banyak orang bertanya: siapa itu Jack Ma sebenarnya?


Benturan Dengan Kekuasaan

Pada 2020, Jack Ma membuat pernyataan yang mengguncang: ia mengkritik sistem perbankan dan regulasi keuangan di China dalam sebuah forum publik. Kritik itu, meski disampaikan dengan nada intelektual, dianggap menyinggung otoritas.

Tak lama setelahnya, IPO Ant Group—anak usaha fintech Alibaba—senilai $37 miliar, dibatalkan oleh pemerintah China. Setelah itu, Jack Ma "menghilang" dari publik selama berbulan-bulan. Dunia berspekulasi. Apakah ia ditahan? Dipaksa diam? Atau memilih mundur?

Ketika akhirnya ia muncul kembali dalam video pendek menyapa guru-guru pedesaan, banyak yang menyadari: dunia telah berubah. Dan Jack Ma, sang ikon kebebasan wirausaha China, mungkin telah menjadi simbol terakhir dari era keemasan itu.

Baca Juga: Dari Kain ke Panggung Dunia: Inspirasi Bisnis Kreatif ala Dian Pelangi


Pencapaian yang Mengubah Peta Dunia Digital

Ketika Jack Ma mendirikan Alibaba dari apartemen kecilnya di Hangzhou tahun 1999, tak ada yang menduga bahwa perusahaan itu akan mengubah wajah perdagangan global. Namun dalam waktu dua dekade, Alibaba bukan hanya tumbuh besar—ia menciptakan sejarah.

Pencapaian terbesar Jack Ma bukan hanya karena membangun e-commerce raksasa, tapi karena ia menciptakan infrastruktur digital di negara dengan miliaran penduduk yang sebelumnya belum siap dengan teknologi.

1. IPO Terbesar Sepanjang Sejarah

Pada 19 September 2014, Alibaba mencatatkan saham perdananya di New York Stock Exchange (NYSE) dan meraih dana senilai $25 miliar, menjadikannya penawaran saham perdana (IPO) terbesar dalam sejarah dunia saat itu. Peristiwa ini bukan hanya catatan keuangan—ini adalah pernyataan dari dunia usaha Tiongkok ke dunia: bahwa mereka siap bermain di panggung global.

2. Menyatukan UMKM Tiongkok ke Dunia

Alibaba sejak awal memang tidak dirancang untuk menjual langsung ke konsumen, melainkan sebagai platform B2B (business-to-business) yang menghubungkan jutaan produsen dan eksportir kecil di China ke pasar global. Dari furnitur di Foshan hingga mesin-mesin dari Shenzhen, Alibaba menjadi “jembatan digital” yang mempertemukan pelaku usaha kecil dengan pembeli dari Eropa, Amerika, hingga Afrika.

Platform seperti Alibaba.com, Taobao, dan Tmall memungkinkan setiap penjual rumahan bersaing dengan merek besar—sebuah visi yang sangat personal bagi Jack Ma, yang pernah menjadi orang kecil itu sendiri.

3. Inovasi Fintech Lewat Alipay

Ketika bank konvensional enggan bekerja sama dengan Alibaba, Jack Ma meluncurkan Alipay, sistem pembayaran digital yang menjamin kepercayaan antara pembeli dan penjual. Meski awalnya ditertawakan, Alipay kini menjadi bagian dari Ant Group, perusahaan fintech terbesar di dunia dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif. Bahkan di pedesaan Tiongkok, orang lebih sering membawa ponsel untuk membayar sayur ketimbang uang tunai.

4. Festival Belanja Terbesar di Dunia

Jack Ma juga menciptakan Singles’ Day (11.11), sebuah festival belanja daring yang awalnya hanya parodi Hari Valentine, kini menjadi hari belanja terbesar di dunia, melampaui Black Friday dan Cyber Monday digabung sekalipun. Pada tahun 2020, penjualan selama event 11.11 mencapai US$74 miliar hanya dalam 11 hari.

Baca Juga: Hadirkan Pesona Keindahan Indonesia dengan Produk Kecantikan, Berikut Perjalanan Inspiratif Bisnis Kecantikan ala Martha Tilaar

5. Ekspansi Global dan Cloud Computing

Selain dominasi di e-commerce, Alibaba juga merambah ke sektor cloud computing lewat Alibaba Cloud, yang kini menjadi pemain utama di Asia dan bersaing ketat dengan AWS dan Microsoft Azure. Mereka juga mengakuisisi Lazada di Asia Tenggara, memperkuat pengaruh Alibaba di luar Tiongkok.

Sahabat Wirausaha, dari guru bahasa Inggris dengan gaji rendah menjadi arsitek ekonomi digital Tiongkok, pencapaian Jack Ma bersama Alibaba bukan hanya tentang kekayaan. Ini tentang menunjukkan bahwa inovasi bisa datang dari pinggiran, dan bahwa teknologi bisa memerdekakan pelaku usaha kecil.

Pertanyaan siapa itu Jack Ma pun semakin kompleks, namun satu hal pasti: dia adalah pria yang mengubah dunia bukan dengan kode, tapi dengan keyakinan bahwa yang kecil pun bisa jadi raksasa—asal diberi alat yang tepat.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. Zhang, Mona. "Jack Ma: The Maverick Who Built Alibaba." Forbes, 2019.
  2. McGregor, James. One Billion Customers: Lessons from the Front Lines of Doing Business in China. Simon & Schuster, 2005.
  3. Mozur, Paul. "Jack Ma vs. the Party: The Showdown That Changed China Tech." The New York Times, 2021.
  4. Alibaba: The House That Jack Ma Built oleh Duncan Clark, Harper Business, 2016.
  5. Tsai, Eva. “Why Jack Ma Disappeared From Public View.” BBC News, 2021.
  6. “Jack Ma: Biography, Business Empire & Facts.” Investopedia, 2024.
  7. “Who Is Jack Ma?” Time Magazine, 2020.