Artikel kami sebelumnya menguraikan tentang bagaimana sebuah inisiatif untuk menyatukan pendidikan anak usia dini dan layanan kesehatan yang kini sangat terkenal—yaitu Stimulasi, Intervensi, dan Optimalisasi Layanan Anak, yang disingkat SIOLA—mulai dibentuk oleh Yayasan Karampuang dan PTTEP di berbagai kabupaten di Sulawesi Barat. Kali ini akan diuraikan apa saja detail manfaat yang diakui oleh para pemangku kepentingannya.

Social Investment Indonesia (SII), salah satu lembaga terkemuka dalam pemanfaatan metodologi Social Return on Investment (SROI) di Indonesia, telah diminta untuk melakukan penilaian manfaat SIOLA yang akan dihasilkan mulai tahun keempat hingga keenam operasinya. Itu berarti manfaat yang tercipta pada tahun 2017-2019. Hasilnya, dari investasi sosial yang dilakukan oleh tiga pihak—yaitu masyarakat setempat, pemerintah daerah dan PTTEP—manfaat yang tercipta ternyata diterima oleh para murid, orangtua murid, manajemen dan guru SIOLA, masyarakat umum, pemerintah desa dan kecamatan, pemerintah kabupaten, Yayasan Karampuang, serta PTTEP.

Lantaran popularitas SIOLA yang tinggi, jumlah murid yang mendaftar dan diterima terus naik. Mereka yang bersekolah di sana diakui meningkat rasa percaya dirinya, juga meningkat antusiasmenya dalam belajar. Yang tampak sangat jelas juga adalah kemampuan interaksi sosial mereka terus membaik, di samping status kesehatannya yang juga naik, di antaranya karena layanan kesehatan dan aktivitas fisik teratur di sekolah. Satu hal lain yang diakui orangtua, para murid itu kini memiliki kesadaran keuangan, dan membangun kebiasaan untuk menabung.

Apa yang kemudian di peroleh oleh para orangtua sendiri? Pertama, mereka mengakui bahwa melalui interaksi dengan para guru, cara pandang mereka tentang pendidikan anak menjadi sangat berubah. Ini membuat mereka juga jadi lebih baik sebagai orangtua dalam peran mendidik anak-anaknya. Lebih jauh, setidaknya dua SIOLA telah memulai menjalankan peran sebagai organisasi pembiayaan mikro. Hasilnya, akses orangtua murid, terutama yang berasal dari kelompok masyarakat miskin, terhadap modal juga meningkat.

Kepala sekolah dan guru yang terlibat dalam SIOLA melaporkan kepada SII bahwa pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengajar meningkat secara drastis lantaran pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada mereka lewat fasilitasi Yayasan Karampuang dan PTTEP. Hasilnya, mereka juga menjadi lebih percaya diri sebagai pengelola sekolah dan pendidik.

Masyarakat umum, terutama kelompok usia lanjut menyatakan bahwa mereka mengenali beragam permasalahan kesehatan dan bagaimana itu bisa diatasi dengan tindakan-tindakan yang tepat. Selain itu, mereka juga menyadari tentang isu-isu kesehatan anak. Pelayanan posyandu yang disatukan di dalam SIOLA membuat masyarakat selalu mendapatkan layanan kesehatan lengkap dengan pengetahuannya.

Bagi pemerintah desa dan kecamatan yang sudah merasakan manfaat dari kehadiran SIOLA, mereka tak perlu lagi dibujuk untuk mengalokasikan anggaran untuk itu. Namun, yang lebih menarik, berbagai desa dan kecamatan yang belum memiliki SIOLA kemudian belajar tentang manfaat itu, dan mulai pula menyisihkan anggaran untuk memersiapkan dirinya menyongsong SIOLA, yang sudah secara resmi diadopsi Pemerintah Kabupaten Mamuju. Untuk kabupaten ini, memang kesadaran meningkat drastis setelah melihat manfaat dari model yang menggabungkan PAUD, posyandu, serta layanan kesehatan lainnya itu.

Ketika ditanyakan apa manfaat yang dirasakan oleh Yayasan Karampuang lantaran suksesnya SIOLA, mereka mengakui bahwa ada banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik. Bukan saja pelajaran terkait pendidikan anak usia dini, layanan kesehatan, serta fungsi lainnya; melainkan juga pengetahuan dan keterampilan terkait pengelolaan projek. Jejaring mereka juga meningkat pesat, bukan saja dari mitra di tingkat lokal yang menyediakan sumberdaya lahannya untuk SIOLA, melainkan juga pemerintah-pemerintah kabupaten di Sulawesi Barat, pemerintah daerah lainnya yang kerap berkunjung untuk memelajari kesuksesan SIOLA, berbagai perusahaan yang tertarik mengadopsi konsepnya, juga lembaga-lembaga internasional. Jejaring itu sungguh besar nilainya.

Adapun PTTEP sendiri yang berinvestasi terbanyak secara finansial kini mendapatkan banyak perhatian dari beragam pemangku kepentingan, dan diakui sebagai perusahaan yang secara serius menaruh perhatian pada pendidikan dan kesehatan. Berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional telah pula mereka raih.

Perhitungan yang dilakukan oleh SII menunjukkan bahwa di tahun 2017 setiap rupiah yang diinvestasikan menghasilkan manfaat setara Rp5,41; di tahun 2018 setiap rupiahnya akan menghasilkan Rp5,33; dan di tahun 2019 menjadi Rp5,43. Secara total, lantaran investasi di tiga tahun pertama jauh lebih besar, maka total SROI hingga akhir tahun keenam adalah 2,87. Itu adalah hasil investasi yang istimewa. Dan SIOLA sedang memersiapkan dirinya untuk meningkatkan manfaatnya sambil mencapai kemandirian keuangan. Bagaimana caranya? Akan dibahas pada bagian ketiga (terakhir) dari seri tulisan ini.


Sumber:
Artikel ini pernah dimuat di surat kabar KONTAN, pada tanggal 14 Desember 2017.

Penulis: Wahyu Aris Darmono dan Jalal (Pendiri dan Komisaris Perusahaan Sosial WISESA)