Sahabat wirausaha tentu sudah mengetahui apa itu pengusaha baru? Ya, pedagang jenis ini merupakan orang, kelompok penyandang status sebagai pemain baru dalam dunia bisnis yang kini keberadaannya amat dibutuhkan oleh pemerintah yang kita cintai ini.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan kebutuhan akan pengusaha baru kini sudah tak terbantahkan lagi. Salah satu alasannya karena persentase jumlah pengusaha baru di Indonesia hanya 3,5 persen dari total penduduk (270,20 juta jiwa, BPS:2020).

Sementara persentase jumlah pengusaha negara yang dapat dikatakan maju harus berada di angka 10-14 persen dari total penduduk. Artinya, kewirausahaan Indonesia masih jauh tertinggal termasuk jika membandingkannya dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Baca Juga: Risiko Finansial

Masih dalam sumber yang sama, meskipun jumlah pengusaha baru di Nusantara terbilang kecil, kabar baiknya sudah 70 persen anak muda Indonesia memilih menjadi pengusaha dari pada harus menjadi karyawan. Mereka kebanyakan terjun langsung di perusahaan startup atau rintisan.

Sisanya, memilih berusaha sebagai desain grafis, mendirikan toko online, bisnis cuci sepatu, aksesori, mendirikan kedai kopi, jasa pengetikan dan bisnis populer lainnya. Sayangnya, kebanyakan dari mereka kerap gagal di awal-awal karena bersikukuh mempertahankan kebiasaan yang tanpa disadari membuat usaha berjalan lambat.


Kebiasan Receh Tapi Dikerjakan Pengusaha Sukses

Momok paling menakutkan dalam menjalankan bisnis di awal-awal tentu saja kegagalan. Alhasil, untuk menyiasatinya para pebisnis baru kerap mengobarkan semangat membara. Memang perkara tersebut tidak salah, hanya saja mendirikan usaha tak melulu bicara soal spirit karena nyatanya ada yang turut ikut andil dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu usaha rintisan. Salah satunya adalah soal kebiasaan.

Baca Juga: Risiko Hazard

Menurut penulis buku Poised for Success: Mastering the Four Qualities That Distinguish Outstanding Professionals, Business Class: Etiquette Essentials for Success at Work (St. Martin's Press, 2005), pakar etiket bisnis sekaligus pendiri Protocol School of Palm Beach, Florida, Amerika Serikat (AS), Jacqueline Whitmore, setidaknya ada 15 kebiasaan yang kerap dilakukan oleh pengusaha sukses selama sehari penuh.

Bagi kita yang baru terjun ke dunia bisnis, mungkin ke-15 kebiasaan yang mereka kerjakan adalah tabiat receh. Padahal sejatinya, itu semua untuk mendukung mereka dalam menjadi pebisnis sukses.

Kapabilitas itu seperti sarapan, merencanakan hari, teliti memeriksa email, ingat tujuan, memprioritaskan tugas-tugas, visualisasi, berani mengatakan tidak, menghargai waktu, delegasi, mendengar, bersyukur, bergerak, tarik nafas panjang, sediakan waktu untuk makan siang, hingga merapikan meja kerja. Sekali lagi, percaya atau tidak percaya, hal diatas menjadi kebiasaan yang selalu dilakukan para pengusaha sukses.

Berikut Tiga Kesalahan Yang Kerap Tidak Disadari Pengusaha Baru.

Baca Juga: Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

1. Sibuk Tapi Tak Produktif

Perkara yang pertama ini biasanya dilakukan bagi pemula yang puluhan tahun bekerja sebagai karyawan lalu memilih banting stir menjadi pengusaha. Kebiasaan bekerja selama 8 jam per hari menjadi terbawa-bawa setelah bekerja sebagai pengusaha, dan dari sini kesalahan itu dimulai. Entrepreneur yang lahir dari jalan ini belum tahu caranya memanfaatkan waktu dengan tepat.

Atau bahasa mudahnya tidak mengetahui perbedaan antara sibuk atau menjadi produktif. Karena sejatinya, setelah menjadi pengusaha, waktu yang hanya berjumlah 24 jam dalam sehari itu berada di tangan kita, bebas mau dihabiskan untuk keperluan apa pun. Jika belum tahu harus memulainya dari mana, saran kami kerjakan hal yang dianggap paling memberi nilai lebih.

Baca Juga: Penyusunan Rencana Untuk Menunjang Pertumbuhan Usaha

Contohnya ketika kita terpaksa menunggu perihal jawaban dari klien potensial terkait kerja sama bidang usaha, alangkah baiknya mencari calon penyandang dana alternatif yang barangkali akan kita temukan hanya dalam waktu 20 menit saja.

Dua hal di atas antara menunggu yang kita sebut "sibuk" atau mencari predisposisi baru atau menjadi lebih "produktif" lagi merupakan pembeda yang tentunya kalau tidak kita perhatikan, kondisi tidak menguntungkan akan berulang lalu berujung membuat bisnis berjalan amat lambat.

Hal di atas akan semakin menakutkan ketika memulai bisnis tanpa melibatkan pengusaha lain karena menganggap mereka adalah musuh. Padahal, sebagai pengusaha bau kencur, kita harus lebih banyak berkolaborasi dengan pebisnis mana pun. Alasan kenapa kita harus mengambil jalan ini karena dapat membuat usaha tumbuh lebih cepat.

Baca Juga: Hal yang UMKM Wajib Tahu Tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

Kita bisa memulainya dengan menggelar acara bersama, melakukan cross promosi, atau yang paling mudah membuat giveaway. Sebagai contohnya kita bisa melihat apa yang dilakukan Oreo X Supreme, Chitato X Indomie Goreng, atau Gojek X Tokopedia. Berkolaborasi dalam kompetisi adalah jalan menuju kesuksesan.

2. Hanya Berusaha Sendiri

Manusia adalah makhluk sosial, hal serupa juga terjadi ketika berbicara mengenai menjalankan suatu bisnis. Hal mendasar ini nyata-nyatanya tak banyak diketahui pemain baru yang lagi semangat-semangatnya dalam menggeluti bisnis. Padahal, sejatinya mereka pusing, serba susah, karena menjalankan usaha tanpa bantuan orang lain, terutama akan terjadi di tahun-tahun pertama.

Untuk mencari bantuan atau lebih tepatnya dukungan moral akan banyak kita temui dalam organisasi, situs website, forum online, atau bahkan menggunakan jasa mentor berpengalaman. Dengan bantuan orang lain pula, setidaknya usaha dalam pembuatan perencanaan usaha kita menjadi ringan.

Dari orang atau pengusaha lain juga, kita menjadi paham bagaimana caranya menjalankan usaha dari awal sambil mempelajari seluk beluk usaha yang pernah mereka jalankan. Tiru saja apa yang dilakukan para pengusaha sukses yang memulai karir dari bawah. Sebut saja pedagang asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang gol mengekspor tas hingga ke Jepang dan negara lainnya.

Baca Juga: Risiko Bisnis: Finansial, Sosial, dan Emosional serta Cara Memitigasinya

Dia adalah Sunny Kamengmau. Dari mereka juga, kita dapat mempelajari semua masalah beserta pemecahannya. Memang, apa yang kita jalankan tak akan pernah sama dengan pengusaha terdahulu. Namun yang pastinya akan ada pelajaran baru yang berharga dari apa saja yang kita dapatkan. Termasuk wawasan tentang bisnis, dan motivasi dari orang terdahulu.

3. Tidak Menemukan Niche Market

Maksud niche market disini ialah segmentasi pasar spesifik dari bagian pasar yang lebih besar lagi. Kita ambil contohnya usaha baju perempuan rintisan yang kita jalankan. nyata-nyatanya pasar baju perempuan dapat dikerucutkan lagi. Seperti misalnya baju pesta, baju sehari-hari baju untuk keperluan kerja, baju tidur dan masih banyak lagi.

Ketika kita sudah menemukan niche market pada usaha, keuntungan yang akan kita dapatkan adalah usaha menjadi lebih menonjol karena bisnis mudah diingat konsumen. Harapannya tentu saja dapat menarik pelanggan ideal lebih banyak.

Dengan niche market juga, kita jadi mudah menaikkan harga jual karena seperti yang telah disebutkan diatas, kita sukses memiliki pasar spesifik. Ketika konsumen tidak lagi menemukan barang impian di tempat lain, maka itu adalah kesempatan kita untuk menaikkan harga.

Baca Juga: [Opini] 3 Alasan Mengapa Entrepreneur Harus Meninggalkan Marketplace Online

Yang tak kalah menggembirakan dengan niche market, loyalitas pelanggan menjadi tidak terbantahkan. Termasuk dapat mengurangi beban berkompetisi karena kita berada di pasar yang lebih sempit. Karena pesaing hanya mampu bermain pada pasar umum.

Yuk, hindari kesalahan yang seharusnya tak perlu dilakukan tatkala menjalankan usaha. Terutama bagi pebisnis yang baru terjun ke dunia dagang. Cukup hanya dengan fokus, lalu dapat membedakan apa itu “sibuk” dengan menjadi lebih “produktif” lagi.

Dan yang tak kalah penting lainnya, tidak berdiam diri sambil mencari dukungan dan bantuan orang lain diiringi melakukan kolaborasi sambil menemukan niche market pada usaha.

Baca Juga: Melakukan Analisa Kesehatan Bisnis Untuk Menyusun Prioritas

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. https://www.idntimes.com/business/economy/dahli-an...
  2. https://www.entrepreneur.com/author/jacqueline-whi...
  3. https://www.entrepreneur.com/article/235077
  4. https://ekbis.sindonews.com/berita/881160/39/15-ke...
  5. https://www.republika.co.id/berita/r6xx6u328/indon...
  6. https://hot.liputan6.com/read/4419432/10-jenis-usa...
  7. https://www.entrepreneur.com/article/359583
  8. https://www.bps.go.id/news/2021/01/21/405/bps--270...
  9. https://www.harmony.co.id/blog/simak-fungsi-organi...
  10. https://www.ekrut.com/media/begini-cara-menentukan...