Ryu Kintaro – Di usia 10 tahun, Ryu Kintaro sudah melampaui pencapaian banyak orang dewasa. Ia bukan hanya dikenal sebagai YouTuber cilik dengan jutaan pengikut, tapi juga pengusaha muda yang mengelola brand jamu modern bernama Tjap Nyonya Kaya. Namun di balik gemerlap sorotan dan prestasi itu, ada pelajaran berharga tentang dunia bisnis, keluarga, dan cara masyarakat memperlakukan kesuksesan yang datang “terlalu cepat”.
Belajar dari Anak, Tentang Visi dan Eksekusi
Ryu memulai perjalanan digitalnya sejak usia lima tahun. Dari video ringan hingga tips keuangan dan bisnis, ia tampil percaya diri dan fasih dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Di balik video-video itu, tersimpan konsistensi, strategi, dan kedisiplinan yang kebetulan merupakan tiga pilar utama dalam bisnis.
Seperti ketika ia menabung seluruh penghasilan adsense yang diperolehnya, bukan untuk beli mainan mahal, tapi untuk membuka bisnis jamu modern. Bukan pilihan yang populer bagi anak-anak. Tapi disitulah letak visinya. “Aku ingin semua orang tahu kalau jamu itu sehat dan nggak harus pahit,” katanya. Maka lahirlah Tjap Nyonya Kaya, yang kini punya dua cabang di Gading Serpong, Tangerang.
Baca Juga: 3 Maklon Jamu Herbal, Bikin Usaha Jamu Kekinian dengan Brand Sendiri
Lebih Dekat dengan Tjap Nyonya Kaya
Tjap Nyonya Kaya bukan sekadar bisnis jamu biasa. Ini adalah rebranding warisan budaya Indonesia agar lebih bisa diterima oleh generasi muda.
Konsep utama dari Tjap Nyonya Kaya adalah "jamu yang enak, sehat, dan instagramable." Dalam menunya, kamu tidak akan menemukan jamu dengan rasa getir seperti di warung-warung tradisional. Sebaliknya, jamu di sini hadir dalam berbagai rasa yang akrab di lidah anak muda—manis, segar, dan bahkan bisa dinikmati sambil nongkrong.
Beberapa menu andalan seperti jamu kunyit asam sparkling, beras kencur latte, atau empon-empon smoothie diracik agar tetap membawa manfaat kesehatan namun lebih mudah dinikmati. Kemasannya pun modern, didesain menggunakan botol kaca berlabel minimalis, dan interior kafe yang cozy ala kedai kopi masa kini. Ini adalah strategi Ryu untuk menghapus stigma bahwa jamu adalah minuman orang tua yang pahit dan ketinggalan zaman.
Uniknya, kafe jamu ini tidak hanya menjual minuman, tetapi juga menyisipkan edukasi. Di etalase dan akun media sosialnya, Ryu dan timnya kerap menjelaskan manfaat tiap jenis jamu, bahan-bahan lokal yang digunakan, hingga filosofi di balik resepnya. Di ranah bisnis, hal ini termasuk bentuk inovasi: menggabungkan budaya, kesehatan, dan teknik marketing storytelling.
Peran Keluarga: Menumbuhkan, Bukan Menuntut
Kesuksesan Ryu tak bisa dilepaskan dari iklim rumah yang kondusif untuk tumbuh dan belajar. Ayahnya, Christopher Sebastian, bukan hanya pebisnis sukses (CEO Makko Group), tetapi juga sosok ayah yang aktif membangun komunikasi dua arah dengan anaknya.
Dalam wawancara di Trans TV, Christopher bercerita tentang kebiasaan deep talk yang ia dan istrinya lakukan sejak awal pernikahan hingga kini dilanjutkan bersama Ryu. Setiap malam sebelum tidur, mereka berbagi cerita. Disinilah benih-benih rasa percaya diri dan keberanian Ryu untuk berpikir kritis mulai tumbuh.
“Kami tidak pernah memaksakan Ryu untuk menjadi siapa. Tapi kami mendengarkan, dan dari situ kami tahu apa yang ingin ia bangun,” ujar Christopher. Ia menambahkan, yang terpenting bagi orang tua adalah menyediakan ruang aman bagi anak untuk bertanya, bereksperimen, dan bahkan gagal. Lingkungan keluarga seperti ini adalah cerminan pendampingan sehat dalam pengasuhan modern, di mana nilai-nilai bisnis ditanamkan lewat pengalaman hidup, bukan lewat paksaan.
Selain itu, keluarga juga berperan langsung dalam operasional bisnis Ryu. Christopher menjadi mitra dalam pengelolaan bisnis, sementara ibu Ryu juga terlibat dalam pengembangan produk dan tampilan visual brand. Kolaborasi ini membuat Tjap Nyonya Kaya bukan hanya bisnis keluarga, tapi juga laboratorium belajar bagi Ryu dalam memahami dunia nyata.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Sorotan Publik dan Ekspektasi yang Terlalu Berat
Namun dalam beberapa minggu terakhir, nama Ryu kembali viral bukan karena prestasinya, melainkan karena kontroversi video yang dinilai terlalu menggurui, khususnya saat ia membahas keuangan dan gaya hidup orang dewasa.
Salah satu cuplikan memperlihatkan Ryu berkata, “Kalau mau kaya, ya jangan beli kopi mahal tiap hari.” Kalimat ini langsung menyulut debat panas. Banyak netizen merasa tidak relevan mendengar nasihat keuangan dari anak 10 tahun yang belum bekerja, belum membayar sewa rumah, dan belum tahu tekanan hidup orang dewasa.
Komentar publik pun terbelah. Sebagian memuji keberaniannya berbagi ilmu di usia dini, sementara lainnya menganggap ia adalah “produk ambisi orang dewasa”. Di sinilah muncul tantangan utama: publik sering kesulitan membedakan antara anak yang belajar dan anak yang dijadikan alat branding.
Kontroversi ini, meski tidak mudah, menjadi momentum reflektif. Untuk Ryu, mungkin ini saatnya menata ulang narasi kontennya agar lebih membumi. Untuk kita, ini saatnya menyadari bahwa anak-anak tetaplah anak-anak, meskipun mereka luar biasa.
Baca Juga: Gabungkan Kearifan Lokal dengan Inovasi Modern, Inilah Tips Memulai Usaha Jamu Kekinian
Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Ryu Kintaro
Kontroversi ini bisa jadi titik balik penting, baik bagi Ryu maupun bagi kita yang menyaksikannya. Ada beberapa pelajaran yang bisa Sahabat Wirausaha ambil:
- Bangunlah bisnis dari pengalaman otentik. Ryu memilih jamu karena ia pernah merasakan manfaatnya, bukan sekadar mengejar tren.
- Jangan remehkan branding. Tjap Nyonya Kaya adalah bukti bahwa kemasan dan cerita bisa menghidupkan kembali produk tradisional.
- Libatkan keluarga sebagai ekosistem, bukan struktur otoritas. Ryu tidak “disuruh” jadi pebisnis, tapi dia “diizinkan” untuk menjadi dirinya.
- Kesuksesan anak bukan alasan untuk membebani mereka. Kita boleh bangga, tapi tetap harus memanusiakan mereka sebagai anak-anak.
- Hati-hati, personal branding adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, bisa membangun kepercayaan dan loyalitas. Tapi di sisi lain, kesalahan kecil bisa menjadi krisis jika tidak ditangani dengan bijak.
- Tidak ada yang terlalu muda untuk belajar, tapi mungkin terlalu muda untuk dibebani ekspektasi dewasa. Ryu masih anak-anak. Kesuksesannya layak dirayakan, tapi juga perlu dilindungi.
- Dukungan keluarga dan sistem yang sehat sangat krusial. Ini bukan soal privilege, tapi bagaimana lingkungan bisa menciptakan ruang aman untuk gagal, belajar, dan tumbuh.
Ryu Kintaro adalah cermin zaman: anak yang tumbuh di tengah teknologi, globalisasi, dan akses informasi. Anak-anak bukan lagi hanya konsumen, tapi juga kreator dan pelaku usaha. Ia adalah simbol dari era baru di mana minat, dukungan keluarga, dan teknologi bisa melahirkan entrepreneur sejak dini.
Namun ia juga menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang semakin cepat ini, kita tetap butuh empati untuk menyeimbangkan ambisi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Untuk para pelaku UMKM, Ryu bukan sekadar inspirasi, tapi juga studi kasus: bagaimana produk lokal bisa relevan, bagaimana generasi baru bisa membangun brand dari hati, dan bagaimana keluarga adalah fondasi penting dalam dunia usaha.
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- Tribunnews.com – Ryu Kintaro, Anak 9 Tahun Punya Kafe Jamu Sendiri di Gading Serpong
- Instagram @ryu_kintaro
- Trans TV – Rumpi No Secret Episode: Christopher Sebastian & Ryu Kintaro (2025)
- SE Asia Young Entrepreneur X Factor 2025 – Finalist Announcement
- Detik.com – Ryu Kintaro, Bocah Kaya dari Jamu dan YouTube
- Cuplikan video viral Ryu di TikTok dan YouTube Shorts (2025)
- Komentar dan tanggapan publik di media sosial Twitter dan Threads (Juli 2025)