Halo Sahabat Wirausaha!
Sebagai media digital yang hadir untuk melayani kebutuhan informasi, pengetahuan, dan ragam kesempatan bagi UMKM yang ingin naik kelas, kami berkomitmen untuk mengadakan kajian independen untuk memotret kondisi komunitas UMKM kita.
Kali ini, dengan berkolaborasi dengan ICCI.id, kami melakukan survei dari 30 Mei hingga 15 Juni 2025 untuk mengukur sejauh mana UMKM mengenal dan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah UMKM sudah menggunakan AI untuk tingkatkan produktivitas? Bagaimana AI digunakan, dan apa saja kendala yang dihadapi?
Pertanyaan tersebutlah yang melatarbelakangi kajian ini. Terima kasih kepada 204 wirausaha UMKM yang telah berpartisipasi sebagai responden. Mari kita simak langsung hasil temuan analisisnya!
Profil Responden
Kajian independen ini menggunakan metode convenience sampling di mana kuesioner online disebarkan kepada praktisi wirausaha UMKM melalui kanal-kanal UKMIndonesia.id mencakup WA Channel, Instagram, Email Newsletter, dan WA Grup Komunitas.
Dari total 204 responden, berikut adalah profil umum responden yang berpartisipasi pada kajian independen ini:
- Sekitar 88.2% responden berusia 29 - 60 tahun. Hanya sekitar 7,4% yang berusia 28 tahun ke bawah.
- Sekitar 62.2% merupakan sarjana, dan sekitar 31.8% lulus SMA/SMK sederajat. Hanya sekitar 5.9% saja yang tidak lulus SMA.
- Sekitar 89.3% merupakan Wirausaha Ultra Mikro (omset maksimal Rp300 juta per tahun); sekitar 7.3% Wirausaha Mikro (omset di atas Rp300 juta s.d Rp2 miliar per tahun); dan hanya sekitar 2.4% yang merupakan Wirausaha Kecil (omset Rp2 - 15 miliar per tahun), dan hanya sekitar 0.4% saja yang merupakan Wirausaha Menengah (omset Rp15 - 50 miliar per tahun).
- Secara karakteristik wilayah domisili, sekitar 48.3% tinggal di wilayah perkotaan, 36.1% di Perdesaan, dan sekitar 15.6% di wilayah sub-urban atau pinggiran kota. Selain itu, sekitar 80.9% berasal dari Pulau Jawa, dan 19.1% dari Luar Jawa.
- Sementara secara bidang usaha, sekitar 32.2% di bidang Industri Pengolahan, 23.4% bidang Jasa Lainnya, 19.5% di bidang perdagangan, 16.1% di bidang Jasa Penyajian Makanan Minuman, dan sekitar 8.7% adalah di bidang pertanian peternakan.
Apakah UMKM sudah menggunakan AI?
Hasil survei menunjukkan bahwa baru sekitar 67,65% responden yang menggunakan AI, padahal, hampir 76% mengatakan sudah pernah dengar soal AI. Artinya, walau sudah pernah dengar atau tahu dengan adanya teknologi AI, belum tentu seseorang menggunakannya.
Adapun kalau kita lihat lebih dalam terkait tujuan penggunaannya, terkuak bahwa manfaat AI belum digunakan secara optimal oleh UMKM untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Hal ini terlihat dari ringkasan hasil survei berikut yang telah kami urutkan berdasarkan tingkat penggunaan per jenis tujuan di bawah ini.
Gambar 1. Tingkat Penggunaan AI oleh UMKM berdasarkan Jenis Aktivitas Kerja
Dari hasil di atas, terlihat bahwa secara umum AI baru dimanfaatkan untuk berdiskusi atau menggali ide (67,6%), belum sampai untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang sebenarnya dapat menghemat banyak waktu pemilik UMKM dan meningkatkan produktivitas karyawannya. Baru sekitar 33,3% yang menggunakan AI untuk otomasi tugas administrasi tertentu, dan baru sekitar 32.8% yang menggunakannya untuk mengolah data. Namun, penggunaan untuk membuat konten gambar dan video untuk mendukung promosi sudah cukup populer, yaitu sekitar 53% dan 40%. Sementara sekitar 32.3% UMKM belum menggunakan AI sama sekali.
Perkembangan Teknologi Digital di Era Internet: Tiga Gelombang Utama
Sejak tahun 1990an, sumber daya jaringan internet memungkinkan dibangunnya teknologi digital yang diawali dengan penemuan “world wide web” atau “www”, sebagai pintu digital utama dan perdana untuk mengakses informasi dan ragam jenis dokumen digital di dalam dunia internet. Pihak yang menyediakan informasi perlu mengembangkan website atau laman daring yang bisa diakses masyarakat melalui alamat tertentu. Beberapa contoh alamat website milik pemerintah atau institusi publik antara lain www.bi.go.id ; www.dpr.go.id ; www.kpk.go.id ; atau www.umkm.go.id ; yang memudahkan kita mengakses informasi dan memantau kegiatan institusi penyelenggara negara kita tanpa perlu mendatangi kantornya.
Sementara untuk alamat website swasta umumnya menggunakan alamat dengan ujung “.com” seperti Amazon.com, Yahoo.com; tokopedia.com ; Telkomsel.com ; atau untuk Indonesia cukup umum pula menggunakan ujung alamat “.id” seperti ukmindonesia.id ini.
Berdasarkan lini masanya, perkembangan teknologi digital dapat dibagi ke dalam tiga gelombang utama. Gelombang pertama umum disebut dengan era “.com”, dimana jutaan alamat website bermunculan dilangit internet saat itu, yang berkembang sejak awal 1990-an. Pada era ini, dimulai pula era perdagangan elektronik atau e-commerce generasi pertama, yang dipelopori oleh Amazon (1994), eBay (1995), lalu disusul Alibaba (1999).
Begitu banyaknya informasi dan alamat website membuat ketersediaan informasi begitu membludak di langit internet, namun tetap sulit diakses karena saat itu setiap orang perlu berkunjung dulu ke alamat masing-masing website. Di era teknologi telepon, banyak orang membuat buku daftar nomor telepon. Di era .com, banyak orang membuat daftar website dan alamat electronic Mail atau e-Mail yang menyertainya. Misal, pada website Yahoo.com, ada layanan emailnya juga dengan format alamat (nama email) @yahoo.com.
Ketidaknyamanan akses itu menginspirasi lahirnya Google.com (1998) yang hadirkan fungsi utama sebagai “mesin pencari” atau “search engine”. Dengan Google, seseorang tak perlu membuka catatan daftar atau menghapal alamat website untuk mengakses informasi dari alamat tersebut, melainkan cukup masukkan kata kunci, dan Google akan tampilkan daftar alamat website yang mengandung informasi terkait kata kunci tersebut.
Gelombang kedua terjadi pada era tahun 2000-an, yaitu era media sosial yang diawali oleh lahirnya Facebook (2004), dan YouTube (2005). Sejalan semakin membaiknya kecepatan infrastruktur internet, akses terhadap ragam jenis data yang berukuran besar (seperti video panjang, film, musik), mulai bermunculan lebih banyak platform media sosial lainnya dan platform streaming musik dan film seperti Twitter (2006), Spotify (2006), Netflix streaming (2007), Instagram (2010), dan akhirnya Douyin atau Tiktok (2017).
Di Indonesia sendiri, pada era gelombang kedua dunia ini, seakan baru dimulai gelombang ecommerce, ditandai dengan munculnya ragam platform seperti Tokobagus.com skrg olx.co.id (2005), Tokopedia (2009), Gojek (2010), Grab (2012), Traveloka (2012), dan Shopee (2015). Sejalan dengan perkembangan perdagangan dan komunikasi, bermunculan juga di era ini ragam aplikasi komunikasi chat seperti WhatsApp (2009), KakaoTalk (2010), Line dan WeChat (2011), serta Telegram (2013).
Berikutnya adalah gelombang ketiga yang sedang terjadi saat ini, dimana dunia internet diramaikan oleh kemunculan dan popularitas ragam platform atau tools AI. Di antara yang paling populer antara lain ChatGPT, Gemini dari Google, CoPilot dari Microsoft, Grok dari X, MetaAI dari Meta, Siri dari Apple, Qwen dari Alibaba, dan DeepSeek - semuanya tersedia dalam versi website (bisa diakses dari ragam web browser), dan aplikasi (bisa diunduh di Playstore atau AppStore). Jadi, apa sih sebenarnya Platform AI ini?
Apa Itu AI?
AI adalah teknologi digital next level yang dikembangkan untuk semacam “meniru” kecerdasan atau cara kerja otak manusia. Inilah mengapa teknologi ini disebut dengan nama Artificial Intelligence atau Kecerdasan Artifisial atau Kecerdasan Buatan (tidak alami). Oleh karena itu, aplikasi AI ini dapat membantu mengerjakan tugas-tugas yang dulunya hanya bisa dikerjakan oleh manusia.
Berikut beberapa contoh penerapannya:
- Alih bahasa otomatis: jika dulu butuh penerjemah dan teknisi subtitle, kini aplikasi seperti CapCut, Instagram, atau YouTube mampu menghadirkan terjemahan dan teks otomatis pada video.
- Otomasi mesin & kendaraan: jika dulu butuh teknisi untuk mengendalikan mesin produksi di pabrik, kini robot dengan AI bisa mengendalikan mesin produksi dengan presisi tinggi, bahkan mobil kini bisa memiliki asisten supir berbasis AI. Ketika sopir lelah, ia bisa istirahat tidur sembari mobilnya dikendalikan oleh AI.
- Transkrip & rangkuman: jika dulu peneliti harus mendengarkan ulang rekaman wawancara untuk menulis verbatim atau catatan percakapan wawancara, kini AI pada Zoom atau Microsoft Teams bisa langsung membuat catatan percakapan, bahkan menyusun rangkuman poin-poin pentingnya.
- Pembuatan konten kreatif: dulu poster atau gambar perlu dikerjakan oleh orang yang memiliki skill untuk menggunakan software atau aplikasi desain tertentu, dulu video juga hanya bisa dibuat melalui proses shooting dan editing (juga dengan software tertentu). Namun sekarang, apabila cakap menuliskan kalimat instruksi (prompt), AI seperti ChatGPT, Gemini, Bing Image Generator, hingga Google VEO 3 bisa membantu menghasilkan karya kreatif instan berupa gambar maupun video.
Mengapa UMKM Perlu Gunakan AI?
Berbagai kemampuan AI yang tadinya hanya bisa dikerjakan manusia adalah alasan kuat mengapa UMKM perlu memanfaatkannya, baik secara langsung (pemilik/karyawan belajar dan menggunakan AI sendiri), maupun secara tidak langsung (melalui jasa konsultan yang sudah mengintegrasikan AI dalam layanannya).
Manfaat utama AI bagi UMKM antara lain:
- Hemat Waktu – laporan, analisis, hingga notulensi bisa selesai dalam hitungan menit, bukan berhari-hari.
- Bantu Keputusan Lebih Tepat – AI memberi insight dan rekomendasi yang bisa memperluas sudut pandang pemilik usaha sebelum mengambil keputusan.
- Tingkatkan Produktivitas – karyawan bisa menyelesaikan lebih banyak tugas dalam jumlah jam kerja yang sama, karena sebagian prosesnya dibantu otomatis oleh AI.
- Dorong Kreativitas – dengan perintah sederhana (prompt), AI bisa memberikan ide-ide baru untuk promosi, strategi penjualan, atau inovasi produk.
- Efisiensi Biaya – penggunaan AI dapat menekan biaya operasional secara signifikan. Bahkan dengan paket berbayar, nilai penghematan bisa jauh lebih besar daripada biaya langganannya. Misalnya, akibat bayar biaya langganan Rp400.000 per bulan, bisa hemat Rp4 juta per bulan.
Sederhananya, AI membuat UMKM bekerja lebih cepat, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih efisien.
Baca juga: 10 Artificial Intelligence untuk Marketing, Bisa Bantu Bikin Konten Hingga Data Pemasaran
Rekomendasi Langkah Awal untuk UMKM dalam Optimalkan Manfaat AI
1. Menulis Company Profile
Banyak UMKM belum memiliki company profile yang rapi dan profesional. Padahal, dokumen ini penting untuk menarik mitra usaha, investor, atau pelanggan baru. Company profile ibarat “wajah resmi” dari usaha kita: siapa kita, apa yang kita lakukan, dan apa yang membedakan kita dari yang lain.
Namun, tidak semua pelaku UMKM punya kemampuan menulis atau waktu untuk menyusunnya. Di sinilah AI bisa membantu.
Tips: Gunakan ChatGPT (versi gratis) untuk meminta draft company profile hanya dengan memberi beberapa informasi dasar, seperti nama usaha, produk yang dijual, keunggulan, serta visi dan misi.
Berikut prompt/perintah yang bisa Anda masukkan:
“Buatkan draft company profile singkat untuk usaha kuliner rumahan bernama …… (misalnya Dapur Bunda).... , yang menjual …… (misalnya aneka kue tradisional)..... dengan konsep homemade dan higienis; yang berdiri sejak …. (misalnya 2010) … oleh …..(nama pendiri).... , yaitu seorang ibu rumah tangga yang memang hobi memasak untuk keluarga inti dan sanak saudara. Sertakan visi, misi, dan narasi keunggulan.”
Dalam hitungan detik, Sahabat sudah memiliki kerangka company profile. Hasilnya tentu masih perlu disesuaikan dengan gaya bahasa dan identitas usaha, tetapi ini sangat membantu untuk memulai.
Misalnya, hasil AI bisa menuliskan misi Dapur Bunda adalah “menyajikan kue tradisional yang sehat, higienis, dan penuh cita rasa nostalgia.” Dari hasil itu, Sahabat Wirausaha tinggal melakukan penyesuaian narasi dengan menyematkan cerita pribadi tentang bagaimana usaha ini dimulai dari dapur rumah tangga hingga melayani pelanggan tetap; sehingga dapat dihasilkan suatu narasi yang lebih personal.
2. Menyusun Editorial Konten
Sering bingung mau posting apa di media sosial? Banyak UMKM akhirnya hanya posting produk seadanya tanpa perencanaan. Padahal, konten yang konsisten dan terarah akan lebih menarik minat pelanggan.
Di sinilah AI bisa menjadi partner kreatif.
Tips: Gunakan ChatGPT atau Gemini di Google Docs untuk menyusun kalender editorial. Dengan sekali perintah, AI bisa memberi daftar ide konten, lengkap dengan tema, caption singkat, hingga saran visual.
Prompt/perintah siap pakai:
“Susun rencana konten Instagram selama 1 bulan untuk usaha butik muslimah, dengan 3 postingan per minggu. Beri ide tema, caption singkat, dan jenis visual yang cocok. Pelajari website brand …… (nama website brand panutan) … sebagai referensi gaya bahasa dan visual ya.”
Hasil AI mungkin akan memberikan rencana seperti:
- Minggu 1: Tips mix & match pakaian, caption motivasi, visual ilustrasi gaya sehari-hari.
- Minggu 2: Behind the scene produksi, testimonial pelanggan, promosi diskon.
- Minggu 3: Edukasi tren fashion muslimah, kutipan inspiratif, foto produk best seller.
Dari sana, Sahabat tinggal menyesuaikan dengan stok produk, momen penting (seperti Ramadan atau Lebaran), dan gaya komunikasi brand. Tanpa perlu pusing lagi, dalam 5 menit Anda sudah punya kerangka konten sebulan penuh.
3. Membuat Analisis Kompetitor
Setiap usaha punya kompetitor. Mengetahui siapa saja pesaing utama, apa keunggulannya, dan di mana kelemahannya adalah langkah penting untuk bisa memenangkan pasar.
Tapi riset kompetitor sering dianggap rumit. Dengan AI, ini bisa dibuat lebih sederhana.
Tips: Gunakan ChatGPT atau Perplexity AI untuk membantu mengumpulkan informasi dasar.
Prompt/perintah siap pakai:
“Buatkan analisis kompetitor untuk usaha kafe kopi kekinian di kota Bandung. Sebutkan 3 kompetitor utama, apa keunggulan mereka, kelemahannya, dan ceruk peluang yang bisa saya manfaatkan untuk membangun keunggulan unik bisnis saya.”
Hasil AI mungkin akan menyebut misalnya:
- Kompetitor A: unggul dalam promosi digital, tetapi harganya relatif mahal.
- Kompetitor B: punya lokasi strategis, tetapi variasi menu terbatas.
- Kompetitor C: terkenal di kalangan anak muda, tetapi pelayanan sering dikeluhkan lambat.
Dari informasi itu, Anda bisa menyimpulkan peluang—misalnya menawarkan menu unik dengan harga bersahabat, plus pelayanan cepat. Dengan cara ini, analisis kompetitor yang biasanya butuh waktu lama bisa selesai dalam hitungan menit.
Rekomendasi Program untuk Mendukung Pemanfaatan AI oleh UMKM: Pelatihan Skill Menulis Prompt AI
Hasil survey kami menunjukkan bahwa kendala utama bagi UMKM dalam menggunakan Ai adalah karena kurangnya keterampilan atau skill untuk menggunakannya. Untuk itu, program pelatihan masih sangat relevan untuk mendukung akselerasi peningkatan pemanfaatan AI untuk meningkatkan produktivitas UMKM, khususnya Usaha Mikro.
Gambar 2. Hambatan Bagi UMKM dalam Menggunakan AI
Selain itu, biaya berlangganan untuk dapatkan jumlah kali pemakaian atau fitur yang lebih lengkap menjadi hambatan kedua, disusun oleh hambatan kestabilan internet dan budaya kerja. Namun, untuk tahap awal, sebenarnya Wirausaha UMKM masih bisa optimalkan akses layanan yang gratis terlebih dulu. Sehingga, kendala utamanya memang berada pada keterbatasan skill untuk menggunakan AI secara optimal, khususnya yang berkaitan dengan skill menulis prompt atau kalimat instruksi yang efektif dalam mengarahkan AI untuk menghasilkan keluaran hasil kerja yang baik.
Masyarakat Indonesia yang kuat dalam budaya lisan cenderung memiliki kemampuan menulis terstruktur yang masih rendah. Padahal, di era AI, skill menulis justru krusial untuk memanfaatkan teknologi ini secara optimal.
Pengalaman pelatihan Company Profile yang pernah kami lakukan membuktikan hal ini, dimana kendala menulis sudah terlihat dalam menyusun kalimat visi-misi yang jelas dan efektif.
Oleh karena itu, pelatihan AI untuk UMKM harus berfokus pada peningkatan kompetensi prompt engineering—yaitu kemampuan menulis instruksi yang sesuai dengan konteks tugas dan output yang diharapkan. Muatan praktik harus lebih diutamakan daripada teori.
Pemanfaatan AI tidak boleh sekadar diajarkan cara membuat akun atau percakapan dasar, sebagaimana yang umum terjadi pada program pelatihan e-commerce yang fokus pada skill teknis pembuatan akun tanpa strategi manajemen konten informasi produk dan promosinya. Padahal, pembuatan akun hanyalah 5% dari proses; sisanya adalah keterampilan strategis yang menentukan keberhasilan.
Untuk itu, jangan ulangi kesalahan yang sama dalam upaya pengembangan skill pemanfaatan AI oleh UMKM. Sudah saatnya paradigma program pelatihan dengan pendekatan event atau seremonial based diperbaiki dengan pendekatan yang impact oriented, yang mencakup pendampingan, dimana peserta diberikan waktu yang cukup untuk latihan praktek dengan bimbingan trainer atau fasilitator.
Tanpa pendampingan, kita hanya akan membantu perusahaan teknologi AI meningkatkan basis pengguna dan valuasi perusahaan mereka, tanpa menikmati keuntungan peningkatan produktivitas yang nyata sebagai timbal baliknya.
Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu kami sebarkan ilmu dengan bagikan konten ini juga.
Bagi yang mau dapat newsletter mingguan melalui email atau gabung ke komunitas UMKM yang kami kelola dan bisa interaksi lebih akrab di WA Grup bersama pelaku usaha lain. Siapa tahu bisa jalin kolaborasi. Silakan gabung jadi member kami disini ya: ukmindonesia.id/registrasi.