Halo, Sahabat Wirausaha!
Kalau dengar kata “kanguru”, kira-kira negara apa yang lekat dengan nama hewan tersebut? Yap, betul sekali. Australia.
Sahabat pasti sudah tak asing lagi mendengar negara tersebut, kan? Negara tetangga ini memang popularitasnya mendunia. Negara ini terkenal salah satunya karena aneka flora dan fauna yang unik serta tempat-tempat yang ikonik dan menarik untuk dikunjungi.
Nah, kalau kita kaitkan dengan dunia wirausaha, tentu saja kita akan bicara istilah satu ini: ekspor. Bagi Sahabat Wirausaha yang bercita-cita untuk ekspor ke negara ini, tentu banyak sekali pertanyaan yang tersimpan. Salah satu pertanyaan yang paling krusial: bagaimana potensi ekspor ke Australia? Yuk, sama-sama kita simak jawabannya di artikel berikut.
Mengenal Australia
Sebelum kita membahas tentang potensi ekspor ke Australia, mari sejenak kita membahas informasi umum dan situasi negara ini. Harapannya, dengan begitu kita bisa lebih semakin spesifik dan tepat dalam menentukan langkah untuk ekspor ke depannya. Bukankah tak kenal maka tak sayang?
Australia memiliki jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 21 juta orang. Dengan jumlah sebanyak ini, ternyata penduduk asli Australia (seperti suku Aborigin) hanya sekitar 483.000 atau 2,3 persen dari total jumlah penduduk. Sedangkan mayoritas adalah para migran atau keturunan migran yang berasal dari lebih dari 200 negara.
Lalu di mana sebagian besar mereka tinggal? Karena di bagian tengah negara dengan 4 musim ini terdiri dari gurun dan padang pasir yang luas, mayoritas penduduk tinggal di sepanjang pesisir. Kota seperti Perth, Sydney, dan Melbourne adalah beberapa kota yang dekat dengan perairan pantai. Meski di daerah pesisir, kota-kota ini sudah berkembang sangat modern sehingga penduduknya terbiasa memiliki gaya hidup kosmopolitan.
Penduduk Australia sangat menjunjung tinggi nilai kebebasan individu, kesetaraan, dan kejujuran. Meskipun mereka merupakan penduduk yang berciri khas pekerja keras, hal ini tidak menjadikan mereka mementingkan pencapaian dibanding pertemanan dan hubungan interpersonal.
Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Makanan
Minuman Kemasan
Situasi Impor Australia
Australia khas dengan lanskap yang kaya akan sumber daya alam yang memungkinkannya untuk menjadi salah satu eksportir besar. Namun, hal itu tidak menjadikan Australia tidak membutuhkan produk dari negara lain, nih, Sahabat. Dalam hal bahan bakar misalnya, Australia sangat mengandalkan suplai dari impor. Barang atau komoditas apa saja yang menjadi potensi pasar bagi para eksportir? Berikut ini datanya.
Tabel 1. 10 komoditas impor terbesar oleh Australia tahun 2019-2020
Sumber: Australian Government, Department of Foreign Affairs and Trade, 2021
Dari tabel di atas, dapat diketahui impor terbesar Australia adalah komoditas yang digunakan untuk dalam bidang jasa travel personal, yakni sebesar 33.288 juta dollar AS. Hal ini kemudian diikuti dengan hasil tambang gas yakni sebesar 21.721 juta dollar AS, kendaraan bermotor sebesar 19.093 juta dollar AS, alat telekomunikasi sebesar 15.230 juta dollar AS, dan computer sebesar 10.398 juta dollar AS.
Baca Juga: Potensi Ekspor Biji-bijian
Gambar 1. Jumlah impor di Australia berdasarkan sektor
Sumber: Australian Government, Department of Foreign Affairs and Trade, 2021
Jika dikategorikan dalam sektor, maka impor Australia terbesar adalah pada sektor intermediet. Apakah sektor intermediet itu? Yakni sektor jual beli barang setengah jadi yang nantinya digunakan untuk menghasilkan produk jadi atau siap pakai. Adapun urutan kedua sektor impor terbesar Australia adalah barang siap konsumsi. Di urutan kelima, kita dapat melihat emas termasuk sektor impor yang juga memiliki bagian yang cukup signifikan.
Selanjutnya, mari kita telaah negara mana saja yang mendominasi impor ke Australia.
Baca Juga: Langkah-langkah Persiapan
Memulai Ekspor
Tabel 2. 10 negara importir terbesar di Australia
Sumber: Australian Government, Department of Foreign Affairs and Trade, 2021
China, Amerika Serikat, dan Jepang menempati urutan teratas importir di Australia dengan persentase secara berurutan 21 persen, 13,4 persen, dan 5,8 persen. China unggul dengan importir dalam impor komoditas yakni mencapai 81 miliar dollar AS, sedangkan Amerika Serikat unggul impor jasa yakni sebesar 15,9 miliar dollar AS.
Dua negara ASEAN berhasil masuk sebagai 10 besar importir Australia, yakni negara Thailand di urutan kelima dan Malaysia di urutan kesepuluh. Sayangnya, negara kita belum masuk 10 besar. Dengan data seperti ini, dapat kita asumsikan bahwa sistem ekspor Thailand dan Malaysia sudah jauh lebih apik ketimbang Indonesia.
Baca Juga: Sistem Distribusi, Perizinan
dan Logistik Ekspor
Indonesia Menuju Top 10 Eksportir, Mau?
Kalau kita ingin Indonesia bisa masuk top 10 atau 10 besar, maka setidaknya kita perlu belajar dari Malaysia dan Thailand. Barangkali kita bisa mulai benchmark dari Malaysia yang berada di urutan kesepuluh terlebih dahulu. Mari kita ulik lebih jauh komoditas apa saja yang Malaysia unggul di dalamnya sehingga Australia tertarik untuk melakukan transaksi dengannya? Berikut data yang diperoleh dari Trading Economics, yang bersumber dari United Nations COMTRADE database.
Tabel 2. 10 komoditas ekspor terbesar Malaysia ke Australia
Sumber: Trading Economics, 2021
Dari sini dapat kita lihat bahwa Malaysia telah menjadi eksportir unggul dalam bahan bakar mineral dan minyak sebagai urutan pertama, juga mesin dan elektronik sebagai urutan kedua dan ketiga. Adapun urutan kesembilan dan kesepuluhnya adalah kayu dan kendaraan bermotor.
Baca Juga: Potensi Ekspor: Wilayah Amerika
Latin
Lalu bagaimana dengan Indonesia, berikut adalah perbandingan ekspor Indonesia dan Malaysia ke Australia. Data terakhir yang diperoleh untuk data Indonesia adalah tahun 2019, sedangkan Malaysia adalah tahun 2020. Meskipun ada perbedaan tahun, namun rasanya masih relevan digunakan untuk mendapat gambaran perbandingan secara kasat mata.
Tabel 3. Perbandingan Jumlah Komoditas Ekspor Indonesia dan Malaysia ke Australia (dalam Dollar Amerika)
No | Komoditas | Indonesia (2019) | Malaysia (2020) |
1 | Bahan bakar mineral, minyak dan produk distilasi | 225.24M | 2.21B |
2 | Kayu | 179.76M | 105.81M |
3 | Mesin, reaktor nuklir | 145.68M | 634.46M |
4 | Alat elektronik dan listrik | 144.79M | 503.45M |
5 | Mutiara, batu berharga, koin dan besi | 132.17M | 48.31M |
6 | Bahan tekstil (belum dijahit) | 127.05M | 4.29M |
7 | Plastik | 112.98M | 303.82M |
8 | Kertas | 89.02M | 104.11M |
9 | Fertilizer | 84.31M | 92.17M |
10 | Karet | 82.99M | 242.75M |
Sumber: Trading Economics, 2020-2021
Dari data atas, dapat kita ketahui bahwa dari 10 komoditas ekspor yang sama oleh Indonesia dan Malaysia ke Australia, Malaysia lebih jauh lebih unggul pada 7 komoditas. Sedangkan Indonesia lebih unggul hanya pada 3 komoditas yang lebih unggul, yakni kayu, mutiara, batu berharga, koin dan besi, dan bahan tekstil.
Baca Juga: Pendampingan Standar Mutu Untuk Meningkatkan Kontribusi Ekspor UMKM
Mengapa Ekspor Ke Australia Masih Jauh Tertinggal?
Jika kita membahas mengenai permasalahan ekspor, tentu kita tahu bahwa masalahnya tidak sesederhana yang dibayangkan. Namun, itu tidak berarti kita kemudian berhenti bermimpi. Buktinya, Indonesia di beberapa komoditas memiliki keunggulan. Meskipun bukan pencapaian yang istimewa, setidaknya dapat menjadi indikasi langkah awal yang baik. Lalu, pertanyaan selanjutnya, mengapa ekspor Indonesia saat ini masih kurang saing? Setidaknya ada tiga hal yang dapat menjelaskan hal ini.
Pertama, hal ini menyangkut persoalan analisis pasar. Konsultan di bidang ekonomi dan perdagangan internasional Miguel Esquivias dalam tulisannya yang dimuat di CNBC tahun 2019 lalu mengemukakan pendapatnya. Menurutnya, salah satu yang menyebabkan ekspor di negara ini masih melemah sebab analisis peluang yang kurang tajam. Indonesia dinilai terlalu fokus dalam memenuhi permintaan pasar bahan baku mentah sehingga menomorduakan potensi dalam produk manufaktur, yang pertumbuhan pasarnya sedang pesat dan cenderung lebih stabil. Beliau juga menyebutkan, “Di sektor teknologi komunikasi, transportasi, elektronik, dan permesinan, pembangunan Indonesia secara proporsional lebih rendah daripada negara-negara tetangga yaitu Asia.” Pernyataan beliau sejalan dengan data yang kita lihat pada tabel 3 di atas. Pendapatan ekspor Malaysia atas Indonesia dalam komoditas mesin dan alat elektronik mencapai 3 sampai 4 kali lebih besar.
Baca Juga: Mempersiapkan Kemasan
(Packaging) untuk Memenuhi Standar Ekspor
Faktor penyebab kedua belum optimalnya ekspor Indonesia ke Australia adalah terkait standarisasi yang diberlakukan oleh Australia terhadap produk yang masuk ke negaranya. Mayoritas eksportir Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi standar tersebut. Hal ini berakibat pada tingkat ekspor pelaku UMKM yang relatif rendah. Untuk mengatasi hal ini, para UMKM perlu mempelajari dan berusaha mengakses edukasi terhadap standarisasi produk ekspor ke negara kanguru tersebut.
Selain yang telah disebutkan di atas, ada lagi faktor yang mungkin menjadi penghambat pertumbuhan ekspor Indonesia ke Australia, yakni biaya logistik. Mengenai hal ini, Wakil Ketua Umum II Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani yang dilansir dalam bisnis.com mengatakan Indonesia dan Australia perlu berunding agar perdagangan antara dua negara ini bisa lebih efisien dan lebih bersaing.
Baca Juga: Potensi Ekspor Makanan Olahan
Kemasan Dari Indonesia
Apa Yang Bisa UMKM Lakukan?
Dari tiga permasalahan di atas, setidaknya ada dua yang menjadi sphere of influence atau wilayah yang bisa UMKM pengaruhi atau ubah. Langkah konkrit pertama adalah optimalisasi ekspor pada bidang teknologi komunikasi, transportasi, elektronik, dan permesinan. UMKM yang masuk ke dalam sektor ini perlu mengenali potensi dirinya serta mengupayakan semaksimal mungkin agar dapat turut berpartisipasi dalam ekspor. Apalagi potensi pasar di bidang ini cukup stabil dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, ini bisa menjadi peluang emas untuk UMKM. Tentu saja pemerintah juga berperan besar dalam merealisasikan hal ini. Namun, itu tidak menafikan bahwa UMKM juga perlu bergerak lebih awal secara mandiri untuk meraih kesempatan ekspor. Bukankah kita sering mendengar, “di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan”?
Langkah kedua adalah usaha pemenuhan standarisasi terhadap standar yang berlaku. Salah satu standar yang paling dasar adalah terkait label produk, jaminan serta keamanan produk.
- Label produk. Sahabat mungkin pernah menemukan produk UMKM yang tidak mencantumkan label produk, atau kurang lengkap. Namun, hal ini sangat penting apalagi jika akan melakukan ekspor ke Australia. Australia sendiri telah menetapkan standar label produk, seperti label perlu memuat penjelasan mengenai barang, nama importir, nomor lot, peringatan dan keterangan resmi, negara pengiri, serta jangka waktu penggunaan dan peringatan alergi atau allergy warnings (apalagi jika produk berupa makanan).
- Jaminan. Australia sangat memerhatikan kesesuaian deskripsi produk yang dijual dengan kegunaan yang sebenarnya. Oleh karenanya, perlu ada jaminan produk. Jaminan ini termasuk namun tidak terbatas pada kesepakatan refund, pembatalan pembelian, dan kompensasi atas kerusakan maupun kehilangan.
- Keamanan produk. Poin ini biasanya meliputi pemenuhan standar keamanan dan peringatan penggunaan untuk menghindari kerusakan.
Baca Juga: Perencanaan Ekspor Produk Makanan yang Efektif bagi UKM
Regulasi di atas merupakan standar umum. Adapun standar khusus dapat berbeda-beda di setiap sektor. Sektor otomotif misalnya, Australia memiliki standar sendiri dalam hal emisi karbon. Oleh karenanya, penting bagi para UMKM untuk jeli mempelajari regulasi dan standar yang ada. Yang perlu dipahami, regulasi serta standarisasi ini sejatinya bukan untuk menyulitkan, melainkan untuk berusaha menjaga kualitas mutu dan keamanan produk yang akan dikonsumsi oleh para konsumen. Sahabat Wirausaha tentu dengan ini bisa menjadikannya motivasi serta target untuk meningkatkan kualitas produksi sehingga menghasilkan produk yang memiliki potensi ekspor.
Langkah ketiga adalah penguatan komoditas ekspor yang sudah unggul. Australia termasuk negara yang menerapkan standar yang ketat bagi para eksportirnya. Selain itu, tak bisa dipungkiri bahwa produk yang sama dapat diperoleh dari eksportir lainnya. Jika Indonesia hanya puas dengan kondisinya yang sekarang dan tak mau berkembang, tentu negara lain akan mengambil alih menjadi eksportir yang lebih unggul. Oleh karenanya, untuk meningkatkan daya saing, UMKM di Indonesia perlu mengeluarkan usaha lebih untuk mendapatkan kesempatan ekspor tersebut. Di negara seperti Singapura, UMKM serta pemerintah merogoh kocek lebih dalam bidang pengembangan dan penelitian (research and development). Hal ini menunjukkan keseriusan mereka dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan bermutu tinggi. Harapannya, UMKM dapat mengambil langkah serupa.
Baca Juga: Saatnya Memanfaatkan Perdagangan Bebas ASEAN
Ekspor ke Australia Bukanlah Angan-Angan
Mungkin sebagian besar UMKM bertanya-tanya, apakah betul bisa ekspor ke Australia? Jawabannya adalah sangat bisa. Apa yang dipaparkan ini bukan hanya angan-angan yang jauh, ya, Sahabat. Tahukah, Sahabat? baru-baru ini kabar baik datang dari sektor otomotif. 26 Januari yang lalu, Indonesia siap mengekspor mobil ke Australia. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa ekspor mobil buatan Indonesia ke Australia akan dimulai pada kuartal I tahun 2022 ini, setelah tahun 2021 yang lalu dikabarkan gagal ekspor.
Apa arti dari kabar tersebut? Itu artinya kita wajib yakin dan optimis tentang masa depan produk Indonesia yang ekspor ke Australia. Mungkin sebagaimana kabar di atas, perlu waktu untuk akhirnya siap menembus pasar ekspor. Namun, perlahan tapi pasti, jika UMKM terus bergerak tanpa henti, maka akan ada hasil serta dampak yang berarti.
Baca Juga: Membedah Pameran Domestik untuk Produk Pertanian
Nah, pertanyaan selanjutnya kembali pada kita sendiri. Apakah kita akan turut ambil bagian dalam kesempatan ini atau menjadi penonton yang berdiam diri?
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi:
- Australian Government, Department of Foreign Affairs and Trade, 2021.
- Bisnis.com, 2021.
- Bisnis.com, 2020.
- CNBC Indonesia, 2019.
- Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), no date.
- Jawa Pos, 2021.
- Kedutaan Besar Australia di Indonesia, no date.
- Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2021.
- LPEM FEB Universitas Indonesia, 2020.
- Liputan 6, 2022.
- SustainableBC, 2021.
- Trading Economics, 2020.
- Trading Economics, 2021.
- Travel Nation, no date.