Budidaya jamur tiram semakin populer karena peluang usaha yang menjanjikan dan kebutuhan pasar yang terus meningkat. Jamur ini memiliki rasa gurih, tekstur lembut, bernutrisi tinggi, serta bisa diolah menjadi berbagai hidangan. 

Selain itu, usaha ini tidak memerlukan lahan luas sehingga cocok dijalankan oleh siapa pun, termasuk pemula dengan modal terbatas. Agar hasil panennya melimpah, ada beberapa tahapan penting yang harus diperhatikan sejak persiapan awal hingga pemanenan.

1. Menyiapkan Media Tanam yang Tepat

Media adalah fondasi utama dalam budidaya jamur tiram. Komposisi terbaik biasanya menggunakan serbuk gergaji kayu yang masih baru, bukan serbuk bekas mebel yang bercampur cat atau lem. Campurkan bekatul, kapur, dan air. Takaran umumnya 80% serbuk gergaji, 15% bekatul, 5% kapur, lalu air secukupnya hingga adonan bisa digenggam dan tidak mudah hancur.

Setelah tercampur rata, adonan dimasukkan ke dalam plastik polipropilena ukuran 1 kg. Baglog perlu dipadatkan dengan cara dipukul-pukul ringan agar kuat menopang pertumbuhan jamur. Bagian atas diberi cincin paralon lalu ditutup kapas rapat.

Tahap berikutnya adalah sterilisasi, biasanya menggunakan drum atau autoclave sederhana. Proses ini berlangsung 8–10 jam sampai seluruh bakteri dan jamur liar mati. Media yang steril membuat miselium lebih cepat merata dan bebas kontaminasi.

Tips: gunakan kayu dari pohon sengon atau mahoni karena serbuk jenis ini paling cocok bagi pertumbuhan jamur tiram.

2. Memilih Bibit Jamur Berkualitas

Bibit unggul adalah penentu keberhasilan yang sering kali dianggap remeh. Jangan hanya mencari bibit murah, tapi utamakan mutu. Prihatin jika bibit terkena kontaminasi karena hasil media bisa gagal total. 

Bibit yang bagus punya ciri-ciri miselium berwarna putih murni, tebal, dan menutupi seluruh botol atau media. Sebelum diinokulasikan ke baglog, cek kembali tidak ada jamur liar berwarna hijau, hitam, atau kuning. Jika terlihat bercak, sebaiknya dibuang.

Proses inokulasi dilakukan dengan tangan yang steril. Gunakan sarung tangan dan lakukan di ruang bersih. Satu baglog biasanya ditanam dengan satu bibit. Setelah itu, segel kembali dengan kapas steril agar tidak terkontaminasi.

Tips tambahan: beli bibit dari laboratorium pertanian atau petani senior yang sudah sering dipercaya, ini jauh lebih aman dibanding asal beli.

3. Proses Inkubasi Media

Setelah bibit budidaya jamur tiram masuk, baglog disusun rapi di ruang inkubasi. Periode inkubasi adalah fase miselium tumbuh menyebar hingga memenuhi seluruh baglog. Waktu yang dibutuhkan rata-rata 30–45 hari.

Suhu ruang inkubasi ideal sekitar 25–28°C dengan kelembaban seimbang. Jika terlalu lembab, baglog bisa berjamur lain. Jika terlalu kering, miselium tumbuh lambat. Ventilasi udara penting agar sirkulasi berjalan baik.

Tanda inkubasi berhasil adalah baglog berwarna putih merata. Jika hanya sebagian, sebaiknya tunggu sampai benar-benar penuh. Miselium yang sehat berwarna putih tebal, tidak ada bintik hijau atau hitam.

Tips: susun baglog tidak langsung menempel ke tanah. Gunakan rak bambu atau kayu agar sirkulasi udara merata ke seluruh bagian baglog.

4. Menjaga Ruang Kumbung Jamur

Kumbung adalah bangunan khusus yang berfungsi menjaga semua faktor lingkungan agar jamur nyaman tumbuh. Biasanya, kumbung dibangun dari bambu atau kayu dengan atap genteng agar suhu tetap sejuk. Dinding lebih baik dari papan atau bilik bambu supaya sirkulasi udara alami terjaga.

Di dalam kumbung dibuat rak bertingkat tempat menyusun baglog. Rak ini bisa 3–4 tingkat, tergantung luas ruangan. Jarak antara rak harus cukup supaya cahaya, udara, dan kelembaban tidak terhambat.

Suhu kumbung dijaga di kisaran 22–28°C dengan kelembaban sekitar 70–80%. Cara paling mudah menjaga kelembaban adalah dengan menyemprot air tipis-tipis ke dinding atau lantai, bukan langsung ke baglog. Kondisi inilah yang akan menstimulasi jamur keluar dari baglog.

Tips tambahan: tambahkan kain basah di sudut kumbung jika udara terlalu kering. Sederhana, tapi efektif meningkatkan kelembaban.

Baca juga: Prihatin dengan Sampah, Ibu Ini Bangun Bank Sampah dan Bisnis Budidaya Maggot

5. Perawatan dan Penyiraman Jamur

Setelah baglog dibuka, budidaya jamur tiram mulai tumbuh. Bentuknya kecil menyerupai jarum yang disebut pinhead. Pada tahap ini, jamur sangat sensitif. Jika kumbung terlalu kering, pinhead bisa mengering dan mati. Jika kelembaban terlalu tinggi menetes ke jamur, ia mudah busuk.

Penyiraman dilakukan dengan sprayer halus, 2–3 kali sehari. Arah semprotan tidak boleh langsung mengenai tubuh jamur, melainkan diarahkan ke dinding atau udara sekitar. Kuncinya adalah menjaga kelembaban lembut tanpa membuat media becek.

Jamur akan terus membesar dalam 3–5 hari sampai tudungnya terbuka lebar menandakan siap dipanen. Perawatan lainnya adalah mengontrol sirkulasi udara. Jangan biarkan kumbung terlalu tertutup rapat karena jamur juga butuh oksigen.

Tips: beri lampu neon kecil di dalam kumbung. Bukan untuk panas, melainkan membantu jamur mengenali siklus siang dan malam.

6. Proses Pemanenan yang Tepat

Jamur tiram siap panen sekitar usia 3–4 bulan sejak bibit ditanam. Satu baglog bisa dipanen beberapa kali. Dalam sekali panen, budidaya jamur tiram biasanya keluar bergerombol membentuk rumpun. Ciri jamur siap panen adalah tudung sudah mekar, diameternya 5–7 cm, tetapi masih cembung, belum terlalu lebar atau pecah.

Panen dilakukan dengan cara memegang rumpun jamur lalu diputar hati-hati agar tercabut bersama pangkalnya. Jika hanya dipotong, sisa batang bisa membusuk dan mengundang kontaminasi. Panen pertama umumnya yang paling banyak hasilnya. Panen berikutnya tetap bisa dilakukan, biasanya sampai 4–6 kali panen dari satu baglog, dengan total hasil 0,5–1 kg.

Tips tambahan: lakukan panen di pagi hari sebelum jamur terkena udara panas, supaya daya simpan lebih lama.

7. Menjaga Kualitas Pascapanen

Tahap terakhir dalam budidaya jamur tiram adalah menjaga kualitas pascapanen. Jamur yang sudah dipetik harus segera disortir. Pilih jamur yang utuh, segar, dan berwarna putih bersih untuk dijual segar.

Jamur tiram tidak tahan lama di suhu ruang, hanya 1–2 hari. Karena itu, penyimpanan harus tepat. Masukkan dalam wadah plastik berlubang atau tray lalu simpan di lemari pendingin agar segar sampai 5–7 hari.

Agar nilai jual meningkat, jamur juga bisa diolah menjadi produk turunan: keripik jamur, sate jamur, hingga nugget vegetarian. Mengolah jamur menjadi produk olahan memberi peluang usaha tambahan yang menjangkau lebih banyak pasar.

Tips usaha: kemas jamur segar dalam plastik transparan ramah lingkungan yang diberi label sederhana. Selain rapih, juga menambah nilai profesionalitas usaha.

Melalui 7 cara detail di atas, budidaya jamur tiram bisa dijalani oleh siapa pun, termasuk pemula. Mulai dari memahami media tanam, memilih bibit berkualitas, mengatur inkubasi, membangun kumbung, hingga teknik panen yang benar, semuanya saling berkaitan. 

Jika disiplin menjalankan setiap tahap, peluang panen berlimpah semakin besar. Usaha ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tapi juga membantu menyediakan bahan pangan sehat bagi masyarakat. Dengan kesungguhan, usaha jamur tiram bisa bertahan lama dan menjadi salah satu ladang rezeki yang menjanjikan.

Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu kami sebarkan ilmu dengan bagikan konten ini juga.

Bagi yang mau dapat newsletter mingguan melalui email atau gabung ke komunitas UMKM yang kami kelola dan bisa interaksi lebih akrab di WA Grup bersama pelaku usaha lain. Siapa tahu bisa jalin kolaborasi. Silakan gabung jadi member kami disini ya: ukmindonesia.id/registrasi.