Baru-baru ini, program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan setelah beberapa sekolah melaporkan temuan makanan basi yang dikonsumsi siswa. Akibatnya, beberapa siswa mengalami sakit perut, muntah, bahkan sempat ada yang dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian ini, seperti dilansir BBC, diceritakan oleh seorang wartawan asal Kupang yang tengah meliput pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis di salah satu sekolah dasar. Seorang siswa yang tidak menyantap potongan ayam dari MBG karena bau busuk. Sementara itu, siswa lainnya tampak menyisakan menu perkedel dan nasi karena sudah berlendir dan mengeluarkan aroma tak sedap.
Program Makan Bergizi Gratis di sekolah itu sudah berjalan satu minggu dan menurut salah satu guru setiap harinya selalu ditemukan lauk yang sudah basi.
"Mungkin masak dari malam, lalu makanannya ditaruh di tempat itu saat masih panas, sehingga makanan itu uapnya tertutup di dalam tempat makan," ujar Deciana Kopen, guru sekolah dasar di Kota Kupang, seperti dilansir dari BBC.
Ternyata, masalah ini bukan hanya terjadi di Kupang, tetapi juga wilayah lainnya seperti Empat Lawang, Sumatera Selatan. Beberapa menu MBG sudah basi dan berulat mengakibatkan 8 orang siswa sampai dilarikan ke rumah sakit setelah menyantapnya.
"Ya benar, ada kejadian temuan diduga ulat dan lauk basi di dalam penyaluran MBG di SD Negeri 7 Tebingtinggi," kata Kapolres Kabupaten Empat Lawang AKBP Abdul Aziz Septiadi saat dikonfirmasi, dilansir detikSumbagsel (18/2/2025).
Kepala Badan Gizi Nasional: Program MBG Masih Dalam Tahap Penyesuaian
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, menilai bahwa temuan terkait makanan basi dan mentah dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi karena Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) masih dalam tahap penyesuaian.
"Kami melihat masalah muncul utamanya dari SPPG yang baru muncul," ungkapnya usai mengisi materi dalam retret kepala daerah di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (27/2/2025).
Menurut Dadan, butuh waktu bagi SPPG untuk dapat memproduksi makanan dalam jumlah besar dengan kualitas yang sesuai standar dan persiapan itu membutuhkan waktu setidaknya 3 bulan.
Solusi untuk Atasi Kendala Program Makan Bergizi Gratis
Dadan menjelaskan jika salah satu faktor utama penyebab keracunan makanan adalah masih minimnya pengalaman SPPG, penyedia makanan UMKM dan Koperasi, yang baru bergabung.
Sebagai langkah perbaikan, Dadan menyarankan agar mitra memulai produksi makanan secara bertahap, dimulai dari 100-150 porsi per hari, kemudian meningkat secara bertahap seiring waktu.
“Rata-rata kasus yang muncul belakangan ini terjadi di satuan pelayanan yang baru pertama kali melaksanakan program ini,” ujar Dadan
Ia menjelaskan bahwa mitra baru seringkali belum terbiasa memasak dalam jumlah besar, sehingga tingkat kematangan makanan menjadi kurang optimal dan berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan.
Wajibkan Mitra Mengunggah Proses Memasak Melalui Media Sosial
Sebagai langkah konkret untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan yang disajikan, BGN mewajibkan mitra MBG untuk merekam dan mengunggah proses memasak mereka ke media sosial.
“Setiap mitra diwajibkan untuk mengunggah video proses memasak di platform seperti Instagram dan Facebook. Ini dilakukan agar ada transparansi dan masyarakat bisa ikut mengawasi,” jelas Dadan.
Ia menambahkan bahwa langkah ini juga merupakan bentuk akuntabilitas dari pihak penyelenggara MBG kepada publik.
“Dengan cara ini, semua pihak dapat mengontrol, membandingkan, dan memastikan bahwa proses memasak sesuai standar,” imbuhnya.
Referensi: BBC.com, detik sumbagsel, kompas.com
Sumber Foto: suara.com