Era Pandemi covid-19 terbukti menghancurkan sendi-sendi perekonomian UMKM. Salah satu yang terdampak adalah Resky Noviana, pengusaha fesyen dan batik yang nyaris gulung tikar. Namun berkat motivasi yang tak ingin merumahkan karyawan, dia putar otak dengan membuat usaha baru, yakni menjual makanan khas Timur Tengah dengan nama Al Kiswah Food. Berikut ulasannya.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Global Kemasan dan Label


Perjalanan Awal Melirik Pasar Makanan Khas Timur Tengah

Gundah gulana melanda Resky Noviana di kala Yogyakarta dilanda pandemi covid-19 pada 2019 silam. Usaha fesyen dan batik yang dijalankan luluh lantak karena sepi pembeli. Tak ingin terpuruk terlalu lama, termasuk tak mau merumahkan karyawannya, Resky memutar otak dengan berjualan jamu, selai jamu dan makanan khas Timur Tengah yang dikemas secara praktis seperti Nasi Biryani, Nasi Kebuli, Nasi Mandhi, dan Nasi Bukhori. Makanan tersebut kini kita kenal dengan nama Al Kiswah Food. Selain masih terus menjajakan fesyen dan batik. Seiring berjalannya waktu, satu per satu usaha yang baru dijalankan tumbang (jamu dan selai jamu).

Katanya, usaha tak berjalan karena terbentur ekspedisi. Seperti misalnya dipaksa menambah kemasan kayu yang membuat harga jualan melambung lebih tinggi. Belum lagi banyaknya jasa angkutan yang tidak mau menerima kemasan dalam bentuk cairan. Padahal, usaha jamu banyak diminati warga yang bermukim di luar Kota Pelajar tersebut (julukan Yogyakarta) seperti misalnya Pekanbaru, Makassar dan Kalimantan. Beda hal yang terjadi dengan Al Kiswah Food. Karena Resky jeli dengan memberikan kemasan yang lebih tahan terhadap benturan (kemasan pouch), serta bentuknya padat, membuat Al Kiswah Food masih terus eksis sampai saat ini.

Baca Juga: Pentingnya Kontrak Pengadaan Bahan Baku Bagi UMKM

Di sisi lain, peluang berbisnis makanan Timur Tengah di Indonesia masih terbuka lebar. Seperti contohnya sebagai obat rindu bagi mereka yang pernah mencicipi makanan ini di kota asalnya (haji dan umrah). Setelah tiba di Indonesia mereka kangen dan bingung harus mencari dimana makanan seperti itu. Kalau pun ada, Resky menambahkan harganya pun akan menguras kantong dalam-dalam. Belum lagi porsi yang amat besar untuk kalangan orang Indonesia. Oleh sebab itulah, dia memilih fokus untuk berjualan kuliner Timur Tengah lalu menghentikan berjualan jamu.

Al Kiswah Food juga tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan Muslim semata. Alasannya karena Nasi Biryani juga dinikmati oleh orang beragama Hindu. Mereka sudah terbiasa mengkonsumsi makanan khas Timur Tengah dan mengaku amat terbantu karena sebelum mengenal Al Kiswah Food, kerap direpotkan karena harus mencari semua bahan sendiri dan terpisah. Setelah mengenal Al Kiswah, semua bahan yang dibutuhkan ada dalam satu kemasan, plus merasakan kenikmatan memasak masakan khas Timur Tengah.


Menonjolkan Kemudahan Memasak Makanan Timur Tengah

Resky kembali blak-blakan Bukannya fokus pada rasa atau budaya Timur Tengah, dia berharap dan menginginkan semua pelanggannya akan merasakan sensasi berbeda ketika membeli produk dari Al Kiswah. Dia menegaskan jika dagangan yang satu ini bukan makanan cepat saji seperti mie instan kebanyakan di pasaran. Sebelum menikmati produk Al Kiswah, konsumen harus menyiapkan bahan-bahan tambahan seperti bawang bombay dan daging. Pasalnya, Al Kiswah sengaja dilengkapi dengan beras, bumbu-bumbu dan rempah.

Baca juga: Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik

Meskipun seperti itu, dia memberikan jaminan kepada orang yang tak memiliki jam terbang, pasti bisa memasak produk Al Kiswah (Nasi Biryani, Nasi Kebuli, Nasi Mandhi, dan Nasi Bukhori) dengan enak, cepat dan tentunya sesuai dengan porsinya orang Indonesia. "Mereka (konsumen) jadinya benar-benar masak. Bukan yang instan-instan seperti itu, tidak. Jadi mereka memang harus menumis bawang dulu, kemudian dimasukkan bumbu, rempah-rempah tambah air, masukkan beras, tambah daging dan sebagainya. Jadi aku yakin orang yang gak bisa masak pun bisa masak. Dan mereka aku harapkan akan bahagia. Jadi kita pengennya seperti itu," ujarnya.

Walaupun namanya kuliner Timur Tengah, untuk urusan rempah seperti kapulaga, lada hitam, cengkeh, termasuk bumbu-bumbu lainnya, 100 persen merupakan produk lokal. Kecuali beras yang langsung dari India. Walaupun dalam praktiknya, sah-sah saja memasak Nasi Biryani, Nasi Kebuli, Nasi Mandhi, atau Nasi Bukhori menggunakan beras yang diproduksi petani lokal. Namun kembali dikatakan jika konsumen akan kehilangan momen sesungguhnya dari masakan khas Timur Tengah ini.

Tak hanya memudahkan para konsumen. Selama 2 tahun berjualan makanan khas Timur Tengah, dia juga merasa tak terbebani. Alasannya karena memproduksi Al Kiswah hanya membutuhkan satu orang pekerja. Ketika semua produksi selesai, satu orang itu melanjutkan pekerjaan berbeda seperti menangani penjualan dan reseller yang turut memasarkan produk Al Kiswah.

Baca juga: Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

"Bikinnya juga simpel banget. Kita memang yang memproduksinya, tapi gak yang beli dari yang mentah seperti itu. Aku beli bahan-bahan yang sudah halus. Tujuannya untuk memperpendek jalur produksi dan mengejar penjualan yang lebih cepat lagi," ujarnya.


Motivasi Bermanfaat Untuk Orang Banyak

Ketika kami bertanya perihal motivasi, Resky seakan bingung karena baru menjalankan usahanya dalam 2 tahun terakhir. Itu pun, kehadiran Al Kiswah Food imbas dari pandemi covid-19. Seandainya virus Corona ini tidak pernah ada, tentu kita tidak akan tahu dan mengenal apa itu Al Kiswah Food. Karena Resky pasti masih sibuk dengan usaha fesyen dan batik yang sampai saat ini masih dijalankan.

Penyebab yang tak kalah penting lainnya, Resky juga bukan memiliki hobi masakan, apa lagi punya usaha kuliner. "Tapi bagi aku itu sudah Alhamdulillah bangat karena aku bukan orang yang tipe nya suka masak, lalu punya usaha makanan. Itu juga sempat kaget dan amazing. Motivasinya karena ceritanya kita memulai usaha ini (Al Kiswah Food) ketika pandemi, dan kami harus menyelamatkan karyawan kami," sebutnya.

Baca juga: Mengenal Standar SNI untuk Produksi


Bermimpi Ingin Punya Restoran

Mimpi Resky tak muluk-muluk. Dia hanya ingin memiliki restoran sendiri. Alasannya karena banyak konsumennya yang menginginkan makan di tempat entah karena disibukkan oleh rutinitas yang padat atau hal lainnya. Tak hanya itu, restoran miliknya kelak juga dapat dipergunakan oleh semua kalangan dalam mencoba bagaimana caranya memasak makanan khas Timur Tengah dengan baik dan benar.

Bagaimana dengan usaha saat ini? Resky mengaku masih akan terus memproduksi makanan mentah. Alasannya karena hanya produk yang seperti itu dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga ke pelosok Nusantara. Ke depan juga, dia sudah berencana menambah varian selain menu khas Timur Tengah.

Baca Juga: Apa itu Izin Usaha Mikro Kecil?

Berbicara mengenai pengembangan bisnis, dia mengaku saat ini hanya mau fokus pada media online yang ada di marketplace. Meskipun pernah beberapa kali mengikuti bazar secara offline dengan menjual produk siap santap. Namun tetap saja, media online masih menjadi pilihan utama. Dia juga tak lupa melakukan perbaikan menyeluruh seperti kemasan yang tidak lagi berbentuk pouch, memiliki izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Halal dan tentunya masih banyak lagi.

Belajar dari pengalaman Resky Noviana, kita jangan fokus pada satu bidang usaha. Mulailah cari usaha yang perputaran uangnya cepat. Beberapa diantaranya seperti membuka toko online, mengikuti program afiliasi, mengelola blog dan masih banyak lagi.

Sumber foto:

  1. https://www.ukmjuwara.id/ukm/al-kiswah-food