Sahabat Wirausaha, menjalankan usaha di tengah inflasi itu seperti berjalan di atas tali saat angin kencang: menantang, tapi bukan nggak mungkin! Harga bahan baku naik, biaya operasional membengkak, dan daya beli pelanggan menurun— margin profit seakan terhimpit dari atas dan bawah, sehingga bisa bikin keuangan bisnismu goyah. Tapi, jangan khawatir.
Dengan tips mengelola keuangan UMKM yang tepat, kamu bisa menjaga bisnismu tetap stabil dan bahkan berkembang. Lewat kisah beberapa pengusaha kecil, kita akan ulas tips mengelola keuangan UMKM yang praktis, dengan beberapa contoh praktis yang mudah dipahami. Yuk, simak langkah-langkahnya!
Mengapa Tips Mengelola Keuangan UMKM Penting di Era Inflasi?
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga umum (kumpulan berbagai jenis produk pangan dan non pangan) yang terjadi pada periode waktu tertentu. Dalam rentang waktu 10 tahun terakhir (2014 - 2024), inflasi Indonesia terjadi dalam kisaran 2.5% sampai 6% per tahun.
Karakteristik ini yang membuat sebagian orang memaknai inflasi seperti monster kecil yang diam-diam menggerogoti keuntungan bisnis atau penghasilan seseorang. Mengapa? Karena akibat inflasi, nilai riil uang Rp1 juta saat ini, sebenarnya sudah jauh lebih rendah daripada 10 tahun lalu. Bagaimana tidak, jika dulu Rp1 juta bisa dipakai untuk beli 112 kg beras, sekarang cuma dapat 70-80 kg saja.
Harga bahan baku, transportasi, hingga listrik naik, tapi pelanggan mungkin ragu belanja karena dompet mereka juga seret. Di sinilah tips mengelola keuangan UMKM jadi penyelamat. Dengan pengelolaan keuangan yang cerdas, kamu bisa mengontrol pengeluaran, memaksimalkan pendapatan, dan memastikan bisnis tetap berjalan lancar meski ekonomi sedang sulit.
Contoh saja Rina (nama samaran), pemilik UMKM kue kering di Surabaya, merasakan dampak inflasi saat harga tepung dan gula melonjak. Awalnya, dia panik karena margin keuntungannya menipis. Tapi, setelah menerapkan tips mengelola keuangan UMKM, dia berhasil menjaga bisnisnya tetap untung tanpa menaikkan harga terlalu tinggi. Penasaran caranya? Mari kita bahas satu per satu.
Tips 1: Pantau Arus Kas dengan Ketat
Salah satu tips mengelola keuangan UMKM yang paling penting adalah memantau cash flow alias arus kas. Arus kas adalah darahnya bisnis—kalau macet, bisnis bisa kolaps. Di era inflasi, kamu perlu tahu persis berapa uang yang masuk dan keluar setiap hari, minggu, dan bulan.
Budi (nama samaran), pengusaha kafe kecil di Bandung, belajar ini dengan cara yang nggak gampang. Dulu, dia cuma mencatat pendapatan di buku catatan, tapi sering lupa mencatat pengeluaran kecil seperti biaya delivery. Akibatnya, dia kaget saat tahu keuntungannya ternyata minus. Setelah beralih ke aplikasi accounting sederhana, Budi bisa lihat arus kasnya secara real-time. Dia juga membuat anggaran mingguan untuk memastikan pengeluaran nggak melebihi pemasukan.
Tips Praktis: Saat ini ada banyak pilihan aplikasi pencatatan keuangan yang bisa dipakai UMKM. Misalnya, aplikasi kasir (POS) seperti Olsera atau Majoo, aplikasi akuntansi seperti Wave, Jurnal, atau Zahir, serta aplikasi pencatatan sederhana untuk warung seperti BukuWarung atau Catatan Usaha.
Kalau mau yang gratis dan praktis, kamu juga bisa menggunakan aplikasi pencatatan digital seperti Akuntansiku atau Kledo versi free, bisa juga memanfaatkan Google Sheet dan Microsoft Excel. Apapun pilihannya, yang terpenting adalah konsisten mencatat setiap transaksi agar laporan keuanganmu selalu rapi dan mudah dipantau. Sisihkan waktu setiap minggu untuk cek apakah cash flow-mu positif. Kalau negatif, cari tahu penyebabnya—mungkin ada pengeluaran yang bisa dipangkas.
Tips 2: Prioritaskan Pengeluaran Esensial atau yang terpenting
Di era inflasi, tips mengelola keuangan UMKM berikutnya adalah fokus pada pengeluaran yang benar-benar penting. Tanyakan pada diri sendiri: apa yang bikin bisnismu tetap jalan? Bahan baku? Gaji karyawan? Atau biaya marketing? Sisihkan dana untuk itu dulu, dan tunda pengeluaran yang nggak mendesak, seperti renovasi toko atau beli peralatan baru.
Dita (nama samaran), pemilik UMKM skincare alami di Bali, menghadapi tantangan saat harga minyak kelapa naik 20%. Dia memutuskan untuk menunda rencana ekspansi toko fisik dan fokus pada produksi produk inti yang paling laris. Dengan memprioritaskan pengeluaran esensial, Dita bisa menjaga kualitas produk tanpa menaikkan harga, yang ternyata bikin pelanggannya tetap setia.
Tips Praktis: Buat daftar pengeluaran bulanan dan bagi jadi dua: esensial dan non-esensial. Pangkas atau tunda yang non-esensial, misalnya iklan berbayar, agar tim bisa lebih terdorong untuk lebih kreatif membuat konten promosi yang menarik dan bisa organik menarik banyak penonton, misalnya di instagram atau tiktok atau facebook.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Tips 3: Diversifikasi Sumber Pendapatan
Tips mengelola keuangan UMKM yang ketiga adalah jangan taruh semua telur di satu keranjang. Kalau bisnismu cuma bergantung pada satu produk atau satu kanal penjualan, inflasi bisa bikin kamu rentan. Diversifikasi pendapatan membantu menjaga cash flow tetap stabil.
Ani (nama samaran), pengusaha fashion di Jakarta, awalnya hanya menjual kaos di marketplace. Ketika inflasi bikin penjualan turun karena pelanggan lebih hemat, Ani mulai menawarkan jasa custom printing untuk komunitas lokal, seperti kaos untuk acara kantor atau sekolah. Hasilnya, dia punya sumber pendapatan tambahan yang membantu menutup biaya operasional.
Tips Praktis: Cari peluang tambahan yang terkait bisnismu. Kalau kamu jual makanan, coba tawarkan paket catering kecil. Kalau jual pakaian, coba jual aksesori atau jasa styling. Mulai kecil, tapi pastikan ada demand di pasar.
Tips 4: Negosiasi dengan Supplier
Di era inflasi, harga bahan baku sering naik, tapi itu nggak berarti kamu harus menanggung semua beban. Tips mengelola keuangan UMKM yang sering terlupakan adalah negosiasi dengan supplier. Budi, si pemilik kafe, berhasil menekan biaya dengan bernegosiasi dengan supplier kopinya. Dia minta diskon untuk pembelian dalam jumlah besar atau jadwal pengiriman yang lebih fleksibel, sehingga stok nggak menumpuk dan bikin cash flow macet.
Tips Praktis: Bangun hubungan baik dengan supplier. Tanyakan apakah ada diskon untuk pembayaran cepat atau pembelian rutin. Kalau memungkinkan, cari supplier alternatif yang menawarkan harga lebih kompetitif tanpa mengorbankan kualitas.
Tips 5: Manfaatkan Teknologi untuk Efisiensi
Teknologi adalah sahabat UMKM di era inflasi, dan ini jadi salah satu tips mengelola keuangan UMKM yang powerful. Aplikasi accounting atau inventory management bisa membantu kamu mengelola keuangan dengan lebih efisien, mengurangi human error, dan menghemat waktu.
Rina (nama samaran), si penjual kue kering, beralih ke aplikasi digital untuk mencatat transaksi dan utang-piutang. Aplikasi ini otomatis menghitung laba dan mengingatkan kapan pelanggan harus bayar. Dengan teknologi, Rina bisa fokus ke pemasaran tanpa pusing soal hitung-hitungan manual. Selain itu, dia juga menggunakan WhatsApp Business untuk komunikasi dengan pelanggan, yang ternyata menghemat biaya marketing.
Tips Praktis: Pelajari fitur-fitur dalam aplikasi pencatatan digital dan sesuaikan dengan kebutuhan bisnismu. Kalau kamu berjualan online, manfaatkan juga fitur analytics di marketplace untuk mengetahui produk mana yang paling laris, sehingga kamu bisa lebih fokus mengembangkan penjualan di sana.
Baca juga: 10 Rekomendasi Aplikasi Keuangan Terbaik untuk Mempermudah Pengelolaan Bisnis UMKM
Tips 6: Siapkan Dana Darurat
Tips mengelola keuangan UMKM yang nggak boleh dilewatkan adalah menyiapkan emergency fund. Inflasi bikin segala sesuatu nggak pasti—bisa jadi supplier tiba-tiba naik harga atau ada perbaikan mendadak di toko. Dana darurat membantu kamu menghadapi situasi tak terduga tanpa harus pinjam sana-sini.
Dita (nama samaran), si pengusaha skincare, mulai menyisihkan 10% dari keuntungan bulanannya ke rekening khusus. Ketika mesin pengaduk sabunnya rusak, dia nggak panik karena punya dana darurat untuk perbaikan. Dana ini juga membantunya tetap bayar gaji karyawan saat penjualan sempat turun.
Tips Praktis: Sisihkan 5-10% dari keuntungan bulanan ke emergency fund. Simpan di rekening terpisah agar nggak tergoda dipakai. Targetkan dana darurat yang cukup untuk biaya operasional 3-6 bulan.
Tips 7: Harga yang Fleksibel tapi Tetap Untung
Menentukan harga di era inflasi itu tricky. Kalau terlalu tinggi, pelanggan kabur; kalau terlalu rendah, kamu rugi. Tips mengelola keuangan UMKM di sini adalah menyesuaikan harga dengan cerdas. Ani, si penjual kaos, menghadapi kenaikan harga kain. Alih-alih menaikkan harga semua produk, dia memperkenalkan paket bundling (misalnya, “Beli 3 kaos lebih hemat”) untuk menjaga daya tarik tanpa mengorbankan margin.
Tips Praktis: Hitung ulang cost of goods sold (COGS) atau Biaya Pokok Produksi untuk setiap jenis produk yang diproduksi dan/atau dijual setiap 3 bulan untuk tahu berapa biaya produksi terbaru. Kalau harus naikkan harga, komunikasikan ke pelanggan dengan transparan, misalnya lewat social media, dan tawarkan promo untuk menjaga loyalitas.
Sahabat Wirausaha, inflasi memang menantang, tapi dengan tips mengelola keuangan UMKM seperti memantau arus kas, prioritaskan pengeluaran, diversifikasi pendapatan, dan manfaatkan teknologi, kamu bisa menjaga bisnismu tetap kokoh.
Dari sini, kamu bisa mulai dahulu dengan menggunakan alat/tools gratis untuk mengelola keuangan, dan juga menyisihkan dana darurat untuk antisipasi terhadap inflasi. Dengan langkah-langkah ini, kamu nggak cuma bertahan, tapi juga bisa berkembang di era sulit. Siap menerapkan tips mengelola keuangan UMKM dan bikin bisnismu anti-goyang?