white and black printer paper

Sumber : Unsplash

Tanpa terasa, masa pandemi di Indonesia sudah berlangsung hampir satu tahun lamanya. Bagi teman-teman UKM, kondisi pandemi dengan segala batasan dan aturan PSBB-nya yang tak habis-habis tentu makin terasa melelahkan. Laporan terbaru dari Badan Pembangunan PBB dan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPEM) Universitas Indonesia, 9 dari 10 UMKM di Indonesia mengalami penurunan permintaan produksi selama pandemi COVID-19. Lebih lanjut, lebih dari 80% UMKM mencatat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, dan lebih dari 53% mengalami penurunan aset (Kumparan.com).

Ganasnya pandemi seolah menelan banyak UMKM mentah-mentah. Meski begitu, ada saja beberapa pegiat UKM yang berhasil menemukan jalan dan keluar dengan selamat, lho. Bagaimana cara mereka mengakali segala keterbatasan kala pandemi? Yuk, kita simak artikel Tips Bisnis berikut.


Menyiasati Pandemi dengan Beralih ke Platform Online

Sahabat Wirausaha tentu tahu, bahwa pandemi telah mengubah wajah UMKM Indonesia menjadi murung. Masalah datang bertubi-tubi, mulai dari omzet yang menurun drastis, sulitnya pengiriman pasokan bahan baku, terhambatnya distribusi produk, hingga angka penjualan yang terjun bebas. Meski begitu, beberapa pegiat UMKM berhasil lolos dari kepungan masalah ini dan perlahan bangkit. Lho, kok bisa? Bagaimana caranya?

Salah satu contohnya adalah Sweet Sundae Ice Cream, yang di awal pandemi pendapatan usahanya turun drastis. Di bulan Maret 2020, angka penjualan benar-benar menukik tajam dalam grafik. Pada hari kedua PSBB diterapkan di Yogyakarta, kerugian mereka sudah mencapai 175 juta rupiah. Meski begitu, mereka berhasil bangkit dengan mulai pelan-pelan mengalihkan jual-beli produk ke mitra online, seperti Gojek, Grab, Tokopedia, Shopee dan lainnya. Sebelum pandemi, pesanan yang masuk secara online tidak terlalu banyak. Pelanggan lebih suka membeli es krim dan gelato langsung di tempat penjualannya. Namun sejak pandemi, pesanan lewat Go Food dan GrabFood menjadi sumber pendapatan utama mereka.

Baca Juga : Peluang Pasar Produk Frozen Food

Contoh lainnya adalah Java Group, yang juga menghadapi krisis ini. Java Group merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang Food & Beverages dan saat ini menaungi beberapa merk dagang, seperti Bebek Kanoman, Solopuccino, dan Chicken Day. Merk dagang ini berbentuk usaha restoran, kafe, atau gerai kecil yang sudah mencapai lebih dari 40 gerai dan tersebar di seluruh Indonesia. Di awal pandemi, dampak penerapan PSBB dan lockdown di banyak kota dirasakan langsung oleh usaha retail ini.

Beruntung, Java Group punya kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan internet dan media sosial. Menurut data yang dimilikinya, pengguna internet di Indonesia di tahun 2020 mencapai angka 175,4 juta di mana 160 juta di antaranya merupakan pengguna internet aktif. Hal ini tergolong sangat bagus untuk pertumbuhan sektor perdagangan online di negara kita. Belum lagi, Indonesia juga menempati urutan ketiga (setelah India dan Cina) dalam hal pertumbuhan pengguna internet.

Bagi Java Group yang memiliki usaha retail berbagai jenis makanan, mulai dari bebek penyet, ayam geprek, hingga fried chicken lokal, data-data di atas hanya berarti satu hal. Bahwa sudah saatnya pelan-pelan jalur perdagangan ia alihkan ke ranah distribusi online dan delivery order. Datangnya pandemi mempercepat proses pengalihan ini, dan Java Group “dipaksa” belajar mengenai strategi perdagangan F&B secara online agar usaha retail-nya dapat bertahan. Sistem online order, dikatakannya, merupakan sistem jual-beli yang sekarang tengah berkembang pesat, dan sobat UKM pun harus memanfaatkan hal ini. GrabFood dan Go Food mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya melayani jasa antar makanan, keduanya juga memungkinkan penjual untuk mempromosikan produk dengan cara membuat promo-promo tertentu. Misalnya saja, untuk produknya, Asmui menawarkan promo “Sabtu-Minggu pesan apapun hanya bayar seribu rupiah” untuk pelanggannya.

Baca Juga : Tips Membangun Bisnis Frozen Food Mulai Dari Nol


Menyasar Peluang di Cloud Kitchen dan Frozen Food

Di samping mengedepankan strategi bisnis secara online dan promosi, Java Group juga mampu bertahan dengan menerapkan konsep Cloud Kitchen, yang berbasis central kitchen management. Bagaimana cara kerjanya? Sederhana saja, ruang yang tadinya untuk tempat makan pengunjung, diubah menjadi mini-outlet yang menjual frozen food secara online, lewat e-commerce ataupun lewat delivery order. Frozen food yang dijual merupakan multiproduk, mulai dari bebek penyet dan goreng beku, ayam geprek beku, bakso dan otak-otak beku, dan banyak lainnya. Outlet-outlet ini khusus ditempatkan di kota-kota besar yang memang memiliki layanan serta jaringan mitra GoFood dan GrabFood yang luas. Model bisnis makanan ini hanya memerlukan satu ruangan sebagai gerai, dengan satu staf dan satu koki berpengalaman.

Cloud Kitchen, alias ghost kitchen, memang belakangan dianggap sebagai solusi para pebisnis kuliner dalam menghadapi pandemi. Banyak restoran yang mulai menerapkan konsep ini untuk menekan biaya operasional, lantaran mereka tak perlu menyewa tempat makan untuk pengunjung dan hanya melayani delivery order (Kumparan.com). Umumnya, dalam satu Cloud Kitchen bisa ada satu hingga beberapa merk makanan yang berbeda. Konsep ini juga dianggap lebih praktis dibandingkan restoran konvensional. Pasalnya, proses pemesanan, pembuatan, dan pengantaran makanan ke pelanggan jadi relatif lebih singkat (Kompas.com). Hal terpenting dalam menjalankan konsep ini adalah mengontrol stok bahan baku secara berkala, menjaga kebersihan gerai, dan menerapkan sistem kasir online dengan memanfaatkan dompet digital.

Meskipun awalnya sempat jatuh saat menghadapi pandemi, terdapat dua ilmu baru, yaitu mengelola promosi serta penjualan produk secara online dan mengelola bisnis frozen food. Banyak gerai retail-nya yang tersebar di lima pulau kemudian berubah jadi pabrik frozen food. Dan ia sudah berniat untuk tetap melanjutkan bisnis ini meskipun pandemi sudah usai nantinya.

Baca Juga : Percepat Pertumbuhan UMKM Kuliner Dengan Cloud Kitchen


Mitigasi Risiko Dagang Bersama Asuransi

Selain menyiasati pandemi dengan mengalihkan penjualan produk ke platform online, teman-teman juga bisa mengelola manajemen risiko untuk perusahaan. Risiko yang dimaksud di sini adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki dan umumnya dapat menimbulkan kerugian ekonomi pada perusahaan. Sobat UKM tentunya sama-sama tahu bahwa pandemi membuat keadaan usaha kita terpuruk. Melihat kondisi ini, teman-teman tentu tidak mau mengalami bencana lain dan memperparah keadaan sekarang. Misalnya saja, kurir mengalami kecelakaan, gerai atau toko mengalami musibah, atau terkena dampak banjir, gunung meletus, dan bencana alam lainnya. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula, siapa sih yang mau? Sudah pasti semuanya ogah.

Kejadian seperti itu bisa dihindari jika perusahaan kita memiliki pengelolaan risiko yang baik. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan memindahkan risiko ke lembaga asuransi. Pelaku usaha dapat mengurus perpindahan risiko usaha mereka kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Risiko yang bisa diasuransikan tergolong cukup banyak dan melingkupi berbagai sektor usaha. Mulai dari risiko kerusakan mobil atau alat angkut perusahaan akibat kecelakaan, risiko kebakaran yang terjadi pada ruko, gerai, restoran, atau tempat usaha lainnya akibat hubungan arus pendek listrik, risiko cacat akibat kecelakaan kendaraan bermotor, hingga risiko kerugian atas rusak atau hilangnya produk dan paket yang kita kirimkan lewat jasa delivery.

Meski begitu, menurut Husnul, masih banyak pengusaha kecil dan menengah yang menolak menggunakan jasa asuransi. Jumlah masyarakat yang memiliki asuransi di Indonesia juga masih tergolong rendah karena di negara ini memiliki asuransi sifatnya masih sukarela. Berbeda dengan Malaysia yang memang dari pemerintahnya sudah mengeluarkan regulasi untuk mewajibkan asuransi. Sebagai perbandingan, tingkat penetrasi asuransi kita ada di angka 3%. Berbeda jauh dengan Malaysia yang sudah mencapai lebih dari 50 persen.

Baca Juga : Naruna Ceramic, Strategi Survive di Saat Pandemi

Padahal, asuransi di Indonesia sudah memiliki banyak layanan yang bisa mengakomodir manajemen risiko hampir di setiap aspek kehidupan. Termasuk salah satunya dalam lingkup perdagangan, pengiriman barang, produksi, dan UMKM. Husnul memberi contoh beragamnya layanan di Asuransi Jasindo bagi para pelaku UMKM, seperti :

  1. Asuransi Kargo, untuk sobat UKM yang menawarkan pengiriman produk hingga ke seluruh Indonesia, asuransi kargo menyediakan layanan untuk risiko kerusakan dan kehilangan barang.
  2. Asuransi Kebakaran, untuk rumah tinggal, kantor, pabrik, ruko, gudang, tempat produksi, dan bangunan lainnya.
  3. Asuransi untuk Jaminan Banjir dan Gempa Bumi (dan bencana alam lainnya), untuk menanggung kerusakan yang disebabkan bencana alam. Khusus asuransi ini, Jasindo memberikan tarif premi yang berbeda-beda untuk beberapa daerah di Indonesia, tergantung dengan seberapa rawannya tingkat kejadian bencana di daerah tersebut.
  4. Asuransi Kendaraan Bermotor, yang bisa menanggung kerusakan akibat benturan, tabrakan, gesekan, bahkan sampai dengan menangani tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang terlibat kecelakaan (alias korban, jika ada).
  5. Asuransi Ternak, adalah layanan terbaru Jasindo yang menangani kerugian peternak jika ternaknya sakit, mengalami kecelakaan, atau dicuri.

Dengan meluasnya layanan yang dihadirkan asuransi seperti ini, tentu diharapkan sobat UKM sekalian tidak ragu lagi dan lebih memahami manfaat dari mengasuransikan aset, bangunan, produk, dan pekerja kita.

Selain itu, sobat UKM juga diharapkan bisa lebih tangguh dan cerdas dalam menghadapi pandemi dengan menerapkan pengalaman-pengalaman pebisnis lain yang telah diceritakan di atas. Dengan bertambahnya pengetahuan melalui pengalaman para pembicara, sobat UKM tentunya akan makin mahir dalam membangun jaringan distribusi. Sebab sudah saatnya UKM naik kelas!

Jika masih bingung, yuk kita simak Webinarnya di Bincang Bisnis

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.


Baca Juga : Perspektif Gender Dari Hasil Survei Pedagang Online Selama Pandemi COVID-19