
Perubahan demografi sering kali berjalan perlahan, tetapi dampaknya menentukan arah ekonomi jangka panjang. Indonesia kini memasuki fase penting menuju masyarakat menua. Peningkatan usia harapan hidup, perbaikan kualitas kesehatan, serta perubahan struktur keluarga membuat jumlah penduduk lanjut usia terus bertambah dari tahun ke tahun. Kelompok ini tidak lagi berada di pinggir pasar, melainkan mulai membentuk arus permintaan yang semakin nyata.
Fenomena ini dikenal sebagai silver economy, yakni aktivitas ekonomi yang digerakkan oleh kebutuhan dan daya beli penduduk usia lanjut. Namun silver economy hari ini tidak lagi dapat dipahami sekadar sebagai isu kesejahteraan sosial. Ia telah berkembang menjadi ruang peluang ekonomi dan inovasi, termasuk bagi pelaku UMKM.
Silver Economy dalam Arah Kebijakan Nasional
Pemerintah mulai menempatkan silver economy sebagai bagian dari agenda pembangunan jangka panjang. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menegaskan bahwa dalam silver economy, kebutuhan lansia yang semakin spesifik—seperti alat bantu kesehatan, terapi rehabilitasi, hingga layanan publik yang ramah lansia—membuka potensi besar bagi investasi dan inovasi.
Penegasan ini mengubah cara pandang terhadap pasar lansia. Lansia tidak lagi diposisikan semata sebagai kelompok yang membutuhkan bantuan, tetapi sebagai penggerak permintaan baru dengan kebutuhan yang jelas, berulang, dan relatif stabil. Bagi UMKM, arah kebijakan ini memberi sinyal bahwa peluang tidak hanya berada di sektor besar, tetapi juga di solusi-solusi keseharian yang dekat dengan kehidupan lansia.
Lansia Modern: Pasar yang Membesar dan Hidup Lebih Lama
Pertumbuhan silver economy di Indonesia didorong oleh dua faktor utama: jumlah lansia yang meningkat dan usia hidup yang semakin panjang. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa pada 2045 jumlah penduduk lansia Indonesia akan mencapai 65,82 juta orang atau sekitar 20,31 persen dari total populasi. Artinya, satu dari lima penduduk Indonesia adalah lansia.
Fenomena ini diperkuat oleh meningkatnya angka harapan hidup. Pada 2024, usia harapan hidup masyarakat Indonesia tercatat mencapai 72,39 tahun, meningkat dibanding periode sebelumnya yang masih berada di kisaran awal 70 tahun. Kenaikan ini menunjukkan bahwa lansia tidak hanya bertambah jumlahnya, tetapi juga menjalani fase hidup yang lebih panjang dan relatif aktif.
Bagi dunia usaha, ini berarti lansia tetap menjadi konsumen dalam jangka waktu lama, dengan kebutuhan yang berkembang seiring bertambahnya usia.
Baca juga: 7 Ide Bisnis Lansia yang Ingin Tetap Produktif dan Berpenghasilan di Hari Tua
Dari Konsumen Umum ke Kebutuhan Spesifik Lansia
Perbedaan utama silver economy dengan pasar konsumen lain terletak pada kekhasan kebutuhannya. Lansia modern masih ingin hidup mandiri, tetapi menghadapi perubahan fisik, kesehatan, dan mobilitas. Dari sinilah muncul kebutuhan yang semakin spesifik dan berulang.
Kebutuhan tersebut mencakup alat bantu kesehatan sederhana, layanan rehabilitasi ringan, makanan dengan perhatian khusus, jasa antar, transportasi lokal yang aman, hingga modifikasi hunian skala kecil agar lebih ramah lansia. Sebagian besar kebutuhan ini justru berada di ruang keseharian—wilayah di mana UMKM memiliki keunggulan alami berupa kedekatan, fleksibilitas, dan pendekatan personal.
Alih-alih bersaing di sektor besar, UMKM dapat tumbuh dengan menyediakan solusi fungsional yang membantu lansia menjalani hidup dengan lebih nyaman dan bermartabat.
Contoh Praktik: Peluang Nyata UMKM di Silver Economy
Di tingkat praktis, melayani pasar lansia modern tidak selalu membutuhkan teknologi tinggi atau investasi besar. Banyak peluang yang dapat dimulai dari penyesuaian sederhana namun konsisten.
UMKM kuliner, misalnya, dapat mengembangkan menu yang mudah dikunyah, rendah gula atau garam, disertai layanan antar yang terjadwal. UMKM retail atau apotek kecil dapat menyediakan alat bantu ringan seperti tongkat ergonomis, kursi mandi, atau pegangan tambahan, sekaligus memberi penjelasan produk dengan sabar dan jelas.
Di sektor jasa, peluang terbuka pada layanan terapi ringan di rumah, pendamping aktivitas harian, hingga transportasi lokal yang ramah lansia. Bahkan UMKM jasa bangunan skala kecil dapat mengambil peran melalui modifikasi rumah sederhana, seperti pemasangan lantai anti-slip atau pegangan di kamar mandi.
Baca juga: Snacking Economy Menguat: Peluang Bisnis Camilan UMKM di Pasar yang Tumbuh
Daycare Lansia: Potensi Besar yang Mulai Tumbuh
Salah satu peluang yang semakin relevan dalam silver economy adalah daycare lansia. Layanan ini ditujukan bagi lansia yang masih relatif mandiri, tetapi membutuhkan pendampingan, aktivitas terarah, dan pengawasan ringan selama jam tertentu dalam sehari.
Daycare lansia berbeda dengan panti jompo. Fokusnya bukan pada perawatan jangka panjang, melainkan pada pendampingan harian, aktivitas sosial, stimulasi ringan, serta menjaga rutinitas lansia tetap aktif dan aman. Layanan ini menjawab kebutuhan keluarga perkotaan—terutama sandwich generation—yang seluruh anggotanya bekerja, namun tetap ingin memastikan orang tua mereka berada di lingkungan yang aman dan manusiawi.
Geliat bisnis layanan lansia ini juga tercermin di lapangan. Sejumlah laporan media mencatat bahwa layanan seperti daycare lansia, pendamping harian, dan home care ringan mulai berkembang seiring meningkatnya populasi lansia dan perubahan pola keluarga. Menariknya, keputusan menggunakan layanan ini sering kali datang dari keluarga, bukan dari lansia itu sendiri. Bagi UMKM, ini berarti strategi usaha perlu menjangkau dua pihak sekaligus: lansia sebagai pengguna dan keluarga sebagai pengambil keputusan.
Pengalaman, Kepercayaan, dan Relasi Jangka Panjang
Meski berangkat dari kebutuhan fungsional, pengalaman tetap memegang peran penting. Lansia modern cenderung menghargai layanan yang tenang, jelas, dan tidak tergesa-gesa. Cara berkomunikasi, kesabaran dalam menjelaskan, serta konsistensi layanan sering kali lebih menentukan daripada promosi agresif.
Dalam konteks ini, kepercayaan menjadi aset utama. Ketika UMKM mampu menghadirkan pengalaman yang aman dan dapat diprediksi, hubungan dengan pelanggan lansia berkembang menjadi relasi jangka panjang. Stabilitas inilah yang membuat pasar lansia relatif tahan terhadap fluktuasi tren.
Baca juga: Tren Quiet Luxury Meningkat: Peluang UMKM Menawarkan Produk Sederhana Berkualitas Tinggi
Budaya Usaha yang Ramah Lansia
Melayani pasar lansia modern menuntut perubahan cara pandang. Lansia tidak ingin diperlakukan sebagai kelompok pasif, rentan atau bergantung, melainkan sebagai individu yang tetap mandiri dan berhak atas pilihan.
Dalam praktik UMKM, budaya usaha yang ramah lansia tercermin dari kesabaran, kejelasan komunikasi, dan sikap yang konsisten. Ketika nilai-nilai ini diterapkan secara nyata, keterikatan emosional tumbuh secara alami dan berubah menjadi loyalitas jangka panjang.
Silver Economy sebagai Jalan Tumbuh UMKM
Silver economy bukan tren sesaat, melainkan konsekuensi dari perubahan demografi yang tidak terelakkan. Dengan jumlah lansia yang semakin besar dan usia hidup yang semakin panjang, kebutuhan spesifik lansia akan terus berkembang.
Bagi UMKM, peluang terletak pada keberanian membaca perubahan ini lebih awal. Dengan menghadirkan solusi fungsional, layanan yang manusiawi, serta pendekatan yang inklusif, UMKM dapat tumbuh bersama pasar lansia modern—pasar yang stabil, berkelanjutan, dan semakin penting bagi ekonomi Indonesia.
Jika artikel ini bermanfaat, mohon berkenan bantu kami sebarkan pengetahuan dengan membagikan tautan artikelnya, ya!
Bagi Sahabat Wirausaha yang ingin bergabung dengan Komunitas UMKM di bawah naungan kami di UKMIndonesia.id - yuk gabung dan daftar jadi anggota komunitas kami di ukmindonesia.id/registrasi. Berkomunitas bisa bantu kita lebih siap untuk naik kelas!
Referensi
- Badan Pusat Statistik (BPS). Proyeksi Penduduk Indonesia 2020–2045. https://www.bps.go.id/id/publication/2023/06/30/proyeksi-penduduk-indonesia-2020-2045.html
- Badan Pusat Statistik (BPS). Angka Harapan Hidup Indonesia. https://www.bps.go.id/indicator/40/492/1/angka-harapan-hidup.html
- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Pengembangan Silver Economy dan Tantangan Penuaan Penduduk. https://www.kemenkopmk.go.id/silver-economy-dan-tantangan-penuaan-penduduk
- Kumparan Bisnis. Geliat Bisnis Layanan Lansia di Tengah Gelombang Ageing Population. https://kumparan.com/kumparanbisnis/geliat-bisnis-layanan-lansia-di-tengah-gelombang-ageing-population-25s1V2goHZN
- Kumparan Bisnis. Peluang Silver Economy di Tengah Ledakan Populasi Lansia Indonesia pada 2045. https://kumparan.com/kumparanbisnis/peluang-silver-economy-di-tengah-ledakan-populasi-lansia-indonesia-pada-2045-25s2qeUlYx4
- Kompas.id. Konsumen Lansia, Target Baru Pertumbuhan Ekonomi China. https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/06/12/konsumen-lansia-target-baru-pertumbuhan-ekonomi-china
- Geriatri Indonesia. Silver Economy: Lansia sebagai Pilar Baru Pembangunan Ekonomi Indonesia. https://www.geriatri.co.id/artikel/2943/silver-economy-lansia-sebagai-pilar-baru-pembangunan-ekonomi-indonesia









