Apa Itu Due Diligence  Membeli bisnis tanpa melakukan Due Diligence ibarat membeli rumah tanpa melihat kondisi bangunannya — berisiko dan penuh kejutan. Bagi para pelaku bisnis, memahami apa itu Due Diligence adalah kunci untuk menghindari investasi yang salah, melindungi modal, dan memastikan keputusan bisnis didasarkan pada data yang akurat.

Mulai dari menilai kesehatan finansial perusahaan hingga memastikan kepatuhan hukum, Due Diligence adalah proses wajib sebelum menekan tombol "beli" dalam dunia bisnis. Jadi, apa saja yang perlu dipahami sebelum melangkah lebih jauh? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.


Apa Itu Due Diligence dalam Bisnis dan Ekonomi?

Ketika berbicara tentang investasi, akuisisi, atau bahkan merger perusahaan, istilah Due Diligence sering muncul sebagai langkah penting yang tidak boleh diabaikan. Tapi, apa itu Due Diligence sebenarnya? Secara sederhana, Due Diligence adalah proses investigasi atau audit menyeluruh yang dilakukan untuk menilai kelayakan dan risiko suatu bisnis sebelum membuat keputusan penting, seperti membeli perusahaan, berinvestasi dalam startup, atau menandatangani perjanjian kerjasama.

Ibarat membeli rumah, kita tentu tidak ingin langsung menandatangani kontrak tanpa memeriksa kondisi bangunan, lokasi, dan legalitasnya, bukan? Begitu juga dengan bisnis. Melakukan Due Diligence membantu perusahaan atau investor memahami aset, kewajiban, kinerja finansial, serta potensi risiko yang mungkin tersembunyi di balik laporan keuangan yang terlihat menggiurkan.

Baca Juga: Apa Itu Bank Sentral: Peran, Fungsi, dan Dampaknya dalam Dunia Ekonomi


Asal-Usul dan Pentingnya Due Diligence

Istilah Due Diligence pertama kali diperkenalkan dalam konteks hukum sekuritas Amerika Serikat melalui Securities Act of 1933. Regulasi ini mewajibkan penjamin emisi (underwriter) untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap informasi yang disajikan perusahaan sebelum menerbitkan sekuritas kepada publik. Dengan begitu, investor mendapatkan informasi yang akurat dan transparan sebelum mengambil keputusan investasi.

Dalam konteks modern, apa itu Due Diligence telah berkembang melampaui sekadar persyaratan hukum. Ini menjadi praktik bisnis standar yang diterapkan di berbagai industri, termasuk perbankan, investasi, real estate, hingga merger dan akuisisi (M&A). Dengan melakukan Due Diligence, perusahaan dapat meminimalkan risiko, mencegah potensi kerugian, dan memastikan keputusan bisnis mereka didasarkan pada data yang akurat.


Ragam Tipe Due Diligence

Ada beberapa jenis Due Diligence yang biasanya dilakukan dalam bisnis, tergantung pada tujuan dan konteks transaksi. Masing-masing jenis ini memiliki fokus yang berbeda, namun saling melengkapi untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi bisnis yang akan diinvestasikan atau diakuisisi:

  1. Financial Due Diligence
    Fokus utama dari Financial Due Diligence adalah menilai kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Tipe ini mencakup pemeriksaan laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi, arus kas, serta struktur modal perusahaan. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa angka yang disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan kenyataan, serta mengidentifikasi potensi risiko finansial.

    Contoh:
    Ketika Grab mengakuisisi OVO pada tahun 2021, mereka perlu memastikan bahwa OVO memiliki arus kas yang kuat, struktur utang yang sehat, serta profitabilitas yang stabil sebelum menandatangani kesepakatan. Jika ditemukan utang tersembunyi atau masalah keuangan lain, hal ini bisa mempengaruhi nilai akuisisi dan strategi bisnis jangka panjang.

    Bagi UMKM,
    Financial Due Diligence bisa berarti pemeriksaan apakah calon pemasok memiliki kondisi keuangan yang stabil sebelum menjalin kemitraan, atau apakah calon investor memiliki kapasitas finansial untuk mendukung ekspansi bisnis.

  2. Legal Due Diligence
    Ini melibatkan pemeriksaan aspek hukum perusahaan, termasuk izin usaha, kontrak, hak kekayaan intelektual, serta potensi litigasi atau tuntutan hukum yang sedang berjalan. Legal Due Diligence bertujuan untuk memastikan bahwa bisnis yang akan diakuisisi atau diinvestasikan memiliki kepatuhan hukum yang baik dan bebas dari risiko hukum yang bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

    Contoh:
    Ketika GoJek berencana memperluas operasinya ke berbagai negara di Asia Tenggara, mereka harus memastikan bahwa perusahaan lokal yang mereka akuisisi memiliki izin operasional yang lengkap, tidak terlibat dalam sengketa hukum, serta memiliki perlindungan hak cipta atas teknologi atau platform yang mereka gunakan.

    Untuk UMKM, ini bisa berupa memastikan bahwa merek dagang yang akan dibeli sudah terdaftar secara resmi dan bebas dari sengketa hukum. Misalnya, sebelum membeli bisnis waralaba makanan, calon pembeli perlu memastikan bahwa merek tersebut tidak sedang terlibat kasus pelanggaran hak cipta atau merek dagang.

  3. Operational Due Diligence
    Operational Due Diligence menilai efisiensi operasional, struktur organisasi, rantai pasok, kapasitas produksi, serta proses bisnis secara keseluruhan. Ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan mendukung strategi bisnis jangka panjang.

    Contoh:
    Saat Unilever mengakuisisi pabrik baru di Indonesia, mereka perlu memastikan bahwa fasilitas produksi yang akan mereka tempati di negara kita memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar, serta mematuhi standar kualitas dan efisiensi operasional yang ketat. Jika ditemukan masalah seperti mesin yang usang atau proses produksi yang tidak efisien, ini bisa mempengaruhi nilai akuisisi.

    Bagi UMKM, jenis ini bisa berupa penilaian apakah pemasok memiliki kapasitas untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar tanpa mengorbankan kualitas produk. Misalnya, sebuah bisnis kopi lokal yang ingin memperluas ekspornya harus memastikan bahwa pemasok biji kopi memiliki kapasitas produksi yang konsisten dan berkualitas.

  4. Commercial Due Diligence
    Commercial Due Diligence fokus pada analisis pasar, posisi kompetitif, tren industri, serta prospek pertumbuhan bisnis. Ini penting untuk memahami apakah produk atau layanan perusahaan memiliki potensi untuk berkembang dalam jangka panjang.

    Contoh:
     Ketika Tokopedia dan Gojek bergabung untuk membentuk GoTo pada tahun 2021, mereka melakukan Commercial Due Diligence untuk memastikan bahwa kedua perusahaan memiliki sinergi yang kuat dalam hal basis pelanggan, strategi pemasaran, serta peluang ekspansi pasar.

    Untuk UMKM, ini bisa berupa menganalisis apakah produk yang akan dijual memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar lokal atau internasional. Misalnya, sebelum memperluas bisnis makanan beku ke luar negeri, pemilik usaha harus memastikan bahwa produknya sesuai dengan selera pasar target dan memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan.

  5. Environmental Due Diligence
    Ini sangat penting dalam industri seperti pertambangan, energi, atau manufaktur yang berpotensi memiliki dampak lingkungan signifikan. Pemeriksaan ini memastikan bahwa perusahaan mematuhi peraturan lingkungan dan tidak memiliki risiko terkait pencemaran atau kerusakan lingkungan.

    Contoh:
    Saat perusahaan Freeport-McMoRan memperbarui kontraknya dengan pemerintah Indonesia untuk mengoperasikan tambang Grasberg, perusahaan harus memastikan bahwa operasionalnya mematuhi standar lingkungan yang ketat, termasuk pengelolaan limbah dan perlindungan ekosistem.

    Untuk UMKM, ini bisa berarti memastikan bahwa pabrik atau tempat produksi tidak menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan, seperti polusi udara atau air, yang bisa berdampak pada reputasi bisnis di kemudian hari.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


Contoh Penerapan Due Diligence untuk UMKM atau Perusahaan Lokal Indonesia

Selain perusahaan besar, Due Diligence juga penting untuk UMKM atau bisnis lokal di Indonesia. Misalnya:

  • Akuisisi Warung Kopi Lokal
    Sebelum membeli jaringan warung kopi lokal, calon investor harus memastikan bahwa bisnis tersebut memiliki arus kas yang stabil, lokasi yang strategis, serta izin usaha yang lengkap. Mereka juga perlu memeriksa apakah pemasok biji kopi memiliki kualitas yang konsisten dan hubungan yang baik dengan petani kopi lokal.

  • Franchise Makanan Tradisional
    Saat mempertimbangkan untuk membeli franchise makanan seperti ayam geprek atau sate taichan, calon pembeli harus melakukan Due Diligence untuk menilai profitabilitas, reputasi merek, serta potensi pertumbuhan bisnis di berbagai lokasi.

Baca Juga: Apa itu Tokenisasi? Ketika Data dan Aset Dimanfaatkan Menjadi Sistem dalam Bisnis


Pentingnya Due Diligence untuk UMKM

Meskipun sering dikaitkan dengan perusahaan besar, Due Diligence juga penting untuk usaha kecil dan menengah (UMKM). Misalnya, sebelum bermitra dengan pemasok atau investor, pemilik UMKM harus memastikan bahwa calon mitra mereka memiliki reputasi baik, kondisi keuangan stabil, dan tidak memiliki catatan hukum yang mencurigakan.

Jadi, apa itu Due Diligence? Ini adalah proses krusial yang membantu bisnis dan investor memahami risiko serta potensi keuntungan sebelum membuat keputusan besar. Tanpa Due Diligence, bisnis berisiko menghadapi kejutan yang bisa merugikan finansial dan reputasi mereka di kemudian hari.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.

Referensi:

  1. Harvard Law School. (2025). Due Diligence in Mergers and Acquisitions. Diakses dari law.harvard.edu
  2. Investopedia. (2025). What is Due Diligence?. Diakses dari investopedia.com
  3. Securities and Exchange Commission (SEC). (2025). Guidelines on Corporate Due Diligence. Diakses dari sec.gov