Sebagai pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), menjaga kesehatan finansial bisnis adalah prioritas utama. Salah satu aspek paling penting dalam hal ini adalah kemampuan mengelola arus kas. Arus kas yang lancar ibarat aliran darah dalam tubuh bisnismu, tanpanya, operasional bisa terhambat, pertumbuhan melambat, bahkan kelangsungan usaha terancam.
Mengelola arus kas bukan sekadar mencatat uang masuk dan keluar, melainkan sebuah strategi untuk memastikan bisnis memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajiban dan berinvestasi untuk masa depan.
1. Buat dan Disiplin pada Budget Bisnis
Memiliki budget yang jelas adalah langkah awal yang fundamental dalam mengelola arus kas. Budget berfungsi sebagai peta jalan keuangan, membantu kamu mengantisipasi pendapatan dan merencanakan pengeluaran. Mulailah dengan membuat daftar estimasi semua sumber pendapatan bisnis.
Selanjutnya, catat semua perkiraan pengeluaran, baik yang bersifat tetap seperti sewa tempat dan gaji, maupun biaya variabel seperti pembelian bahan baku dan biaya pemasaran. Alokasikan dana secara bijak untuk setiap pos pengeluaran. Yang tidak kalah penting, disiplinlah untuk mematuhi budget yang sudah dibuat.
Tinjau budget secara berkala, misalnya bulanan, untuk melihat apakah ada penyimpangan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan. Dengan budget yang terkontrol, kamu bisa lebih mudah mengidentifikasi area pemborosan dan memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan nilai optimal, sehingga mengelola arus kas menjadi lebih terarah.
Baca Juga: 10 Tips Mengelola Arus Kas Usaha Agar Tidak Boncos
2. Pahami Siklus Arus Kas
Setiap bisnis memiliki siklus arus kas yang unik, yaitu periode waktu antara pengeluaran kas untuk operasional (misalnya pembelian bahan baku) hingga penerimaan kas dari penjualan produk atau jasa. Memahami siklus ini secara mendalam adalah kunci untuk mengelola arus kas secara proaktif.
Coba identifikasi berapa lama waktu yang dibutuhkan dari kamu membeli persediaan, mengolahnya (jika bisnis manufaktur), menjualnya, hingga akhirnya menerima pembayaran dari pelanggan.
UMKM di sektor jasa mungkin memiliki siklus yang lebih pendek dibandingkan UMKM yang menjual produk fisik. Dengan mengetahui durasi siklus ini, kamu bisa memperkirakan kapan kas akan masuk dan kapan akan membutuhkan dana untuk operasional.
Pemahaman ini membantu Sahabat Wirausaha mengantisipasi potensi kekurangan kas dan mengambil tindakan pencegahan, seperti mencari pendanaan jangka pendek atau menunda pengeluaran yang tidak mendesak.
3. Kelola Piutang Usaha dengan Cermat
Piutang usaha adalah uang yang seharusnya kamu terima dari pelanggan atas barang atau jasa yang sudah diberikan namun belum dibayar. Pengelolaan piutang yang buruk seringkali menjadi biang keladi masalah dalam mengelola arus kas UMKM.
Piutang yang macet berarti kas Sahabat Wirausaha tertahan di tangan pelanggan. Untuk itu, terapkan strategi penagihan yang efisien. Mulai dari awal, tetapkan syarat dan batas waktu pembayaran yang jelas pada setiap faktur.
Kirimkan pengingat (reminder) pembayaran secara sopan namun tegas beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal jatuh tempo. Pertimbangkan untuk menawarkan diskon kecil bagi pelanggan yang membayar lebih awal.
Sediakan berbagai opsi pembayaran yang memudahkan pelanggan. Dengan pengelolaan piutang yang cermat, kamu bisa mempercepat penerimaan kas, mengurangi risiko piutang tak tertagih, dan menjaga arus kas masuk tetap stabil.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
4. Atur Utang Usaha dengan Bijak
Utang bisa menjadi alat yang berguna untuk mengembangkan bisnis, misalnya untuk ekspansi atau pembelian aset produktif. Namun, jika tidak dikelola dengan bijak, utang justru bisa menjadi beban berat yang mengganggu upaya kamu.
Sebelum memutuskan untuk berhutang, lakukan analisis yang cermat apakah utang tersebut benar-benar dibutuhkan dan apakah bisnis Sahabat Wirausaha mampu membayarnya kembali. Pilih sumber pendanaan dengan bunga dan persyaratan yang paling terjangkau.
Sebisa mungkin, negosiasikan syarat pembayaran utang yang lebih ringan, seperti tenor yang lebih panjang atau cicilan yang disesuaikan dengan kemampuan arus kas bisnis. Selalu prioritaskan pembayaran utang yang memiliki bunga tinggi untuk mengurangi beban keuangan. Mengelola arus kas dengan baik juga berarti mengelola utang secara bertanggung jawab agar tidak menggerogoti profitabilitas dan likuiditas bisnismu.
5. Tingkatkan Penjualan Namun Tetap Perhatikan Margin Keuntungan
Salah satu cara paling langsung untuk memperbaiki kondisi arus kas adalah dengan meningkatkan pemasukan melalui penjualan. Namun, penting untuk diingat bahwa peningkatan volume penjualan tidak selalu berarti peningkatan kas yang sehat jika tidak diimbangi dengan margin keuntungan (profit margin) yang baik.
Jangan terjebak dalam perang harga yang mengorbankan margin kamu hanya demi mengejar omzet. Fokuslah pada strategi peningkatan penjualan yang berkelanjutan, seperti melakukan inovasi produk agar lebih menarik, meningkatkan kualitas layanan pelanggan, atau memanfaatkan strategi pemasaran digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Pastikan Sahabat Wirausaha sudah menghitung harga pokok penjualan (HPP) dengan benar sehingga harga jual yang ditetapkan bisa memberikan margin yang cukup. Dengan margin keuntungan yang sehat, setiap peningkatan penjualan akan memberikan kontribusi yang lebih penting pada arus kas masuk, mendukung upaya mengelola arus kas yang lebih kuat.
6. Lakukan Efisiensi Biaya Operasional Secara Berkala
Selain fokus pada peningkatan pendapatan, mengelola arus kas yang efisien juga melibatkan pengendalian biaya. Lakukan evaluasi rutin terhadap semua biaya operasional bisnis untuk mengidentifikasi area-area di mana penghematan bisa dilakukan tanpa mengorbankan kualitas produk atau layanan.
Misalnya, kamu bisa mencari supplier bahan baku yang menawarkan harga lebih terjangkau namun dengan kualitas yang setara, atau negosiasi ulang kontrak dengan vendor. Perhatikan juga pengeluaran kecil yang sering terabaikan namun jika diakumulasikan jumlahnya bisa jadi penting, seperti biaya listrik, air, atau alat tulis kantor.
Terapkan budaya hemat di lingkungan kerja. Setiap penghematan yang berhasil kamu lakukan akan secara langsung menambah ketersediaan kas dan membuat proses mengelola cash flow menjadi lebih ringan dan sehat.
Baca Juga: 7 Kesalahan Umum Manajemen Stok Barang dan Solusinya
7. Siapkan Dana Darurat untuk Keperluan Mendesak
Dalam menjalankan bisnis, selalu ada kemungkinan terjadinya hal-hal tak terduga yang membutuhkan pengeluaran kas segera, misalnya kerusakan peralatan penting, penurunan penjualan drastis akibat faktor eksternal, atau kebutuhan mendesak lainnya.
Ketiadaan dana darurat bisa memaksa kamu mengambil keputusan finansial yang buruk, seperti menggunakan kas operasional atau mengambil utang dengan bunga tinggi. Oleh karena itu, menyisihkan dana darurat adalah bagian penting dari strategi mengelola arus kas yang bijak.
Idealnya, UMKM memiliki dana darurat yang bisa menutupi biaya operasional selama 3 hingga 6 bulan. Mulailah membangun dana darurat ini secara bertahap dengan menyisihkan sebagian kecil dari keuntungan setiap bulan. Simpan dana darurat di rekening terpisah yang mudah diakses namun tidak tercampur dengan rekening operasional.
Mengelola arus kas adalah sebuah seni sekaligus ilmu yang membutuhkan perhatian dan kedisiplinan berkelanjutan. Ingatlah bahwa arus kas yang sehat adalah kunci utama agar bisnis tidak hanya bertahan menghadapi tantangan, tetapi juga terus bertumbuh dan meraih kesuksesan yang dicita-citakan.
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.