Peluang Ekspor Tas Eceng Gondok – Sahabat Wirausaha, apa yang terlintas di benak kalian jika berbicara soal eceng gondok? Apakah cuma sebatas tumbuhan air mengapung? Atau mungkin tumbuhan jenis gulma yang umumnya keberadaannya merugikan habitat di sekitarnya?

Apalagi hampir setiap tahunnya eceng gondok kerap muncul dalam pemberitaan mengenai pertumbuhan masif yang sampai memenuhi sumber-sumber air masyarakat seperti di rawa pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Dalam berita yang dirilis Kompas, peningkatan eceng gondok terutama di setiap musim penghujan itu sampai menghambat aliran air rawa pening menuju sungai tuntang. Lantaran mengganggu pasokan air ke lingkungan di sekitarnya, masyarakat pun bergotong royong memangkas eceng gondok sehingga membuat tumbuhan itu dianggap mengganggu. Padahal, peluang ekspor tas eceng gondok sangat menjanjikan dan terbuka lebar. Apakah itu benar? Simak terus ulasannya dalam artikel berikut ini.


Kenalan dengan Eceng Gondok

foto: Ries Bosch/UNSPLASH

Sebelum membahas lebih lanjut soal seperti apa sih peluang ekspor tas eceng gondok asal Indonesia? Ada baiknya kalau Sahabat Wirausaha paham terlebih dulu soal tumbuhan air bernama latin pontederia crassipes ini.

Jika kalian mengenalnya sebagai eceng gondok, masyarakat di daerah Palembang lebih sering menyebutnya sebagai kelipuk, atau ringgak di area Lampung. Di pulau seberang seperti Kalimantan, suku Dayak mengenal eceng gondok sebagai ilung-ilung sedangkan warga Manado sebagai tumpe.

Baca Juga: Dari Importir Menjadi Produsen Global, Potensi Bisnis Tas Tangan Berbahan Tekstil dari Indonesia

Kecepatan pertumbuhannya yang sangat tinggi bahkan mudah menyebar lewat saluran air ke badan air, membuat keberadaan eceng gondok di seluruh dunia dianggap perusak lingkungan perairan. Namun tak hanya itu saja dampak negatif dari keberadaan eceng gondok, karena tumbuhan yang satu ini bisa memicu terjadinya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya kandungan air lewat daun tanaman), sampai turunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air, lantaran daun-daun eceng gondok berukuran lebar.

Belum lagi saat eceng-eceng gondok sudah layu dan mati, akan mengendap ke dasar perairan yang mempercepat proses pendangkalan. Namun Sahabat Wirausaha tak bisa memandang tanaman ini dari sisi negatif semata, karena eceng gondok berperan dalam menangkap polutan logam berat, hingga menyerap residu pestisida. Hal inilah yang akhirnya membuat keberadaan eceng gondok tak selamanya mengganggu, tapi memang populasinya di badan air haruslah dikendalikan.

Pengendalian inilah yang dilakukan sejumlah warga Dusun Gondangsari, Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru yang memang tinggal di sekitar rawa pening. Ada ribuan petani eceng gondok di danau tersebut yang menjual ikatan-ikatan besar eceng gondok basah ke pengepul, dengan harga Rp12 ribu per ikat (berat rata-rata 50 kilogram). Sedangkan untuk eceng-eceng gondok kering dijual Rp5-6 juta per ton, seperti dikutip dari website resmi pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Eceng-eceng gondok kering yang dibeli oleh pengepul ini kemudian didistribusikan ke para pengrajin di Yogyakarta atau Solo. Di mana bahan baku itu kemudian diolah menjadi berbagai produk kerajinan yang kemudian dijual hingga luar negeri.

Sebuah bukti bahwa peluang ekspor tas eceng gondok adalah solusi terbaik tak hanya bagi perekonomian masyarakat, tapi juga lingkungan air di sekitar.


Mengapa Tas Eceng Gondok Berpotensi Jadi Komoditas Ekspor?

Alasan terbesar kenapa peluang ekspor tas eceng gondok ini sangat menjanjikan ternyata berasal dari tampilan eceng gondok itu sendiri. Di mana eceng gondok yang sudah dikeringkan yang kemudian diolah menjadi lilitan-lilitan berwarna cokelat untuk dianyam menjadi produk kerajinan tangan, memiliki tampilan mirip rotan sehingga mampu memiliki nilai jual yang tinggi. Tak heran kalau banyak pengrajin memilih eceng gondok sebagai bahan baku produk tas, keranjang sampai gazebo. 

Mayoritas para penggemar gaya rustic baik di tingkat lokal hingga konsumen luar negeri, memang menyukai produk kerajinan eceng gondok berkat nuansa natural dan tentunya, estetik. Serupa dengan produk anyaman rotan tapi lebih terjangkau, tas-tas eceng gondok asal Indonesia memang punya desain yang unik dan berkualitas tinggi.

Bahkan Indra Darmawan selaku pendiri Bening Saguling Foundation yang memproduksi kerajinan tangan berbahan dasar eceng gondok, mengaku kalau produknya mudah dirawat. Kepada Kompas, Indra menjelaskan kalau produk-produk eceng gondok seperti tas, cukup dibersihkan dengan kain hingga kering saja jika terkena air. Dalam proses penyimpanannya, konsumen tinggal menghindarkannya dari penyimpanan lembab, supaya tasnya tak cepat berjamur dan bersih.

foto: website resmi Provinsi Jawa Tengah

Keunggulan itulah yang membuat tas-tas eceng gondok makin diminati, sampai jadi komoditas ekspor. Apalagi saat ini pemerintah Indonesia tengah menggenjot ekspor untuk produk-produk hijau alias barang ramah lingkungan, seperti tas eceng gondok.

Baca Juga: Peluang Ekspor Rambut Palsu Indonesia, Jadi Favorit Pasar Mancanegara

Diproduksi dengan minim sumber daya penghasil emisi, Satu Kahkonen selaku Country Director World Bank Indonesia dan Timor Leste menyebutkan kalau Indonesia punya potensi besar menghasilkan produk-produk hijau dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.

Bahkan pada tahun 2024 ini, masyarakat global semakin meminati produk-produk halal, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dikutip dari website resmi Kemendag, perubahan rantai pasok global ini jadi peluang perdagangan baru bagi Indonesia. Setidaknya total nilai ekspor kerajinan Indonesia di tingkat dunia pada tahun 2023 mencapai US$626,7 juta. Indonesia sendiri merupakan negara pengekspor kerajinan nomor delapan di dunia setelah China, Jerman, Bangladesh, dan Vietnam.

Memberikan sumbangsih 1,77% dari pangsa pasar kerajinan global, produk-produk kerajinan Tanah Air termasuk tas eceng gondok, mayoritas dijual ke Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Korea Selatan, Jepang, Australia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Malaysia. Untuk itulah bagi Sahabat Wirausaha yang kini juga pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) produk-produk kerajinan tangan, bisa mulai memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku utama demi menghasilkan barang bernilai jual tinggi.


Kisah Sukses Produsen Produk Eceng Gondok Indonesia yang Tembus Penjualan Global

Sebagai negara dengan banyak sekali badan-badan air, menemukan tumbuhan eceng gondok bukanlah hal sulit di Indonesia. Sebelum semakin menjanjikan prospek produk ramah lingkungan dan berkelanjutan, sudah banyak pengrajin produk berbahan eceng gondok di Tanah Air. Supaya Sahabat Wirausaha semakin yakin kalau peluang ekspor tas eceng gondok memang masih terbuka lebar, berikut beberapa kisah sukses mereka:

1. Ambruk Saat Pandemi, Rumah Anyam Mandiri Kini Raup Omzet Bulanan Rp25 Juta

Salah satu kisah sukses produsen eceng gondok berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Adalah Elsa selaku pemilik Rumah Anyam Mandiri yang telah menjual tas-tas eceng gondok hingga ke luar negeri.

Berawal dari tahun 2015, Elsa yang adalah seorang Ibu rumah tangga biasa mengikuti berbagai pelatihan UMKM sampai akhirnya mendirikan Rumah Anyam Mandiri pada tahun 2017. Memilih eceng gondok sebagai bahan baku utama produk kerajinannya, Elsa mencari dan mengeringkan secara mandiri.

Mampu menghasilkan pendapatan menjanjikan, Rumah Anyam Mandiri terpaksa berhenti beroperasi saat pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020.

Barulah pada pertengahan 2022, Elsa bangkit kembali dan menerima orderan, melakukan proses produksi sebanyak mungkin dan mempromosikannya ke berbagai tempat seperti hotel-hotel, Elsa mampu meraup omzet Rp25 juta – Rp35 juta dalam satu bulan lewat tas-tas eceng gondok.

foto: Nugroho Nafika Kassa/BISNIS

Tak hanya dijual di hotel-hotel berbintang wilayah Makassar, Rumah Anyam Mandiri sangat memahami betapa menjanjikannya peluang ekspor tas enceng gondok. Di mana produk tas mereka diekspor hingga Vietnam, Mesir, Afrika Selatan, Finlandia, dan Malaysia, seperti dikutip Bisnis.

Baca Juga: Aturan Asal Barang Made In Indonesia, Bawa UMKM Raih Untung di Pasar Global!

2. Cegah Pendangkalan Citarum, Tas Eceng Gondok Raup Rp10 Juta Per Bulan

Tak berbeda jauh dengan Elsa, produsen tas eceng gondok lain yang juga mencetak sukses adalah Indra. Uniknya, Indra memulai bisnis ini dari kegelisahannya atas pendangkalan yang terjadi di sungai Citarum lantaran permukaannya dipenuhi oleh eceng gondok. Lewat Bening Saguling Foundation, produk-produk kerajinan eceng gondok pun ‘terlahir’ seperti tas sekolah, sepatu, tempat tisu, hingga meja.

Kepada Detik, Indra menjelaskan kalau tas-tas eceng gondok itu dijual dengan harga mulai dari Rp50 ribu sampai Rp150 ribu. Dengan total produksi 100 sampai 200 buah tas eceng gondok dalam satu bulan, Indra menjual produknya baik secara online maupun offline yang memberinya omzet mulai dari Rp10 juta setiap bulannya.

3. Everina, Merek Tas Eceng Gondok California Oleh Diaspora Indonesia

Jika dua produsen tas eceng gondok sebelumnya bertempat tinggal di Indonesia, Emelie Conroy punya cerita lain. Dikutip dari VOA Indonesia, Emelie adalah diaspora Indonesia yang meski terlahir di Indonesia kini berdomisili di Los Angeles, California, negara bagian Amerika Serikat.

Berawal dari ketertarikannya melihat produk-produk kerajinan eceng gondok yang dia temui di Bali dan Yogyakarta, Emelie yang memang berprofesi di bidang pemasaran produk fashion, dirinya mengenalkan tas eceng gondok.

Produk tas eceng gondok dari brand Everina foto: dokumentasi pribadi Everina

“Sejak tahun 2017-2018 itu sebetulnya fashion dunia sudah mengarah ke green atau sustainable fashion. Saat itu aku melihat produk-produk kerajinan ramah lingkungan asal Indonesia ini dibuat dengan sangat baik, tapi di Amerika masih sangat minim apalagi jika dibuat orang Indonesia langsung.

Untuk itulah Everina lahir yang memang berbahan baku berkelanjutan mulai dari rotan, rumput ate, sampai eceng gondok yang asli Indonesia,” cerita Emelie.

Kini sudah tujuh tahun Everina berjalan, seluruh produk yang dijual seperti di butik Ritz Carlton, Santa Barbara, Amerika Serikat itu, dibuat secara handmade oleh pengrajin asal Banten, Tangerang, Yogyakarta. Di mana salah satunya adalah Ieko Damayanti, seorang produsen kerajinan eceng gondok di Tangerang. Tak hanya dengan Everina, tas-tas eceng gondok yang dibuat oleh Ieko sampai terjual ke Ukraina dan Israel.

Bagaimana? Sungguh menarik sekali bukan membahas betapa menjanjikannya peluang ekspor tas eceng gondok? Untuk itulah bagi kalian yang kini ingin memulai bisnis UMKM sebagai produsen tas, ada baiknya mulai melirik eceng gondok yang mudah ditemukan dan berharga terjangkau sebagai bahan baku.

Hasilkan produk kerajinan berkualitas tinggi supaya bisa menembus pasar global. Tunggu apalagi? Yuk mulai berbisnis dari lingkungan sekitar!

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. https://finance.detik.com/solusiukm/d-4605383/peluang-bisnis-menyulap-eceng-gondok-jadi-produk-bernilai-jual
  2. https://sulawesi.bisnis.com/read/20230522/540/1658062/perajin-eceng-gondok-di-makassar-kini-bisa-ekspor-kembali
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok
  4. https://www.voaindonesia.com/a/tas-eceng-gondok-buatan-indonesia-laris-manis-jadi-sorotan-media-internasional-not-done/7166024.html
  5. https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/01/18/potensi-ekspor-produk-hijau-indonesia
  6. https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/produk-halal-ramah-lingkungan-dan-berkelanjutan-jadi-primadona-dunia-pada-2024
  7. https://regional.kompas.com/read/2023/04/09/144637578/rawa-pening-dipenuhi-eceng-gondok-aliran-air-menuju-sungai-tuntang
  8. https://humas.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=2189
  9. https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/16/082334020/eceng-gondok-dibuat-jadi-tas-sandal-hingga-gazebo?page=all