Apa Itu Swing TradingPernah dengar orang bilang, “Nggak punya waktu mantengin chart seharian kayak day trader”? Nah, swing trading bisa jadi jawabannya. Strategi ini cocok buat kamu yang mau cuan dari pasar saham, forex, atau kripto—tapi dengan gaya yang lebih santai dan tidak terlalu intens. Cocok juga buat pelaku UMKM yang ingin mengelola dana usaha dengan cara yang cerdas dan efisien.

Bagi kamu yang ingin coba main saham dengan risiko lebih rendah dan pergerakan lebih lambat, Swing Trading cocok sebagai pilihan. Penasaran apa itu Swing Trading? Yuk, kita bahas semua hal tentang swing trading dari A sampai Z.


Apa Itu Swing Trading?

Swing trading adalah strategi jual beli aset (saham, forex, kripto, dll.) yang memanfaatkan pergerakan harga dalam jangka pendek hingga menengah, biasanya beberapa hari sampai beberapa minggu. Tujuannya: membeli di harga rendah dan menjual saat harga naik dalam swing atau gelombang harga tertentu.

Bedanya dengan strategi lain?

  • Day trading: posisi dibuka dan ditutup dalam satu hari.
  • Swing trading: posisi bisa ditahan 2–10 hari bahkan lebih, tergantung tren.

Swing trader cenderung lebih fokus pada analisis teknikal, tapi juga mempertimbangkan faktor fundamental seperti laporan keuangan, berita ekonomi, dan sentimen pasar.

Istilah swing trading mulai populer di pasar saham Amerika sejak tahun 1930-an, terutama setelah munculnya teori Dow Theory dari Charles Dow. Teori ini menjelaskan bahwa pergerakan harga saham bersifat seperti ombak—ada gelombang besar (tren jangka panjang), gelombang sedang (swing), dan riak kecil (noise).

Konsep swing inilah yang jadi dasar strategi ini. Trader berusaha mengambil keuntungan dari gelombang sedang, bukan hanya naik-turunnya harga harian atau tren jangka panjang. Swing trading semakin populer sejak munculnya platform online seperti eToro, Stockbit, TradingView, dan Binance. Banyak investor ritel mulai memanfaatkannya sebagai cara semi-pasif untuk menghasilkan uang dari pasar modal.

Baca Juga: Tokenisasi: Ketika Data dan Aset Jadi “Token” yang Bernilai


Jenis-Jenis Swing Trading

Meskipun konsep dasarnya sama—membeli saat harga rendah dan menjual saat harga naik—swing trading punya beberapa gaya pendekatan tergantung bagaimana kamu membaca arah pasar. Berikut ini empat jenis utama swing trading lengkap dengan contohnya:

1. Trend-Following Swing Trading (Mengikuti Tren)

Ini adalah pendekatan paling umum. Trader akan mengikuti arah tren pasar—beli saat harga sedang dalam tren naik (uptrend) dan jual saat harga mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau mendekati resistance.

Contoh Nyata:
Kamu melihat saham PT Telkom (TLKM) naik konsisten selama seminggu terakhir, dengan volume yang meningkat dan indikator MACD masih menunjukkan sinyal beli. Kamu masuk beli di harga Rp3.600, dan target jual saat mendekati resistance Rp3.900. Dalam 5 hari, target tercapai dan kamu take profit.

Cocok untuk: trader pemula dan pelaku usaha yang ingin minim risiko.

2. Counter-Trend Swing Trading (Melawan Tren / Reversal)

Dalam strategi ini, trader mencari peluang saat tren mulai melemah dan kemungkinan akan berbalik arah. Biasanya digunakan untuk menangkap momentum pembalikan (reversal) dari tren turun ke tren naik, atau sebaliknya.

Contoh Nyata:
Harga saham PT Unilever (UNVR) turun tajam selama 2 minggu. Namun, kamu melihat indikator RSI sudah masuk zona oversold dan candlestick doji muncul, mengindikasikan potensi reversal. Kamu beli di harga Rp3.800 dan menjual saat harga kembali naik ke Rp4.100 dalam waktu 4 hari.

Cocok untuk : trader berpengalaman yang piawai membaca sinyal pembalikan pasar.

3. Breakout Swing Trading (Menembus Level Penting)

Strategi ini fokus pada saat harga menembus batas resistance atau support penting dengan volume besar. Breakout dianggap sinyal bahwa harga akan terus melanjutkan arah tersebut dengan momentum kuat.

Contoh Nyata:
Kripto Solana (SOL) sudah beberapa kali gagal menembus level $100. Kamu menunggu breakout. Setelah akhirnya harga menembus $100 disertai volume besar, kamu langsung masuk beli. Dalam 3 hari, harga naik ke $115 dan kamu take profit.

Cocok untuk: trader yang siap eksekusi cepat dan peka terhadap pola grafik.

4. Range-Bound Swing Trading (Memanfaatkan Sideways / Range Harga)

Pasar tidak selalu trending. Kadang harga bergerak dalam kisaran tertentu (range-bound). Dalam strategi ini, trader beli di area support dan jual di area resistance secara berulang.

Contoh Nyata:
Saham PT BCA (BBCA) sudah bergerak bolak-balik antara Rp8.800–Rp9.200 selama 2 minggu. Kamu beli saat menyentuh Rp8.800 dan jual di Rp9.200. Kamu bisa mengulang strategi ini beberapa kali selama harga tetap di range itu.

Cocok untuk: trader yang sabar dan teliti mengamati pola harga jangka pendek.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


Pemanfaatan Swing Trading oleh Pelaku UMKM

Mungkin kamu bertanya: Apa hubungannya swing trading dengan UMKM?

1. Sebagai Sumber Pendapatan Tambahan

UMKM dengan arus kas positif bisa menyisihkan sebagian dana untuk diinvestasikan secara aktif lewat swing trading. Ini bisa jadi alternatif pendapatan di luar core bisnis.

2. Untuk Diversifikasi Risiko Usaha

Misalnya, penjual keripik online menghadapi penurunan permintaan musiman. Dengan strategi swing trading, mereka bisa menyeimbangkan pendapatan saat penjualan lesu.

3. Memaksimalkan Dana Menganggur

Dana usaha yang tidak langsung digunakan bisa dialihkan ke aset-aset swingable seperti saham atau kripto likuid. Dibanding hanya parkir di tabungan, potensi return bisa lebih tinggi.

Data dari IDX (2023) menyebutkan, lebih dari 55% investor baru di pasar saham Indonesia berusia produktif dan bekerja sebagai wirausahawan atau freelancer. Ini menunjukkan makin banyak pelaku usaha yang tertarik dengan strategi semi-aktif seperti swing trading.


Kelebihan Swing Trading

Kenapa banyak orang memilih swing trading? Ini dia alasannya:

  1. Tidak butuh pantau layar 24 jam
  2. Lebih fleksibel dalam waktu
  3. Potensi cuan yang seimbang
  4. Bisa dilakukan dengan modal kecil (Rp100.000)

Kekurangan dan Risiko Swing Trading

Meski risikonya terbilang lebih rendah, namun pelaku trading tetap harus hati-hati. Sebab, swing trading juga punya kelemahan, seperti :

  1. Masih berisiko tinggi : Karena memanfaatkan fluktuasi jangka pendek, harga bisa sangat volatil.
  2. Butuh disiplin dan strategi yang jelas : Tanpa manajemen risiko yang baik, bisa kehilangan modal dalam waktu singkat.
  3. Emosi bisa jadi musuh utama : Terlalu cepat ambil untung (fear) atau tahan rugi terlalu lama (greed) bisa menghancurkan potensi profit.
  4. Membutuhkan waktu untuk belajar : Pemahaman tentang analisis teknikal, grafik, dan tren pasar sangat dibutuhkan.

Baca Juga: Apa itu Volatilitas? Fenomena Harga Naik-Turun yang Bikin Pebisnis Ketar Ketir


Tips Sukses Swing Trading Untuk Pelaku UMKM

  1. Gunakan dana dingin : Jangan pakai uang operasional bisnis untuk trading.
  2. Jangan overtrade : Pilih aset yang kamu pahami dan gunakan strategi yang konsisten.
  3. Tentukan target profit dan cut loss : Jangan tergoda untuk ‘balas dendam’ saat rugi.
  4. Belajar dari komunitas : Bergabunglah di forum atau grup trader seperti Telegram, Discord, atau komunitas saham lokal.

Swing trading adalah strategi trading jangka pendek-menengah yang cocok untuk orang dengan jadwal fleksibel—termasuk pelaku UMKM. Dengan risiko yang masih tergolong sedang, swing trading bisa jadi jalan tengah antara investasi pasif dan trading agresif.

Namun, seperti strategi keuangan lain, swing trading perlu pendekatan yang cerdas, disiplin, dan berbasis data. Jangan asal ikut-ikutan tren. Kalau dilakukan dengan benar, swing trading bukan cuma soal cari cuan—tapi juga tentang mengasah mental bisnis, mengatur emosi, dan membuat keputusan berbasis analisis.

Referensi :

  • Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2022). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan
  • IDX (2023). Statistik Investor Ritel Indonesia
  • StockCharts.com – Swing Trading Strategy
  • Investopedia. (2024). What is Swing Trading?
  • Tokocrypto x Katadata Insight Center. (2023). Crypto Adoption Report Indonesia