Banyak dari kamu mungkin punya mimpi membangun usaha sendiri. Melihat berbagai pilihan, bisnis franchise seringkali muncul sebagai alternatif menarik, terutama bagi yang menginginkan panduan dan sistem yang sudah jadi.

Model bisnis ini menawarkan jalan yang terlihat lebih mudah dengan memanfaatkan nama brand yang sudah dikenal. Namun, apakah bisnis franchise selalu menjadi jalan pintas menuju sukses?


Keuntungan Menjalankan Bisnis Franchise

Memulai bisnis dengan model franchise menawarkan berbagai kemudahan awal yang menarik. Dengan bergabung dalam jaringan waralaba, kamu tidak memulai segalanya dari nol. Berikut beberapa keuntungannya:

1. Pengenalan Merek yang Sudah Terbangun

Salah satu keuntungan paling jelas dari bisnis franchise adalah kamu bisa langsung 'menumpang' pada popularitas merek yang sudah dikenal luas. Franchisor (pemberi waralaba) biasanya sudah membangun brand awareness dan reputasi merek melalui investasi pemasaran yang tidak sedikit.

Sebagai franchisee (penerima waralaba), kamu bisa menghemat banyak waktu, tenaga, dan budget pemasaran awal karena calon pelanggan sudah familiar dengan nama brand tersebut. Ini seringkali mempercepat proses mendapatkan pelanggan pertama dan membangun basis konsumen yang loyal.

Baca Juga: Modal Terjangkau, Untung Menjanjikan: 10 Franchise Murah untuk Pemula yang Bisa Kamu Coba

2. Sistem Bisnis yang Terbukti Berhasil

Franchisor yang baik biasanya memiliki model bisnis dan Standard Operating Procedure (SOP) yang teruji efisiensinya. Mulai dari tata cara operasional harian, manajemen stok, strategi pemasaran lokal, hingga sistem pencatatan keuangan, semuanya sudah diatur.

Sahabat Wirausaha akan mendapatkan 'buku panduan' yang jelas tentang cara menjalankan bisnis franchise tersebut. Ini sangat membantu meminimalkan kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi pada bisnis baru dan membuat operasional berjalan lebih efisien sejak awal.

3. Dukungan dan Pelatihan dari Franchisor 

Bergabung dengan bisnis franchise berarti kamu tidak sendirian. Franchisor akan menyediakan dukungan berkelanjutan. Ini bisa berupa pelatihan awal yang menyeluruh bagi kamu dan staf mengenai produk, layanan, dan sistem operasional.

Selain itu, ada dukungan dalam pemilihan lokasi strategis, bantuan pemasaran berskala nasional atau regional, serta bimbingan dan konsultasi jika kamu menghadapi masalah operasional. Jaringan dan dukungan dari franchisor ini bisa menjadi sumber daya yang sangat berharga, apalagi jika kamu baru pertama kali terjun ke industri ini.

4. Potensi Akses Permodalan Lebih Mudah

Mencari modal usaha sering menjadi tantangan. Namun, dengan memilih bisnis franchise, terutama yang berasal dari brand ternama dan memiliki rekam jejak bagus, peluang mendapatkan pendanaan dari lembaga keuangan seperti bank bisa jadi lebih terbuka.

Pihak bank mungkin memandang proposal franchise memiliki risiko yang lebih terukur dibandingkan bisnis independen yang baru dirintis dari nol, karena sudah ada bukti konsep dan sistem yang berjalan. Ini bisa memudahkan langkahmu dalam memenuhi kebutuhan modal awal.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!

5. Risiko Awal yang Cenderung Lebih Rendah

Tidak ada bisnis yang bebas risiko, termasuk bisnis franchise. Namun, dibandingkan memulai bisnis dari nol dengan ide dan brand yang sepenuhnya baru, risiko kegagalan di tahap awal cenderung lebih rendah.

Ini karena kamu menjalankan model bisnis yang sudah terbukti, dengan produk atau jasa yang sudah diterima pasar, serta brand yang sudah dikenal. Tingkat keberhasilan yang lebih tinggi ini menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak orang tertarik pada model franchise.


Kerugian dan Risiko dalam Bisnis Franchise

Di balik kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan, bisnis franchise juga memiliki sisi lain yang perlu kamu cermati dengan saksama. Ada berbagai kerugian dan risiko yang melekat pada model ini.

1. Biaya Awal yang Tinggi

Meskipun terlihat praktis, memulai franchise membutuhkan investasi awal yang tidak sedikit. Kamu perlu menyiapkan dana untuk initial franchise fee (biaya waralaba awal) yang dibayarkan kepada franchisor untuk hak penggunaan merek dan sistem.

Selain itu, ada biaya renovasi lokasi agar sesuai standar franchisor, pembelian peralatan, dan stok awal. Belum lagi, setelah bisnis berjalan, kamu wajib membayar biaya berkelanjutan seperti royalty fee (biasanya persentase dari omset kotor) dan marketing fee (iuran untuk pemasaran bersama). Total budget yang dibutuhkan untuk sebuah bisnis franchise bisa jauh lebih besar dari perkiraan awal.

2. Keterbatasan Otonomi dan Kreativitas

Jika kamu adalah tipe pengusaha yang menyukai kebebasan bereksperimen dan berinovasi, bisnis franchise mungkin kurang cocok. Sebagai franchisee, kamu terikat oleh aturan main yang sudah ditetapkan franchisor. Mulai dari desain interior gerai, produk yang dijual, harga, cara promosi, hingga sistem operasional, semuanya harus mengikuti standar yang ada dalam SOP.

Ruang untuk kreativitas pribadi atau penyesuaian strategi agar sesuai dengan kondisi pasar lokal yang spesifik sangat terbatas. Keterikatan pada sistem ini adalah harga yang harus dibayar untuk kemudahan yang ditawarkan.

3. Ketergantungan pada Reputasi Franchisor

Nasib bisnis franchise terkait erat dengan reputasi dan kinerja franchisor serta franchisee lainnya dalam jaringan. Jika franchisor mengalami masalah (misalnya isu kualitas produk, skandal manajemen, masalah keuangan) atau jika ada franchisee lain yang beroperasi buruk dan mencoreng nama brand, imbas negatifnya bisa langsung terasa pada bisnis, meskipun kamu sudah menjalankan operasional dengan baik. Dalam franchise, citra merek adalah aset bersama yang juga menjadi risiko bersama.

4. Potensi Konflik dengan Franchisor

Hubungan antara franchisee dan franchisor tidak selalu mulus. Potensi konflik bisa muncul dari berbagai hal, misalnya pembagian dukungan pemasaran yang dirasa kurang adil, perubahan kebijakan franchisor yang mendadak dan memberatkan, ketidaksepakatan mengenai standar operasional, atau isu perpanjangan kontrak.

Menyelesaikan sengketa dalam kerangka franchise bisa menjadi proses yang rumit dan memakan biaya. Komunikasi yang jelas dan pemahaman mendalam atas perjanjian sejak awal menjadi penting.

Baca Juga: Lezat dan Laris Manis: Inilah Deretan Franchise Makanan Terlaris yang Bisa Kamu Coba!

5. Batasan dalam Perjanjian Kontrak

Perjanjian waralaba adalah dokumen hukum yang mengikat dan berisi banyak batasan. Kamu perlu mencermati klausul-klausul penting seperti pembatasan wilayah operasional (territorial rights) yang bisa membatasi potensi pasar.

Lalu ada kewajiban membeli bahan baku atau pasokan hanya dari supplier yang ditunjuk franchisor (yang harganya mungkin kurang terjangkau), syarat perpanjangan kontrak yang mungkin berubah, serta ketentuan jika kamu ingin menjual kembali bisnis franchise tersebut (exit strategy). Memahami setiap detail kontrak sebelum menandatangani adalah langkah yang tidak bisa ditawar.

Bisnis ini menawarkan sebuah paket yang menarik: brand yang sudah dikenal, sistem yang teruji, dan dukungan dari franchisor. Ini bisa menjadi jalur yang baik untuk memulai usaha, terutama bagi pemula. Namun, di sisi lain, ada harga yang harus dibayar berupa biaya yang tinggi, keterbatasan dalam berkreasi, dan ketergantungan pada pihak lain.

Keputusan untuk terjun ke dunia franchise pada akhirnya bergantung pada evaluasi kamu terhadap semua untung rugi ini, disesuaikan dengan tujuan bisnis, toleransi risiko, ketersediaan modal, dan minat pribadi. Tidak ada jawaban benar atau salah yang universal.

Kita harap pembahasan menyeluruh mengenai untung rugi bisnis franchise ini bisa memberikan wawasan yang lebih jelas dan membantu dalam membuat keputusan yang tepat.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di-share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.