Budidaya jamur tiram merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan, terutama di tengah semakin tingginya permintaan akan produk pangan sehat dan organik. Selain relatif mudah dikelola, usaha ini juga tidak membutuhkan lahan yang luas, sehingga cocok untuk dijalankan di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Bagi para pebisnis pemula yang ingin memulai usaha dengan modal terbatas, budidaya jamur tiram bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun, seperti bisnis lainnya, keberhasilan dari usaha ini tidak terlepas dari perencanaan yang matang, manajemen operasional yang baik, serta strategi pemasaran yang efektif. Yuk, simak berbagai tipsnya di sini!
Langkah Perencanaan Budidaya Jamur Tiram
Budidaya jamur tiram memiliki tingkat kegagalan panen yang tinggi apabila kita benar-benar baru memasuki usaha ini. Namun, tingkat kegagalan ini dapat ditekan dengan perencanaan yang matang. Berikut ini adalah tips dan langkah-langkah perencanaan yang perlu diperhatikan:
1. Pengetahuan dan Pelatihan
Budidaya jamur tiram harus memiliki pengetahuan dasar yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari pengetahuan dari berbagai tempat, idealnya kita dapat belajar langsung dengan petani di sekitar daerah kita mengenai berbagai hal, mulai dari tingkat kelembaban yang tepat, cara menjaga higienitas, komposisi baglog, dan lain sebagainya. Hal ini penting untuk meminimalisir risiko gagal panen apabila kita sudah memutuskan terjun dalam produksi.
Baca Juga: Peluang Usaha Budidaya Bunga Matahari, Dibutuhkan Brand Besar Hingga Pasar Ekspor
2. Riset Pasar
Banyak petani yang telah paham budidaya jamur tiram namun ketika panen tetap kesulitan mencari pasar. Oleh karena itu, Sebelum memulai usaha, lakukan riset pasar untuk mengetahui potensi permintaan jamur tiram di wilayah kita. Cari tahu juga harga jual yang umum di pasaran, serta peluang distribusi ke pasar, restoran, atau toko-toko makanan organik.
3. Pemilihan Lokasi yang Tepat
Lokasi yang ideal untuk budidaya jamur tiram adalah tempat dengan suhu antara 22-28°C dan kelembaban yang terjaga, karena jamur tiram membutuhkan kondisi yang stabil. Bangunan bisa memanfaatkan ruangan kosong di rumah atau mendirikan kumbung (bangunan khusus budidaya jamur).
4. Perencanaan Modal Awal
Hitung kebutuhan modal untuk membeli bibit jamur (F2 atau F3), baglog, dan peralatan lainnya seperti rak, plastik pembungkus, dan alat penyemprot. Tentukan juga apakah kita ingin memulai dari skala kecil atau besar. Kita akan membahas poin ini secara lebih lengkap pada poin pembahasan berikutnya.
Proyeksi Modal Awal dan Penjualan
Modal awal budidaya jamur tiram tergantung pada skala usaha yang ingin kita bangun. Jika kita ingin memulai dengan skala yang kecil atau sebagai usaha sampingan, maka kita bisa mulai minimal 1000 baglog. Namun, jika kita ingin produksi dengan panen yang konsisten yaitu bisa dipanen setiap hari, maka minimal 5000 baglog dan 10.000 baglog untuk memaksimalkan potensinya.
Sebagai contoh, kali ini kita akan berfokus untuk membuat proyeksi modal dengan skala kecil, yaitu 1000 baglog, yaitu sebagai berikut:
1. Modal Awal
a. Pembangunan Kumbung
Kumbung biasanya harus bangunan sendiri sehingga dapat menjamin tingkat steril. Untuk meminimalisir modal awal kita dapat menggunakan bambu sebagai konstruksi utama kumbung.
- Bangunan 10 Meter² = Rp. 10.000.000
- Bibit jamur tiram (F3) untuk 1000 baglog: Rp 2.000.000
- Baglog (siap tanam) per unit: Rp 3.500 x 1000 = Rp 3.500.000
- Rak dan peralatan lainnya (penyemprot, plastik, dll): Rp 1.500.000
Total modal awal: Rp 17.000.000
2. Biaya Operasional Bulanan
- Biaya listrik, air, dan perawatan: Rp 500.000
- Penyemprotan rutin dan perawatan lainnya: Rp 200.000
- Tenaga kerja (jika dibutuhkan): Rp 1.000.000
Total biaya operasional: Rp 1.700.000
3. Proyeksi Pendapatan
- Produksi per baglog sekitar 1-2 kg selama masa produksi (3 bulan). Dari 1000 baglog, kita ambil minimumnya yaitu total produksi sekitar 1.000 kg.
- Harga jual per kg jamur tiram sekitar Rp 20.000, sehingga potensi pendapatan: Rp 20.000 x 1000 kg = Rp 20.000.000
- Keuntungan bersih dalam satu siklus (3-4 bulan): Pendapatan - (Modal Awal - Biaya Operasional) = Rp 20.000.000 - Rp 8.700.000 = Rp 11.300.000*
(Kumbung tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan dalam satu siklus tanam karena idealnya kumbung akan dapat digunakan hingga 7 tahun).
Dari perhitungan diatas, kita telah mengetahui potensi dari usaha budidaya jamur tiram ini walaupun dengan skala yang masih kecil. Proyeksi ini dapat berbeda tergantung dengan lokasi kita, mulai dari harga material, bibit, dan beban operasional.
Namun ini sudah dapat dijadikan gambaran bahwa usaha budidaya jamur tiram sudah dapat menciptakan keuntungan yang besar walau pada skala yang kecil dan pada siklus pertama pemanenan.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Tips Operasional dan Pemasaran Usaha Budidaya Jamur Tiram
Anggi Aptianingsih, seorang petani yang sukses membangun usaha budidaya jamur tiram telah memberikan berbagai tips mengenai operasional dan pemasaran jamur tiram di Banyuwangi. Diantaranya sebagai berikut:
1. Utamakan Kontinuitas dan Meningkatkan Kapasitas Produksi
Anggi mengatakan bahwa hal terpenting dari usaha budidaya jamur tiram ini adalah selalu menjaga kontinuitas agar bisa dipanen setiap hari setelah siklus tanam 3-4 bulan. Selain itu, meningkatkan kapasitas produksi juga penting karena jamur tiram akan bernilai jika menjualnya dalam jumlah besar dan kita juga memiliki opsi untuk menjualnya kemana untuk menciptakan peluang dan harga yang lebih baik.
2. Investasikan pada Peralatan Produksi
Untuk meningkatkan kapasitas produksi maka sudah tidak akan bisa jika hanya mengandalkan tenaga manusia sehingga Anggi selalu berinvestasi pada peralatan produksi. Hal ini bukan hanya dapat meningkatkan kapasitas produksi, tapi juga meningkatkan kecepatan dan standar produksi yang terukur.
3. Selalu Pisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi
Memisahkan keuangan bisnis dan pribadi adalah bentuk manajemen keuangan yang paling dasar tapi sangat vital. Usaha yang tidak memisahkan keuangan bisnis dan pribadi akan kesulitan untuk mengatur keuangan usaha, kesulitan melihat perkembangan usaha, hingga kemungkinan modal yang tergerus akibat kebutuhan pribadi.
4. Kuasai Saluran Pemasaran
Dalam hal pemasaran, Anggi menekankan pentingnya menguasai saluran pemasaran, mulai dari supplier hingga mitra bisnis warung makan dan resto. Hal ini dapat memastikan bahwa produknya akan selalu ditampung dan dibeli oleh supplier.
Dengan hal ini, ia tidak hanya memasok produknya ke sekitar Banyuwangi, tetapi sudah dapat memasok kebutuhan di Wilayah Jember dan Bali.
Baca Juga: Budidaya Daun Pisang, Peluang Bisnis di Pasar Domestik Hingga Global
5. Jangan Ragu untuk Mengikuti Kegiatan dari Pemerintah
Anggi mengatakan bahwa ia sangat terbantu dari beberapa program yang diadakan oleh pemerintah. Bersama dengan kelompok tani yang ia dirikan, ia dan anggotanya telah mendapatkan dana hibah dari pemerintah sekitar Rp.45 juta yang ia gunakan sebagai pengembangan usaha.
Selain itu, pemerintah juga kerap membuat berbagai macam pelatihan yang berguna bagi usahanya. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah telah membantunya dalam hal business matching sehingga banyak mengenal supplier dan pemilik warung makan atau resto.
Membangun usaha budidaya jamur tiram memang menjanjikan keuntungan yang menarik, terutama dengan tren meningkatnya permintaan akan produk pangan sehat.
Namun, kesuksesan dalam usaha ini tidak hanya bergantung pada faktor-faktor alamiah, seperti suhu dan kelembaban, tetapi juga pada perencanaan yang matang, pengelolaan operasional yang tepat, serta strategi pemasaran yang kreatif dan inovatif. Dengan modal yang relatif terjangkau dan potensi pendapatan yang tinggi, usaha ini cocok untuk kita yang ingin mencari peluang bisnis yang menjanjikan.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- Peluang dan Panduan Budidaya Jamur Tiram
- Wanita Cerdas! Modal Gaji Kerja di Indomaret, Budidaya Jamur Tiram Hasilkan 10 jt/bulan (YouTube)