Cara Menentukan Harga Jual Produk – Menetapkan harga jual produk adalah salah satu keputusan paling penting yang akan kamu hadapi sebagai pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM). Keputusan ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang bagaimana bisnismu memposisikan diri di pasar, bagaimana pelanggan memandang nilai produkmu, dan pada akhirnya, bagaimana usaha bisa meraih keuntungan serta bertumbuh secara berkelanjutan.

Kesalahan dalam cara menentukan harga jual produk bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, kita ingin membagikan panduan menyeluruh mengenai berbagai metode yang bisa kamu terapkan. Mari kita bahas informasinya dibawah ini.

1. Markup Pricing (Penetapan Harga Berdasarkan Biaya Tambahan)

Ini adalah salah satu cara menentukan harga jual produk yang paling dasar dan sering digunakan. Metode Markup Pricing bekerja dengan menambahkan persentase keuntungan tertentu (markup) di atas Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP mencakup semua biaya langsung yang terkait dengan produksi barang atau jasa, seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung. 

Rumusnya sederhana: Harga Jual = HPP + (Persentase Markup x HPP)

Kelebihan utama metode ini adalah kemudahannya dalam perhitungan. Namun, kekurangannya adalah kurang mempertimbangkan faktor eksternal seperti permintaan pasar, harga kompetitor, atau nilai persepsi pelanggan terhadap produkmu.

Baca Juga: 10 Tips Mengelola Keuangan Usaha Kecil agar Tetap Sehat

2. Value-Based Pricing (Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Persepsi Pelanggan)

Berbeda dengan markup pricing, cara menentukan harga jual produk melalui Value-Based Pricing lebih menitikberatkan pada nilai yang diterima oleh pelanggan dari produk atau jasa. Semakin tinggi nilai yang dirasakan pelanggan, semakin tinggi pula harga yang bisa kamu tetapkan.

Untuk menerapkan metode ini, kamu perlu melakukan riset pasar yang mendalam untuk memahami apa saja yang dianggap bernilai oleh target pelanggan dan berapa mereka bersedia membayar untuk nilai tersebut. Keuntungannya, kamu berpotensi mendapatkan margin laba yang lebih tinggi jika berhasil mengkomunikasikan nilai produk secara efisien.

Tantangannya, menentukan nilai persepsi bisa bersifat subjektif dan memerlukan pemahaman yang kuat tentang pelanggan. Ini adalah cara yang benar-benar berpusat pada kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Competition-Based Pricing (Penetapan Harga Berdasarkan Kompetitor)

Cara menentukan harga jual produk ini dilakukan dengan menganalisis harga yang ditetapkan oleh kompetitor untuk produk atau layanan serupa. Kamu bisa memilih untuk menetapkan harga sedikit di bawah harga kompetitor untuk menarik pelanggan yang sensitif harga, menyamai harga kompetitor jika produkmu memiliki kualitas setara, atau menetapkan harga sedikit lebih tinggi jika produk memiliki keunggulan atau nilai tambah yang jelas.

Metode ini membantu produk tetap relevan dan harganya terjangkau di pasar. Namun, hati-hati, strategi ini bisa memicu perang harga jika tidak dikelola dengan bijak dan bisa membuatmu kurang fokus pada biaya internal atau nilai unik produk.

4. Keystone Pricing (Penetapan Harga Keystone)

Keystone Pricing adalah variasi dari markup pricing yang cukup spesifik, di mana cara menentukan harga jual produk adalah dengan menggandakan biaya modal atau HPP. Misalnya, jika HPP sebuah produk adalah Rp75.000, maka harga jualnya akan menjadi Rp150.000. Metode ini sering digunakan dalam industri ritel karena kemudahan dalam perhitungan cepat.

Meskipun praktis, keystone pricing tidak selalu ideal untuk semua jenis produk dan situasi pasar. Margin yang dihasilkan mungkin terlalu tinggi untuk produk dengan volume penjualan besar dan persaingan ketat, atau sebaliknya, terlalu rendah untuk produk khusus dengan biaya operasional tinggi.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!

5. Demand Pricing (Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan)

Juga dikenal sebagai dynamic pricing, cara menentukan harga jual produk ini menyesuaikan harga produk atau layanan berdasarkan tingkat permintaan pasar saat itu. Ketika permintaan tinggi, harga akan cenderung naik, dan sebaliknya, ketika permintaan rendah, harga bisa diturunkan untuk merangsang pembelian. Contoh industri yang sering menggunakan metode ini adalah maskapai penerbangan dan perhotelan.

Kelebihannya yaitu potensi untuk memaksimalkan pendapatan, terutama pada periode puncak. Namun, penerapannya bisa kompleks karena memerlukan sistem pemantauan permintaan yang akurat. Selain itu, fluktuasi harga yang terlalu sering bisa membuat sebagian pelanggan merasa kurang nyaman.

6. Target Profit Pricing (Penetapan Harga untuk Mencapai Target Laba)

Dengan cara menentukan harga jual produk ini, kamu memulai dengan menetapkan target laba spesifik yang ingin dicapai. Kemudian, kamu menghitung harga jual yang diperlukan untuk mencapai target tersebut setelah memperhitungkan semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel, serta estimasi volume penjualan. 

Metode ini kerap  melibatkan analisis titik impas (Break-Even Point atau BEP), yaitu titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga belum ada laba maupun rugi. Memahami BEP adalah langkah penting sebelum menetapkan target laba.

7. Psychological Pricing (Penetapan Harga Psikologis)

Cara menentukan harga jual produk ini memanfaatkan aspek psikologi konsumen untuk membuat harga tampak lebih menarik, seringkali dengan membuatnya terlihat lebih rendah dari yang sebenarnya. Contoh paling umum adalah penggunaan harga ganjil atau harga yang berakhir dengan angka 9, seperti Rp49.900, alih-alih Rp50.000,-. 

Persepsi yang timbul adalah harga tersebut masih berada di kisaran "kepala empat puluh ribu". Meskipun selisihnya kecil, efek psikologisnya bisa cukup untuk mendorong keputusan pembelian. Strategi ini cukup populer dan mudah diterapkan, namun efeknya mungkin tidak selalu sama untuk semua jenis produk.

Baca Juga: CRM Sederhana untuk UMKM: Tingkatkan Loyalitas Pelanggan

8. Premium Pricing (Penetapan Harga Premium)

Premium Pricing adalah cara menentukan harga jual produk dengan menetapkan harga yang secara sadar lebih tinggi dibandingkan rata-rata pasar. Strategi ini cocok untuk produk atau layanan yang menawarkan kualitas superior, ciri-ciri unik, eksklusivitas, atau didukung oleh citra brand yang sangat kuat dan positif.

Tujuannya untuk menciptakan persepsi nilai tinggi dan menargetkan segmen konsumen yang kurang sensitif terhadap harga namun lebih mementingkan kualitas atau status. Syarat utamanya, produk atau layanan yang ditawarkan harus benar-benar bisa memberikan nilai lebih yang membenarkan harga premiumnya. 

9. Bundle Pricing (Penetapan Harga Paket)

Cara menentukan harga melalui Bundle Pricing adalah dengan menawarkan dua atau lebih produk atau layanan yang berbeda sebagai satu kesatuan paket dengan harga total yang lebih rendah daripada jika setiap item dibeli secara terpisah. Strategi ini bisa sangat efisien untuk meningkatkan nilai transaksi rata-rata per pelanggan (Average Order Value).

Selain itu, bundling juga bisa menjadi cara untuk memperkenalkan produk yang kurang populer dengan menggabungkannya bersama produk yang laris, atau untuk menghabiskan stok lama. Pelanggan kerap melihat penawaran paket ini sebagai keuntungan karena mendapatkan lebih banyak dengan harga yang lebih hemat.

Memilih cara menentukan harga jual produk yang tepat adalah seni sekaligus ilmu. Tidak ada satu formula ajaib yang berlaku untuk semua jenis bisnis atau produk. Setiap metode yang dipaparkan di atas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Langkah terbaik adalah memahami dengan baik ciri-ciri produkmu, siapa target pasarmu, bagaimana struktur biaya, apa tujuan bisnis, dan bagaimana kondisi persaingan di pasar. Selamat mencoba!

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.