Healthy vegetables on wooden table

Kesuksesan dunia yang diwujudkan dengan pencapaian usaha dengan omzet hingga ratusan juta setiap bulannya tak selalu membawa bahagia. Bisnis yang lancar dan profitable, serta aset yang bertambah setiap tahunnya tak serta-merta memberikan ketenangan hidup. Harta melimpah namun dirasa seolah tak ada keberkahan di dalamnya. Hingga rintangan demi rintangan datang yang mengakibatkan penghasilan sekaligus keuntungan yang diperoleh ‘hilang’ seakan tak memberi manfaat apa pun.

Inilah kisah perjalanan Yogi dan Yonarista, pasangan suami istri yang berasal dari Blitar, Jawa Timur yang memutuskan untuk keluar dari zona nyaman bisnis yang beromzet ratusan juta, hijrah dengan merintis bisnis sayuran segar. Suatu keputusan berani yang disesalkan oleh banyak orang, terutama keluarga, tetapi tidak bagi pasangan ini.

Tentu tidaklah mudah untuk dijalani, namun dengan tekad yang kuat mereka terus berjuang dan pantang menyerah. Kini, bisnis Yogi dan Yonarista yang dikenal dengan brand Warung Sayur Segar telah berkembang pesat dan memiliki tiga cabang. Keyakinan dan ketekunan serta kerja keras yang dilakukan membuahkan hasil yang manis.

Bagaimana kisah Yogi dan Yonarista membesarkan bisnis sayuran segar? Simak kisah inspiratifnya berikut ini.


Berawal dari Pengepul Barang Rongsok

Kisah berawal dari pasangan Yogi dan Yonarista yang menikah di bulan Februari 2011. Sebelumnya Yogi memiliki usaha ternak ayam di Solo, sedangkan Yonarista dikenal sebagai pengepul barang bekas atau rongsok di Blitar. Setelah ditimbang-timbang prospek bisnis ke depannya, diputuskan untuk menutup bisnis ternak ayam dan fokus pada bisnis barang-barang rongsok atau yang dikenal dengan barang aval.

Dalam menjalankan bisnis barang rongsok ini, Yogi dan Yonarista mengumpulkan berbagai jenis barang mulai dari besi, kertas, plastik, dan botol bekas. Artinya, tidak ada spesifikasi dan pengkhususan jenis barang rongsok yang dikumpulkannya. Namun, pada Mei 2011 mereka memutuskan untuk fokus pada pengumpulan botol-botol bekas saja, terutama yang berbahan kaca baik botol kecap, sirup, maupun minuman bir, karena memiliki prospek yang lebih bagus. Selang tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2014, mereka berhasil menembus pabrik kecap dan minuman keras sebagai suplier botol.

Baca Juga: Pentingnya Berjejaring dengan Supplier dan Kriteria Pemilihannya

Sebagai suplier botol ke pabrik kecap dan minuman keras, Yogi dan Yonarista semakin serius dalam menjalankan usaha pengepul botol bekas ini. Keduanya berbagi tugas, di mana Yogi lebih banyak bertugas di lapangan mencari stok barang, suplier, dan juga pelanggan baru dengan berkeliling menggunakan mobil pick up. Sementara Yonarista lebih banyak bekerja di rumah sibuk dengan urusan manajemen administrasi seperti mengatur jadwal pengiriman, mengelola finansial, dan lainnya.


Menjadi Pemain Botol Tunggal di Blitar

Usaha pengepul barang rongsok yang dirintis dan dibangun oleh Yogi dan Yonarista tidaklah main-main. Meski bukan termasuk jenis usaha yang bergengsi, namun faktanya usaha ini sukses menjadikan Yogi dan Yonarista sebagai pemain botol tunggal yang ada di Blitar. Bisa dikatakan bahwa bisnis pasangan ini merupakan market leader dan persaingan pasarnya berada pada blue ocean competitor. Sebab, tidak banyak pemain di industri rongsok botol di wilayah tersebut.

Baca Juga: 4 Tindakan Menerapkan Blue Ocean Strategy

Sebagai market leader sekaligus pemain tunggal, Yogi dan Yonarista tentu saja mampu menguasai pasar dan dengan mudah menembus pabrik-pabrik sebagai suplier botol. Namun hal tersebut tentu saja membawa konsekuensi, di mana Yogi dan Yonarista harus mampu menyediakan ribuan botol yang diorder oleh pabrik. Sebab, untuk melakukan pengiriman botol ke pabrik harus dengan delivery order (DO). Untuk mendapatkan stok botol, pasangan ini telah memiliki suplier botol bekas dari berbagai daerah seperti Bali, Sumbawa, Yogyakarta, Solo, dan lainnya.

Salah satu keunggulan bisnis rongsok botol kaca bekas adalah tidak adanya sampah yang tersisa. Bahkan jika botol tersebut pecah, maka pecahan beling dari botol tersebut bisa dijual secara terpisah. Demikian pula dengan tutup botolnya. Untuk beling putih biasanya dikirim ke Semarang, sedangkan beling merah atau coklat dikirim ke Jakarta.

Baca Juga: Mengenalkan Kuliner Nusantara ala Winny Soendaroe

Sebab itulah mengapa prospek bisnis botol bekas ini lebih bagus dan menjanjikan. Setiap satu truk Fuso mampu menampung sebanyak 30.000 botol dengan keuntungan berkisar antara Rp 200 hingga Rp 400 per botol. Padahal untuk menjalankan operasional bisnisnya, pasangan ini memiliki 3 unit truk Fuso dan 1 mobil pick up. Tak heran jika omzet bisnis rongsok botol bekas yang dijalankan pasangan ini mencapai rata-rata Rp 700 juta setiap bulannya.

Omset yang tinggi hingga ratusan juta ternyata tak serta-merta menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya operasional yang dikeluarkan. Setiap bulannya, bisnis rongsok Yogi dan Yonarista memiliki margin laba kotor sebesar Rp 100 juta dan masih harus dipotong untuk membayar cicilan dan gaji karyawan, sehingga hanya tersisa kurang lebih Rp 40 jutaan.

Baca Juga : Komunikasikan Target Usaha Pada Karyawan Dengan Cara Ini


Mulai Alami Masalah di Bisnis Botol

Mindset tentang utang yang tertanam dalam benak Yogi dan Yonarista demikian kuat. Setiap cicilan lunas, mereka akan membuat utang baru, termasuk untuk membeli truk Fuso sebagai penunjang operasional. Prinsipnya setiap tahun harus ada cicilan. Pola pikir tersebut mulai kendor setelah mereka bertemu dengan seorang teman yang telah terbebas dari utang.

Yogi dan Yonarista saat itu masih awam tentang ilmu agama sehingga pengetahuan mereka tentang hukum utang riba menurut syariat agama Islam sangatlah minim. Namun pengalaman teman yang bebas utang riba terus mengusik ketenangan mereka. Hingga akhirnya mereka terketuk untuk mencari informasi dan belajar lebih jauh tentang riba.

Baca Juga: Membangun Brand Positioning Agar Bisnis Berkembang

Awalnya mereka seakan tidak percaya jika riba itu haram, sehingga mereka mencari ustadz yang dapat menunjukkan dalil halalnya riba. Sayangnya tidak ada, semua sumber menyatakan bahwa hukum riba adalah haram. Ketika mengikuti pengajian di Malang, mereka mendapatkan pencerahan atas nasihat bahwa tidak akan bersih suatu halaman apabila disapu dengan sapu yang kotor.

Hati Yogi dan Yonarista semakin mantap untuk melepas bisnis rongsok dan suplier botol minuman keras, ketika mengalami cobaan di mana salah satu truk operasionalnya harus turun mesin, sehingga menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Mereka menganggap bahwa cobaan ini sebagai teguran, sehingga tekad mereka semakin bulat untuk melepas bisnis yang telah beromzet ratusan juta tersebut.

Baca Juga: Langkah Aksi Membangun Brand untuk Meningkatkan Nilai dan Citra Positif Produk/Perusahaan


Memulai Bisnis Sayuran Segar

Keputusan Yogi dan Yonarista melepas bisnis sebagai suplier botol minuman keras ini menimbulkan bully-an dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari pihak keluarga. Mereka dianggap bodoh dan sok suci karena meninggalkan bisnis yang tengah berada di puncak kesuksesan, untuk hijrah ke bisnis lain yang belum tentu mencapai kesuksesan yang sama.

Apapun hinaan yang dilontarkan, tak membuat Yogi dan Yonarista mundur dari niatnya. Meski berat karena harus memutus hubungan kerja dengan 40 orang karyawannya, namun mereka tetap yakin untuk berhijrah.

Baca Juga: Cara Mengoptimalkan Kinerja Reseller

Lepas dari bisnis suplier botol minuman keras, Yogi dan Yonarista berniat untuk berjualan sayuran segar. Namun, karena tidak memiliki pengalaman dan informasi sama sekali tentang bagaimana dan di mana membeli stok sayuran, mereka kemudian pergi ke pasar induk pukul 01.00 WIB dini hari untuk sekadar mengamati aktivitas di pasar tersebut. Observasi ini dilakukan sebanyak tiga kali, hingga diputuskan untuk memulai usaha jualan sayuran segar.

Pada mulanya stok sayuran yang dijual masih terbatas baik dari jenis maupun kuantitasnya. Tiga bulan pertama dirasa begitu berat karena penjualan masih rendah. Hal ini sempat membuat mereka hampir menyerah. Namun mereka memutuskan untuk bertahan dan terus berusaha untuk bangkit. Seiring berjalannya waktu pada bulan keenam, tren penjualan sayuran sudah mulai menunjukkan peningkatan. Omzet yang dihasilkan per hari juga mulai merangkak naik, dari yang sebelumnya sekitar Rp 2 jutaan meningkat menjadi Rp 20 jutaan per bulan.

Baca Juga: Design Thinking Bagi UKM dalam Inovasi

Yogi dan Yonarista merasa mendapat kemudahan dalam merintis dan membangun bisnis sayuran segar ini. Mulai dari kemudahan mendapatkan lokasi berjualan yang diinginkan karena letaknya yang strategis hingga kelancaran usaha dalam membangun warung sayur modern yang tersistem sehingga bisa dikelola dengan lebih baik.

Konsep warung sayur segar milik Yogi dan Yonarista memang berbeda dengan warung sayur lainnya. Mereka mengusung konsep warung modern one stop shopping. Mereka ingin agar seluruh kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi di satu tempat belanja, baik sayuran segar, daging, ikan, buah, bumbu-bumbu, dan komoditas lainnya. Selain konsep modern dan kelengkapan jenis barangnya, warung sayur segar milik Yogi dan Yonarista juga unggul dalam hal ruang yang lebih luas dan pelayanan yang ramah.

Baca Juga: 10 Tipe Inovasi Bisnis yang Perlu Dilakukan

Kelemahan yang dimiliki bisnis warung sayur segar Yogi dan Yonarista adalah masalah ketahanan komoditas sayur itu sendiri. Sebab, sayuran layak display paling lama hanya dua hari, selebihnya sudah tidak layak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Yogi dan Yonarista membentuk divisi kreatif untuk mengolah sayur-sayuran dan buah-buahan yang sudah tidak layak display tetapi masih layak konsumsi menjadi sayuran matang dan jus buah. Jadi, Yogi dan Yonarista bisa mempekerjakan kembali karyawan yang dulu pernah bekerja di usaha sebelumnya. Meski tidak selalu menguntungkan, namun divisi kreatif penjualan sayuran siap konsumsi dan jus buah dapat meminimalisir kerugian.

Saat ini usaha sayuran segar Yogi dan Yonarista telah memiliki tiga cabang warung sayur segar berkonsep modern di Blitar. Ke depannya mereka memiliki impian untuk membuat satu warung sayur segar di setiap desa di seluruh Blitar sambil terus memperbaiki dan meningkatkan sistem yang sudah ada. Jika usaha warung sayur segarnya telah tersistemasi dengan baik, harapannya usaha ini bisa ditawarkan kepada investor untuk dikembangkan di berbagai daerah lainnya.

Yogi dan Yonarista meyakini bahwa sesuatu yang ditinggalkan karena Tuhan, maka Tuhan akan memberi ganti yang lebih baik. Sekarang, mereka telah membuktikannya. Bisnis warung sayur segar yang dirintis mulai dari nol kini telah berkembang dan menghasilkan omset yang hampir sama dengan bisnis sebelumnya. Jika dulu harus berkeliling mencari barang, kini lebih banyak di rumah dan berkumpul bersama dengan keluarga, serta pastinya waktu untuk beribadah menjadi lebih banyak. Bagi Yogi dan Yonarista, menjalankan suatu bisnis tidak hanya bertujuan untuk mencapai kesuksesan dunia saja, tetapi juga akhirat.

Baca Juga: Melirik Peluang Bisnis di Sektor Pertanian Lewat Inovasi

Setiap orang pastilah memiliki kisahnya masing-masing. Kisah Yogi dan Yonarista ini bisa memberi inspirasi bagi publik. Ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik dari kisah mereka. Kisah inspiratif yang menarik ini bisa disimak selengkapnya di video Jual Sayuran di Rumah Bisa Omzet Ratusan Juta – Ex Pengepul Barang Bekas.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.