http://www.franchiseglobal.com/images/posts/2019/02/19/tahu-jeletot-taisi.JPG

Jika jeli, kita bisa melihat bahwa bisnis tahu isi pedas memang menjamur dalam beberapa tahun belakangan. Harganya yang relatif murah, membuat kebanyakan dari kita tidak berpikir dua kali untuk membelinya.

Nah, Tahu Jeletot Taisi merupakan salah satu merk yang mengusung produk tahu isi pedas. Uniknya, merk ini merupakan bisnis waralaba yang terbilang cukup besar di Pulau Jawa. Jumlah gerainya sudah mencapai lebih dari 500 tempat. Rasanya yang pedas namun sedap menjadi ciri khas tersendiri. Apa yang membuat bisnis waralaba ini bisa begitu sukses? Rosie Pakpahan, pendiri sekaligus owner Tahu Jeletot Taisi membagikan pengalamannya lewat artikel berikut ini.


Tahu Jeletot Taisi, Sensasi Pedasnya Mantap

Tahu Jeletot Taisi sejatinya adalah gorengan tahu biasa, namun telah dimodifikasi dari bentuk aslinya yang merupakan jajanan pinggir jalan, dengan cita rasa khusus. Bisnis ini beroperasi di Depok, Jawa Barat dengan jumlah tenaga kerja 40 orang. Kapasitas produksi hingga saat ini adalah 12.500 pcs tahu per harinya. Memiliki pekerja yang jujur dan disiplin adalah kualitas yang dikedepankan oleh Rosie Pakpahan.

Baca Juga: Bangun Customer Engagement Lewat Gimmick Promosi di Media Sosial

Sudah hampir setahun, Rosie memiliki serta mengelola pabrik tahu sendiri untuk mendukung produksinya. Dalam satu hari, pabrik tersebut bisa menghasilkan 5000 pcs tahu untuk didistribusikan. Mulai dari pengiriman, produksi, semua dikerjakan sendiri oleh timnya.

Tahu Jeletot Taisi mulai beroperasi tanggal 29 Februari 2011. Artinya, sudah lebih dari 9 tahun Rosie membangun bisnis tersebut dengan tangan dan tekadnya sendiri. Ia mengakui bahwa perjalanan yang dilaluinya tak selalu mulus. Awalnya hanya di teras rumah berukuran 3x3 cm. “Sampai sekarang di teras rumah saya, masih ada bercak-bercak hitam, bekas panasnya penggorengan waktu itu,” ujarnya sembari tertawa. Dari teras rumah inilah semua bermula, hingga bisnis Tahu Jeletot bisa berkembang seperti sekarang.

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Pemilik dan Pengelola Perusahaan

Setelah 4 tahun berjalan, Rosie akhirnya bisa membangun lokasi usaha permanen di Depok. Saat ini pun, ia telah memiliki cold storage, yang bisa menyimpan lebih banyak stok tahu dibandingkan freezer biasa. Stok bahan baku, dengan lahan yang lebih lega, juga sudah bisa lebih banyak. Tahu putih akan digoreng hingga menjadi tahu cokelat, sebelum kemudian dimasukkan isiannya oleh para pegawai Rosie. Setelah itu, tahu isi akan disimpan di dalam freezer atau cold storage, dan akan digoreng saat sudah waktunya dijajakan.


Mengapa Tahu Jeletot?

Sebelum mendirikan Tahu Jeletot Taisi, Rosie sudah pernah menyelami berbagai bisnis, mulai dari clothing, sepatu, handphone, hingga masuk ke kuliner. Menurut data dari Markeeters Web di tahun 2017, snack atau kudapan berupa gorengan masih merupakan salah satu kudapan yang paling diminati masyarakat Indonesia. Selama bulan puasa, ini juga adalah menu berbuka yang paling diminati khalayak luas di Indonesia. Pendeknya, bisnis menjual gorengan, selama cita rasanya enak, tidak akan ada matinya.

Baca Juga: Mengenal Perseroan Perorangan Untuk Usaha Mikro dan Kecil

“Semua orang sebenarnya bisa, membuat dan menjual gorengan tahu. Namun, mindset yang tepat bisa menawarkan sesuatu yang baru dari hal biasa,” ujar Rosie. Namun, tentu saja, tidak semua orang berhasil menciptakan nilai unik dalam produk dagangannya. Rosie adalah salah satu yang beruntung. Lewat kerja kerasnya, ia berhasil menciptakan tahu dengan citarasa yang unik. Konsepnya yang sederhana, tahu isi, juga membuat dagangannya lebih mudah diterima oleh konsumen lokal hingga kemudian menjamur.


Awalnya Bukan Waralaba

Di awal berdirinya, yaitu bisnis Tahu Jeletot Taisi bukanlah sebuah usaha waralaba. Selama setahun sejak berdirinya, tim Tahu Jeletot Taisi sibuk membenahi dirinya. Mulai dari SDM yang ditraining, agar satu visi dan misi dengan perusahaan. Awalnya, Rosie hanya memiliki 5 orang karyawan, setiap tahun naik menjadi 15, 35 orang, hingga seperti sekarang. Di tahun pertama, Rosie tidak berani untuk membuat usahanya menjadi kemitraan atau waralaba. Ia memilih untuk menyempurnakan kualitas dan memantapkan sisi legalitas dari usaha miliknya ini.

Baca Juga: Proses Membangun Brand ala Keripik Maicih

Lalu, Rosie yang merupakan mantan karyawan di salah satu BUMN, sempat menggadaikan motornya. Melalui relasi dan jaringan yang dimilikinya, ia bisa mendapatkan modal sebesar 10 juta. Dari modal inilah ia memulai bisnis tahu jeletot dengan 1 buah gerobak. Tapi, di kala itu pun ia tak langsung mencicipi kesuksesan. Saat itu, jika ia mmebawa 100 – 200 pcs tahu per hari, bisa saja tidak laku. Awalnya hanya 75 pcs, sisanya dbagi-bagikan ke tetangga dan orang-orang yang membutuhkan.

Mulai dari situ, Rosie tidak menyerah dan tetap belajar, meningkatkan kualitas, dan menyempurnakan rasa hingga menjadi cita rasa khas Tahu Jeletot Taisi. Kelinci percobaan untuk resepnya adalah ketiga anak dan suaminya. Sebelum dipasarkan secara luas, Rosie membawa tahu jeletot buatannya ke sekolah anak, sembari mengantar dan menjemput mereka sekolah. Tidak disangka, banyak ibu-ibu dan anak sekolah yang menerima tahu jeletot dengan baik.

Baca Juga: Mengenal Psikologi Konsumen Untuk Mengambil Keputusan Pemasaran

Pelan-pelan, dari keuntungan gerobak pertama, Rosie dan suami mulai bisa membeli gerobak kedua dan mengembangkan usahanya. Selama 6 bulan, mereka berhasil memiliki 5 gerobak lagi. Sejak itu, dengan branding produk yang terus naik dan semakin dikenal, keuntungan mulai banyak. Alhasil, Rosie dan suami bisa menambah beberapa gerobak lagi.

Banyak konsumen yang mulai percaya, dan selalu beli berkali-kali. Akhirnya, Rosie memutuskan untuk membuat usaha waralaba dari Tahu Jeletot Taisi. Saat itu, dapurnya sudah bagus dan penjualan pun bisa dikatakan terus meningkat. Hal inilah yang membuat Rosie berani untuk mewaralabakan usahanya.

Tidak langsung menjadi besar, melainkan perlahan dan butuh proses. Melalui banyak inovasi dan upgrade dalam produksinya. Jadi, jika teman-teman UKM belum memiliki usaha atau bisnis yang belum bisa fokus, usahakanlah untuk berfokus pada satu bisnis.

Baca Juga: Raja Uduk, Menjadi Pemenang Pasar Nasi Uduk Bermodal Observasi Riset Pasar


Paket Franchise Tahu Jeletot Taisi

Saat ini, Tahu Jeletot Taisi sudah memiliki 511 outlet yang tersebar di seluruh Jawa, mulai dari Sidoarjo, Cirebon, Jabodetabek, hingga Yogyakarta. Tahu Jeletot memiliki beberapa jenis paket franchise. Yang pertama, dan paling populer, adalah paket Alumunium, sangat fleksibel.

Biasanya, paket ini memilih ruang usaha di teras-teras minimarket seperti Alfamart maupun Indomaret., atau di teras-teras kafe dan kantin-kantin. Tergantung dengan mitranya, punya rencana bagaimana. Tim akan melakukan survei, apakah cocok lokasinya, sebelum membuat persetujuan. Paket Alumunium terdiri atas satu gerobak gorengan tahu, berukuran medium, dan bisa diletakkan di banyak tempat.

Baca Juga: Tips Sukses Membangun Strategi Pemasaran Secara Offline dan Tetap Relevan ala Rendang Mizaki

Ada pula Paket Premium, yang bentuknya adalah booth, bukan lagi gerobak. Booth premium ini biasanya ditempatkan di dalam mall atau foodcourt. Nilainya 55 juta, sudah satu paket, dengan resep, kemasan, dan booth. Mitra waralaba hanya cukup menyediakan lokasi penjualan. “Ada satu SDM juga yang akan ditraining sampai bisa,” tambah Rosie.


Kelangkaan Kacang Kedelai dan Bahan Baku Lain

Diakui Rosie, ia dan tim sering kelimpungan menghadapi harga bahan baku yang naik turun setiap tahunnya. Bahan baku yang harganya sempat menjulang dan menjadi langka bukan hanya kedelai, melainkan juga cabai dan sayuran. “Kol dan wortel hingga hari ini tidak pernah sama harganya,” ujar Rosie. Untuk mengantisipasinya, mereka sejak awal tidak menggantungkan bahan hanya kepada satu supplier.

Diakui Rosie, ia punya beberapa pemasok bahan selain pabriknya yang utama. Khusus kacang kedelai, saat ini pemasok Rosie harus minimal 5. Setiap minggunya, hampir 50 ton alias 3 trujk datang ke pabrik untuk diolah menjadi tahu.

“Perbanyak supplier dan perbanyak kenalan dengan orang-orang yang ahli di bidangnya, terutama dalam mengamati harga pasar. Jalin jaringan yang kuat, dan jika bisa, ikutlah dengan komunitas,” ujar Rosie. Menurutnya, inilah yang harus diterapkan oleh teman-teman UKM di bisnis kuliner, perkuat jaringan dan pengetahuan soal harga pasar.

Baca Juga: Pentingnya Berjejaring dengan Supplier dan Kriteria Pemilihannya


Tahu Taisi Di Mata Konsumen

Menurut Rosie, konsumen membeli produknya tidak untuk sekadar makan tahu. Karena banyak yang membedakan tahu Taisi dengan tahu isi gorengan di pinggir jalan lainnya. Pertama, Tahu Taisi tidak dijual di pasaran. Kedua, Tahu Taisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan gorengan tahu lainnya. Ketiga, varian tahu isi yang ditawarkan banyak, tidak hanya satu atau dua. Tahu Taisi juga punya cita rasa khusus yang dihasilkan dari racikan bumbu dan tepung yang juga spesial. Rasanya tidak akan ditemui di gorengan tahu lainnya. Konsep pedasnya harus dari cabai dan bahan baku segar.

Saat ini, Rosie dan tim memiliki tujuan untuk go international, agar gorengan tahu bisa naik kelas. Untuk itu, sampai tahun 2013, ia fokus memperkuat sisi legalitas dari Tahu Jeletot Taisi sendiri. PRT, Izin Usaha, Label Halal, HAKI, hingga register legalitas logo merk tahu sendiri. Konsekuensinya memang semua standar, baik takaran resep, kualitas bahan, maupun pelayanan, tidak boleh goyah ataupun berubah. Kualitas pun harus dikedepankan.

Baca Juga: Pengenalan Bentuk SOP Yang Penting Diketahui Bagi UMKM

Dari Rosie dan Tahu Jeletot Taisi, kita belajar bahwa untuk membuat suatu usaha, tidak perlu ribet. Sebab nyatanya, dari konsep tahu isi yang sederhana, bisa dijadikan bisnis waralaba sebesar ini, dengan lebih dari 500 outlet tersebar di pulau Jawa. Hebat, bukan? Yuk, jangan ragu untuk mengembangkan bisnis ala Rosie Pakpahan. Sebab sudah saatnya UKM naik kelas!

Referensi:

Webinar bertajuk Mengenal Standar Mutu Menuju Perusahaan Waralaba yang dapat diakses melalui link berikut https://www.topkarir.com/article/detail/webinar-mengenal-standar-mutu-menuju-perusahaan-waralaba